Site icon Bangga Indonesia

Akademisi Muhammadiyah: Yaqut Mampu Jaga Keseimbangan Masyarakat yang Multikultur

Akademisi dari Universitas Muhammadiyah Kupang, FOTO : ANTARA

Bangga Indonesia, Kupang – Akademisi dari Universitas Muhammadiyah Kupang Dr. Ahmad Atang, MSi mengatakan, Menteri Agama yang baru Yaqut Cholil Qoumas sebagai kader NU yang memiliki tradisi kultural pluralis, mampu menjaga keseimbangan masyarakat Indonesia yang multikultur ini.

“Penunjukan Yaqut Cholil Qoumas oleh Presiden Jokowi sebagai Menteri Agama menggantikan Fachrul Razi merupakan pilihan yang tepat. Selain sebagai representasi kaum santri Nahdiyin, Yaqut juga Ketua Umum GP Ansor yang selama ini selalu berada di garda depan dalam menentang gerakan intoleran yang ingin mengganggu kebhinekaan kita,” kata Ahmad Atang kepada ANTARA di Kupang, Rabu.

Dia mengemukakan hal itu, berkaitan dengan penunjukan Yaqut Cholil Qoumas oleh Presiden Jokowi sebagai Menteri Agama menggantikan Fachrul Razi dan harapan tentang solidaritas antarumat beragama dan kebebasan sipil dalam menjalankan ibadah menurut kepercayaan.

Menurut dia, di tengah munculnya fenomena gerakan radikalisme atas nama agama dan adanya sikap intoleran yang ditunjukkan oleh ormas tertentu, maka penunjukan Yaqut sebagai kader NU yang memiliki tradisi kultural pluralis mampu menjaga keseimbangan masyarakat Indonesia yang multikultur ini.

Dia mengatakan, kemajemukan masyarakat Indonesia sebagai sebuah kekayaan namun jika tidak dikelola dengan baik maka dapat menjadi ancaman bagi keutuhan masyarakat bangsa.

Karena itu, pekerjaan rumah yang harus dilakukan oleh menteri agama yang baru ini adalah memberikan kepastian akan kebebasan sipil dalam menjalankan ibadah menurut ajaran agama dan kepercayaan masing-masing.

Menteri agama juga dapat menjamin adanya relasi keagamaan yang mengedepankan dialog menuju terbangunnya solidaritas antarumat beragama di Indonesia.

“Problem keberagaman kita menuntut kehadiran negara untuk meletakkan egaliterianisme bahwa semua orang, baik mayoritas maupun minoritas memiliki hak dan perlakuan yang sama tanpa ada yang merasa superioritas dan imperioritas,” kata Ahmad Atang menambahkan.

Exit mobile version