4.0 : EMPAT POIN KEMBALI KE TITIK 0
NOMAN KRESNA MARTHA SENA
Kami awali tulisan ini dengan membaca bismillah..
Kembali ke titik 0. Jarum jam menunjukkan angka 12 malam. Tepat pukul 00.00 malam. Suasana jalanan sepi, sesekali terdengar suara angin sepoi-sepoi yang menghembus dahan pohon. Gesekan daun menimbulkan irama malam yang merdu dan sarat akan makna. Bisikannya memberikan hikmah dan inspirasi: Kita Kembali ke Titik 0.
#Poin 1.0: Sadari bahwa Kita tidak ada apa-apanya di alam semesta! Ibarat sebuah titik kecil yang hampir tidak ada eksistensinya jika dilihat dari luasnya alam semesta. Daun yang jatuh dari pohon tidak akan mengurangi rimbunnya dedaunan lainnya. Bunyi seekor jangkrik yang nyaring, seakan tidak ada artinya dalam paduan suara makhluk malam. Bintang pun seakan lenyap jika disandingkan dengan milyaran bintang dalam gugusan galaksi. Harta, Jabatan, Kehormatan seakan sirna di hadapan Kuasa-Nya. Manusia pun seakan lenyap dan tidak berarti di hadapan kekuasaan Sang Maha Kuasa. Tuhan tidak membutuhkan keberadaan Kita.
#Poin 2.0 : Sadari bahwa Kita bertanggung jawab atas diri Kita! Segala niat dan usaha yang Kita lakukan adalah untuk Kita sendiri. Seorang tokoh agama era abad pertengahan ditanya tentang kunci suksesnya dalam menundukkan dunia, salah satunya adalah “Aku sadar amalku tidak akan dikerjakan oleh orang lain, maka aku menyegerakan dan memperbanyak amal”. Sukses dan keberhasilan membutuhkan jerih payah usaha. Karier cemerlang, keluarga yang tenteram, harta yang berkah adalah konsekuensi logis atas langkah-langkah hidup yang Kita lakukan. Anak-anak yang baik, patuh, dan pandai membutuhkan usaha dan doa orang tuanya. Dan pada akhirnya, setiap insan akan dimintai pertanggungjawaban akan di hadapan Sang Pencipta nantinya.
#Poin 3.0: Sadari bahwa Kita adalah hamba-Nya! Berawal dari kesadaran bahwa Kita tidak ada apa-apanya, maka harus disadari bahwa Kita membutuhkan Pencipta. Pun demikian, manusia tidak akan ada dengan sendirinya dan membutuhkan Pencipta. Pencipta itu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Bahwa Kita adalah hamba-Nya. Kesadaran spiritual ini akan membawa Kita pada alur berpikir yang sederhana: Iman, Amal, dan Pertanggungjawaban. Artinya, manusia harus beriman kepada Tuhan. Manusia juga harus memperbanyak amal baik semata-mata karena-Nya dan sesuai petunjuk-Nya. Dan pada akhirnya, semuanya akan dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya. Kesadaran ini adakan membawa kita pada irama hidup yang dinamis namun tetap berirama. Dinamika kehidupan dengan berbagai tantangan dan cobaannya, senang susahnya, bahagia sedihnya akan terasa nikmat apabila irama Tuhan Kita gunakan. Irama untuk memohon janji Tuhan kepada Kita, dan mengharap kemurahan-Nya saat Hari Pertanggungjawaban di hadapan-Nya. Irama itu adalah agama beserta segala pemikiran dan perangkat aplikasinya.
#Poin 4.0: Sadari bahwa Kita Luar Biasa! Meminjam bahasa seorang motivator Jamil Azzaini, Sadari bahwa Anda adalah masterpeice. Kita adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Tidak ada satu makhluk ciptaan-Nya yang lebih sempurna dibanding manusia. Satu individu pun tidak ada yang memiliki sejarah dan pengalaman hidup yang sama persis satu dengan lainnya. Kita dianugerahi akal untuk berpikir, bersikap dan berbuat sesuai dengan pilihan hidup Kita. Maka, jangan sia-siakan waktu dan hidup Kita. Miliki cita-cita hidup yang Luar Biasa. Tuangkan dalam langkah-langkah di sisa usia Kita. Berdoa, dan pasrahkan kepada Tuhan atas tulisan takdir dan kehendak-Nya. (Nk14)
#90HariMenulisBuku
#InspirasiIndonesiaMenulis