Site icon Bangga Indonesia

Apa Itu Sains Islam ?

Apa  itu Sains  Islam?

Sobat. Dalam kosa kata Arab-Islam, kata  sains  adalah “ ‘Ilm” sama  yang digunakan  untuk pengetahuan. ‘ilm  mencakup  segala bentuk  pengetahuan, termasuk pengetahuan  yang  diwahyukan; kitab suci, pengetahuan keagamaan  yang dibangun dari kitab suci, hadits Nabi, pendapat ulama, dan seterusnya. ‘ilm juga mencakup  ilmu social dan humaniora, misalnya sejarah.

Namun  kini kata sains yang dimaksud  adalah  ilmu alam, upaya kita  mengerti alam  dan jagat  raya  serta penjabaran dan penjelasan  mengapa dan bagaimana pendapat  benda-benda  bekerja seperti begini  atau  begitu. Jujun mendefinisikan ilmu atau sains  sebagai  pengetahuan  yang  mencoba  menjelaskan  rahasia  alam  agar  gejala alamiah  tersebut  tidak lagi  merupakan  misteri.

Maka  ilmu pengetahuan  ialah  salah satu cabang pengetahuan  yang memiliki sifat  sistematis  atau  terorganisasi, dapat diuji kembali, dan dapat  diperoleh  melalui pikiran, perasaan, indera, intuisi dan wahyu.

Sobat. Setiap bangunan  ilmu pengetahuan  atau  sains  selalu berpijak  pada  tiga  pilar  utama , yakni pilar ontologis, aksiologis, dan epistemologis.

Tiga  pilar  sains Islam jelas harus  dibangun  dari prinsip tauhid  yang  tersari  dalam kalimat Laa ilaaha illallah  dan terdeskripsi  dalam rukun Iman  dan Rukun Islam.

Al-Qur’an Sumber Inspirasi – Upaya Membangun Sains Islam

 

Sobat. Al-Qur’an adalah kalam Allah yang menjadi teman ilmu dan musuh kebodohan. Al-Qur’an akan tetap menjadi mukjizat abadi. Keajaibannya takkan habis dan ilmunya takkan sirna. Kontradiksi antara Al-Qur’an dan Ilmu pengetahuan takkan pernah terjadi sampai kapan pun, kecuali jika terjadi penafsiran yang salah terhadap ayat-ayat Al-Qur’an, atau ilmu tersebut melenceng dari kebenaran.

Sobat. Al-Qur’an bukanlah buku ilmiah sebagaimana yang dipahami orang saat ini. Ia kitab yang diturunkan Allah untuk petunjuk kepada manusia, menetapkan aturan hidup agar mereka meraih kebahagiaan di dunia dan akherat. Al-Qur’an yang diturunkan pada 14 abad silam itu mengandung berbagai fakta ilmiah. Dengan keberadaannya, semua makhluk dapat mengenal Allah dan keagungan-Nya.

Sobat. Meskipun ilmu pengetahuan kini berkembang sedemikian pesat. Tak satu pun teori ilmiah tersebut bertentangan dengan Al-Qur’an. Adapun teori-teori yang belum terbukti secara ilmiah maka hal itu tak perlu diperbandingkan dengan kalam Tuhan. Mungkin saja kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa depan akan mengungkap kebenaran atau kekeliruannya. Al-Qur’an telah menyebutkan berbagai hakikat ilmiah yang detail dan akurat sehingga ditemukanlah ilmu-ilmu baru sebelumnya tidak diketahui manusia.

سَنُرِيهِمۡ ءَايَٰتِنَا فِي ٱلۡأٓفَاقِ وَفِيٓ أَنفُسِهِمۡ حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَهُمۡ أَنَّهُ ٱلۡحَقُّۗ أَوَ لَمۡ يَكۡفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُۥ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ شَهِيدٌ

“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?” ( QS. Fushshilat (41) : 53 )

Sobat. Sains modern membawa tata nilai peradaban modern, yakni materialisme dan cenderung anti Tuhan ( atheis ). Sedangkan bangunan sains Islam secara keseluruhan harus berdasar dan merupakan pengejawantahan prinsip tauhid yang bersumber pada wahyu.

