Allah SWT adalah Dzat Maha Pemberi Rezeki
Sobat. Keyakinan bahwa Allah telah menyediakan rezeki bagi kita, harus dibarengi dengan ikhtiar dan kerja keras , kerja cerdas, kerja ikhlas dan kerja tuntas.
Sobat. Allah berfirman dalam QS Adz-Dzariyat ayat 58 : “ Sesungguhnya Allah , Dia lah Maha Pemberi Rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.”
Di dalam Al-Qur’an kata Ar-Razzaq ditemukan 1 kali sedangkan kata “ Khairurraziqin” diulang sampai 5 kali.
Imam Al-Ghazali menjelaskan arti Ar-Razzaq yakni , “ Dia ( Allah ) yang menciptakan rezeki dan menciptakan yang mencari rezeki, serta Dia pula yang mengantarnya kepada mereka dan menciptakan sebab-sebab sehingga mereka dapat menikmatinya.” Adapun menurut Ibnu Atsir Ar-Razzaq adalah “ Tuhan yang menciptakan rezeki dan memberikannya kepada makhluk.”
Sobat. Rezeki itu ada dua macam : Rezeki dzahir untuk tubuh misalnya kekuatan, dan rezeki bathin untuk hati seperti ilmu pengetahuan. Sebagian pakar ada yang menjelaskan bahwa hanya terbatas pada pemberian (rezeki) yang bersifat halal, sehingga yang tidak halal tidak dinamai rezeki.
Allah Maha Pemberi rezeki menjanjikan bahwa semua makhluk yang ada di muka bumi ini, sudah ada rezekinya. Sebagaimana Allah berfirman dalam QS Hud ayat 6 , “ Tidaklah ada makhluk yang melata di bumi ini kecuali Allah telah menjamin rezekinya.”
Sobat. Meskipun Allah telah menjamin rezeki kita, namun bukan berarti rezeki itu diperoleh begitu saja. Melainkan kewajiban kita harus dijemput melalui ikhtiar sebagai ladang amal sholeh kita. “ Dan bila sholat telah ditunaikan, bertebaranlah di muka bumi.” ( QS Al-Jumuah : 10 ).
Ayat di atas menyiratkan, betapa pentingnya berikhtiar menjemput rezeki dari Allah ketimbang hanya berdiam diri dan mengharap belas kasihan orang lain. Malah, tidaklah baik mencurahkan seluruh waktu hanya untuk beribadah ritual saja tetapi mengabaikan pentingnya berusaha mencari rezeki.
Sobat. Baginda Rasulullah SAW bersabda, “ Sekiranya engkau bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, maka Allah pasti akan memberikanmu rezeki, sebagaimana burung yang pergi pagi dalam keadaan lapar, dan kembali ke sarangnya sore hari dalam keadaan kenyang.”
Sobat. Tawakal itu tidak menafikan ikhtiar dan hanya pasrah saja. Hakikat tawakal adalah pasrah, doa dan ikhtiar. Tawakal itu pasrah-sepasrahnya hanya kepada Allah dan doa sekenceng-kencengnya hanya kepada Allah serta ikhtiar sekuat tenaga dan semaksimal mungkin hanya untuk Allah SWT. Kalau demikian yang kita lakukan maka yakinlah Allah akan mencukupi seluruh kebutuhan kita.
Sobat. Berkenaan dengan ini, para sahabat pernah menceritakan mengenai adanya orang yang hanya beribadah ritual semata. Sedangkan nafkah untuk diri dan keluarganya diperoleh dari sumbangan para sahabat. Rasulullah pun kemudian berkata kepada para sahabat itu, “ Kalian semua lebih sholeh dari dia.”
Sobat. Kahlil Gibran pernah mengatakan, “ Uang receh yang engkau jatuhkan ke dalam tangan-tangan yang rapuh yang terulur dihadapanmu adalah satu-satunya rantai emas yang mengikat hatimu yang mulia dengan hati Tuhan yang penuh cinta.” Ada kata bijak bestari, “ Kemalasan membuat seseorang begitu lamban sehingga kemiskinan segera menyusul.”
Sobat. Hikmah dan peran sosial kita, ketika kita memahami sifat asma’ul husna Ar-Razzaq : Mengharap rezeki hanya dari Allah. Seorang mukmin hendaknya menyadari bahwa semua rezeki dan kekayaan yang dimilikinya berasal dari Allah. Karena itulah dalam membelanjakannya pun harus di jalan Allah. Sedangkan dalam mencari dan menjemput rezeki harus bersungguh-sungguh dalam melakukannya serta berorientasi pada rezeki yang halal dengan menempuh dengan cara yang baik dalam mencari rezeki yang halal sehingga Allah akan memberikan keberkahan.
Sobat. Bersyukur terhadap rezeki yang kita peroleh dari Allah menjadi penyebab bertambahnya rezeki. Bahkan Allah pun akan memberi pahala yang berlipat ganda. Bersyukur kepada Allah dengan cara membelanjakan rezeki di jalan Allah seperti membayar zakat, infaq dan shodaqoh.
Sobat. Memang ada juga rezeki yang diperoleh secara tidak disangka-sangka dan Orang-orang yang bertaqwa kepada Allah akan mendapatkan rezeki yang tidak mereka duga sebelumnya. Sebagaimana firman Allah dalam QS ath-Thalaq ayat 3 : “ Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, maka Allah akan memberikan jalan keluar baginya dan memberi rezeki dengan jalan yang tidak ia duga,”
Sobat. Meyakini bahwa rezeki itu telah disediakan oleh Allah dengan memaksimalkan ikhtiar dalam menjemput rezeki dari-Nya melalui pemberdayaan potensi yang dimiliki. Caranya dengan mengoptimalkan fungsi akal, ilmu, pikiran dan anggota tubuh yang telah dianugerahkan-Nya kepada kita. Menyediakan sarana untuk proses sampainya rezeki kepada kita dan bersedia serta berupaya keras menjadi jalan sampainya rezeki Allah kepada pihak lain. Keyakinan bahwa Allah telah menyediakan rezeki untuk kita, harus dibarengi dengan kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas dan kerja tuntas.
( Spiritual Motivator – DR.N.Faqih Syarif H, M.Si. Penulis Buku Gizi Spiritual. Majelis Kyai PP Al-Ihsan Baron Nganjuk. Dewan Pembina PP al-Amri Leces Probolinggo )