Adaptasi drama radio menjadi bentuk audio- visual itu pun diyakini oleh Direktur Program RRI Soleman Yusuf akan memberikan nilai yang baik bagi masyarakat seperti serialnya di radio.
“Film ini nantinya akan memenuhi aturan P3SPS (Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran). Jadi nanti tidak akan ditemukan unsur- unsur sadistis, unsur- unsur pornografi, kekerasan, SARA. Itu tidak akan ada,” kata Soleman dalam konferensi pers di RRI, Selasa.
Soleman optimistis karya adapatasi dengan penulis orisinal Edi Basrul dan memenangkan dua penghargaan “Drama Radio Penyuluhan Terbaik” di Asia Pasifik dan Asia pada 1970-an itu dapat menjadi tayangan program yang memberi nilai edukasi.
Hal itu mengingat tujuan awal dibuatnya “Butir-butir pasir di Laut” sebagai kerja sama dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) untuk program penyuluhan terkait pengendalian kependudukan.
“Ibaratnya ‘Butir- butir pasir di Laut’ ini meski diadaptasi jadi sinetron pun tetap menjadi makanan enak dan menyehatkan,” kata Soleman.
Sinetron “Butir- butir pasir di Laut” digarap oleh PT Verona Indah Pictures dan dibintangi oleh Tyas Mirasih, Bastian Steel, Andrew Andhika, Farandina Tika, dan artis pendatang baru Jessica Shaina.
Nantinya sinetron itu akan ditayangkan perdana pada 8 April 2021 secara gratis di WeTV, dan memiliki jadwal siaran setiap hari Selasa- Jumat pukul 12.00 WIB.
“Butir- butir pasir di Laut” menjadi sinetron yang ditayangkan perdana sebagai sebuah produk sinetron yang akan ditayangkan bersambung di platform dan aplikasi menonton daring milik WeTV.
Pada era 1970- 1990 drama radio “Butir- butir pasir di Laut” menjadi siaran yang disukai publik Indonesia hingga mencapai penyiaran 5.700 episode.(Ant)