Sobat. Menurut al-Attas, pra-syarat utama yang harus dipenuhi oleh siapapun yang ingin merealisasikan islamisasi ilmu adalah kemampuan mengidentifikasi worldview Islam serta mampu memahami budaya dan peradaban Barat sekaligus.

Untuk itu, Prof. Alparslan Acikgence, intelektual Turki yang juga sahabat al-Attas, memberikan definisi menarik untuk sains Islam, sebagai penjabaran dari pra-syarat islamisasi ilmu yang disebut al-Attas. Makna sains Islam menurutnya adalah disiplin ilmu yang memancarkan Worldview Islam, dimana unsur dan komponen utamanya adalah hal-hal prinsip Islam berupa bangunan metafisika (konsep Tuhan, konsep agama dsb), epistemologi (konsep ilmu dan kebenaran), hukum (Fiqih, Maqashid Syariah), dan aksiologi berupa adab-etika (tata nilai kebajikan, konsep baik dan buruk, akhlak sehari-hari, dan lainnya).

Dari sini bisa segera kita ketahui, bahwa pra-syarat sains disebut Islami adalah jika terpenuhinya unsur dan nilai-nilai Islami tadi dalam pengembangan ilmu, baik dari filsafat, konsep, dan metodologinya, bahkan tujuan kegunaannya. Demikian itu, masih menurut Alparslan, karena Islam memang telah memberikan ketetapan kepada pemeluknya berupa aturan dan arahan yang komprehensif, mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Maka, Islam pun sejatinya juga telah memberikan pedoman dan panduan kepada kita bagaimana seharusnya berilmu dan mengembangkan keilmuan.

Sobat. Tiga pilar Sains Islam jelas harus dibangun dari prinsip tauhid yang tersari dalam kalimat Laa ilaaha illallah dan terdeskripsi dalam rukun Iman dan Rukun Islam. Adapun pilar ontologis, yakni hal yang menjadi subyek ilmu, Islam harus menerima realitas materiel maupun non materiel sebagaimana firman Allah QS Al-Haaqqah (69) : 38-39

فَلَآ أُقۡسِمُ بِمَا تُبۡصِرُونَ وَمَا لَا تُبۡصِرُونَ

 “Maka Aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat. Dan dengan apa yang tidak kamu lihat.”

Makhluk tidak hanya dibatasi oleh yang materiel dan terindra, tetapi juga yang imateriel. Tatanan ciptaan atau makhluk terdiri dari tiga keadaan fundamental yaitu keadaan materiel, psikis dan spiritual.

Sobat. Salah satu ciri yang membedakan Islam dengan yang lainnya adalah penekanannya terhadap ilmu (sains). Al-Qur’an dan Al-Sunnah mengajak kaum muslimin untuk mencari dan mendapatkan ilmu dan kearifan, serta menempatkan orang-orang yang berpengatahuan pada derajat yang tinggi. Di dalam Al-Qur’an kata ilmu dan kata-kata jadiannya digunakan lebih dari 780 kali. Beberapa ayat Al-Qur’an yang diwahyukan pertama kepada Nabi Muhammadsaw., menyebutkan pentingnya membaca bagi manusia. Sebagaimana dijelaskan dalam Q.S.al-Alaq ayat 1-5 yang berbunyi :

ٱقۡرَأۡ بِٱسۡمِ رَبِّكَ ٱلَّذِي خَلَقَ خَلَقَ ٱلۡإِنسَٰنَ مِنۡ عَلَقٍ ٱقۡرَأۡ وَرَبُّكَ ٱلۡأَكۡرَمُ ٱلَّذِي عَلَّمَ بِٱلۡقَلَمِ عَلَّمَ ٱلۡإِنسَٰنَ مَا لَمۡ يَعۡلَمۡ

 “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” ( QS. 96 : 1-5 ).

