“Allah by Design: Lahirnya Pesantren Tahfidz, Jurnalistik dan Entrepreneur Ummul Quro.”
Bangga Indonesia, Mojokerto – Allah by design! Ini kata-kata yang meluncur dari bibir penggagas lahirnya tempat pendidikan dan pelatihan berbasis keimanan, intelektual, kemahiran dan kemandirian.
Kolaborasi itupun kemudian mereka namakan: Pondok Mandiri atau Pesantren Jurnalistik dan Entrepreneur Ummul Quro – Bangga Indonesia. Lokasinya di Seloliman, Trawas, Mojokerto, Jawa Timur.
“Ma’had (pesantren) ini rasanya bukan hanya yang pertama ada di negeri ini. Pogram pendidikan dan pelatihan terpadu antara tahfidz Al Quran, jurnalistik dan entrepreneur ini termasuk satu-satunya yang ada di Indonesia,” jelas pendiri dan pemilik pesantren tersebut, KH Drs. Suyuti Rosyad MM Lc.
Diwawancarai di lokasi pesantren Kamis (24/12/2020). Kiyai jebolan Pondok Pesantren Modern Gontor, Jawa Timur ini, mengaku bersyukur pondoknya yang lama tutup, itu kini akan dikelola kembali dengan metodologi yang tidak seperti dilakukan pondok pesantren umumnya.
“Saya bersyukur bisa bertemu orang-orang yang kompeten di bidang pendidik dan pelatihan ini. Kami tak menyangka dipertemukan Cak Amu, Doktor Faqih dan Kang Didin. Ini Allah by design,” ungkap kiyai yang pernah menimba ilmu tentang pendalaman Al-Quran di Universitas Ummul Quro, Makkah Al-Mukaromah ini.
Cak Amu yang dimaksud Kiyai Suyuti adalah sosok jurnalis yang puluhan tahun menimba ilmu jurnalistik di Jawa Pos. Pria yang kini menjadi Direktur Program Bangga Indonesia TV dan Pemimpin Redaksi banggaindonesia.com ini bernama lengkap Abdul Muis.
Sedangkan Doktor Faqih yang disebut kiyai berputra satu itu adalah Dr Faqih Syarief M.Si. Sosok yang satu ini sudah tidak asing lagi di belantika motivasi. Lulusan Universitas Sunan Ampel Surabaya dikenal seorang motivator spiritual. Penulis buku dan pendiri beberapa pesantren, serta mengajar di sebuah pesantren Kediri.
Lantas, Kang Didin adalah seorang sarjana teknik jebolan ITS Surabaya yang bernama lengkap M. Agus Burhanuddin, ST, MM. mantan pimpinan cabang sebuah bank di Surabaya ini kini menjadi seorang pengusaha di bidang advertising dan café.
“Lengkap sudah. Di pesantren ini pengelolanya ahli di bidang masing-masing. Pesantren Jurnalistik dan Entrepreneur ini, mungkin juga satu-satunya di dunia, yang menggembleng generasi milenial dengan tiga ilmu sekaligus,” tegas Doktor Faqih, seusai diwawancarai Bangga Indonesia TV.
Sehingga, menurut penulis buku “Buatlah Tanda di Muka Bumi” ini, para santri nanti benar-benar mampu bersaing sekeluar dari pesantren. Mereka yang memiliki passion menulis, bisa menjadi jurnalis atau penulis buku.
“Yang hafal Quran, bisa menjadi guru ngaji. Dan, yang ingin berniaga, bisa mengamalkan ilmunya yang didapat dari belajar beternak, perikanan dan perdagangan di pesantren kita,” jelas pengisi acara di beberapa radio FM di Surabaya ini.
Yang jelas, lanjut Doktor Faqih, di Pesantren Jurnalistik dan Entrepreneur ini, para santri akan lebih banyak praktikumnya. “Kami sudah punya laboratorium untuk itu. Metode belajarnya adalah learning by doing,” jelas doctor alumnus Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya ini.
Bapak dua anak, yang anak sulungnya menimba ilmu di Univeritas Al-Azhar Asy-Syarif Kairo Mesir ini, menyebut staf pengajar di pesantren ini akan ditangani langsung ahlinya. Termasuk dirinya, Cak Amu dan Kang Didin.
“Kami siap mendampingi para santri hingga mahir dalam tiga bidang pendidikan dan pelatihan di pesantren ini,” sambung Cak Amu, mantan wartawan senior yang pernah menjadi general manajer dan wakil direktur utama di media grup Jawa Pos ini.
Santri yang memiliki keinginan untuk menjadi jurnalis akan dibawa Cak Amu hingga jenjang yang lebih tinggi. Mereka dijadikan wartawan yang handal, berkualitas dan profesional.
Mereka juga akan dibekali kiat-kiat sukses menjadi wartawan, hingga mampu mengelola media dan memiliki media grup Bangga Indonesia. “Kami bukan mendidik mereka jadi jurnalis. Para santri nanti juga harus punya media sendiri,” harap salah satu founder PT Bangga Media Nusantara ini.
Pernyataan Cak Amu bukan untuk promosi. Kang Didin selaku komisaris media ini, juga sudah menyiapkan beberapa media yang nantinya akan ditangani para alumnus Pesantresn Jurnalistik dan Entrepreneur ini.
“Tidak perlu khawatir akan masa depannya nanti. Pesantren ini bukan hanya mendidik santri. Tapi juga memberi ruang mereka untuk meniti karier,” tegas pemilik Café KeKopi ini.
Yang lebih penting, menurut Kang Didin, para santri nanti benar-benar bisa mandiri. “Mereka kami bekali soft skill dan mental siap bersaing di era milenial nanti,” jelasnya.
Lantas, berapa lama para santri itu akan digembleng? Pengelola Pesantren Jurnalistik dan Entrepreneur Ummul Quro – Bangga Indonesia menetapkan masa pendidikannya selama 3 tahun.
Persertanya? Terbatas untuk 20 santri. Ini agar proses belajar dan mengajarnya lebih efektif. Sedangkan metode belajarnya lebih banyak praktikumnya ketimbang belajar di kelas.
Lingkungan belajarnya juga amat mendukung. Alamnya masih alamiah. Di antara lereng dua gunung. Welirang dan Penanggungan.
Tata letak pesantren menghadap persawahan bertingkat yang tampak kehijauan padinya. Air mengalir cukup deras di pembatas persawahan dan area belajar dan pelatihan.
“Subhanallah. Lokasinya sangat mendukung untuk para santri yang butuh ketenangan, kenyamanan saat belajar,” ungkap Salman Alfarisi, salah satu staf pengajar yang juga Redaktur Pelaksana dan Produser Eksekutif Bangga Indonesia.
Silahkan Daftarkan Anak Anda, Saudara Anda dan Keluarga Anda ke Pesantren TEJ – Tahfidz , Entreprener dan Jurnalistik Ummul Qura dengan No kontak Hp. Bapak Guruh Sujono 085156025732 dan Bunda Aini 081332061392
Open House Tgl 16 Januari 2021, Jam 09.00 di MAM’U ( Ma’had Alam Mandiri Ummul Quro) Seloliman Trawas Mojokerto. (amu)