Sobat. Dalam hadis-hadis Nabi juga terdapat pernyataan-pernyataanyang memuji orang yang berilmu dan mewajibkan menuntut ilmu antara lain: Mencari ilmu wajib bagi setiap muslimin.Carilah ilmu walaupun di negeri Cina. Carilah ilmu sejak dari buaian hingga ke liang lahad.Para ulama itu adalah pewaris Nabi. Pada hari kiamat ditimbanglah tinta ulama dengan darahsyuhada, maka tinta ulama dilebihkan dari darah syuhada.

Menurut Ali Ashrap dalam bukunya “New Horizon in Muslim Education” sebagaimana yang dikutip oleh Noeng Muhajir bahwa: Orientasi IPTEK harus diberangkatkan dari moral al-Qur’an. Juga ia menganjurkan agar konsep IPTEK didasarkan pada ketentuan mutlak yang ditetapkan dalam al-Qur’an.

Sobat. Pilar kedua bangunan ilmu pengetahuan adalah pilar aksiologis terkait dengan tujuan ilmu pengetahuan dibangun atau dirumuskan. Tujuan utama ilmu pengetahuan Islam adalah mengenal Sang Pencipta melalui pola-pola ciptaan-Nya. Sebagaimana firman Allah dalam QS Ali ‘Imran (3) : 191.

ٱلَّذِينَ يَذۡكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَٰمٗا وَقُعُودٗا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمۡ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلۡقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ رَبَّنَا مَا خَلَقۡتَ هَٰذَا بَٰطِلٗا سُبۡحَٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ

“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” ( QS. 3 : 191 )

Sobat. Tujuan Sains Islam adalah mengetahui watak sejati segala sesuatu sebagaimana yang diberikan oleh Tuhan. Sains Islam juga bertujuan untuk memperlihatkan kesatuan hukum alam, hubungan seluruh bagian dan aspeknya sebagai refleksi dari kesatuan prinsip Ilahi.

Sobat. Mengenal alam dan hukum setiap spesies wujud berarti mengenal Islam atau sikap tunduk spesies-spesies tersebut pada kehendak Ilahi karena menurut Al-Qur’an seluruh makhluk selain manusia adalah muslim. Dengan pemahaman ini, seorang saintis menjadi lebih dekat dan tunduk kepada Sang Pencipta sebagaiman firman-Nya QS Fathir (35) ayat 28.

وَمِنَ ٱلنَّاسِ وَٱلدَّوَآبِّ وَٱلۡأَنۡعَٰمِ مُخۡتَلِفٌ أَلۡوَٰنُهُۥ كَذَٰلِكَۗ إِنَّمَا يَخۡشَى ٱللَّهَ مِنۡ عِبَادِهِ ٱلۡعُلَمَٰٓؤُاْۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ

 “Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” ( QS. 35 : 28 ).

Sobat. Tujuan kemaslahatan bagi umat berupa produk-produk materiel adalah derivative dari tujuan final digapainya Sang Pencipta yakni Allah SWT. Inilah basis aksiologi Islam.

Sobat. Pilar ketiga dan terpenting adalah bagaimana atau dengan apa kita mencapai pengetahuan yakni pilar epistemologis. Al-Qur’an merupakan mukjizat terbesar Nabi Muhammad Saw sekaligus sumber intelektualitas dan spiritualitas Islam. Ia merupakan pijakan, bukan hanya bagi agama dan pengetahuan spiritual, melainkan juga bagi semua jenis pengetahuan. Manusia mempunyai fakultas pendengaran, penglihatan, dan hati sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan.

Sobat. Melalui fakultas di atas manusia memperoleh pengetahuan dari berbagai sumber; meskipun demikian, sumber dari segala sumber pengetahuan tidak lain adalah Allah Yang Maha Mengetahui. Salah satu sumber pengetahuan adalah Al-Qur’an. Meski bukan kitab sains, Al-Qur’an mempunyai fungsi petunjuk kepada umat manusia secara keseluruhan.

وَٱللَّهُ أَخۡرَجَكُم مِّنۢ بُطُونِ أُمَّهَٰتِكُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ شَيۡ‍ٔٗا وَجَعَلَ لَكُمُ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡأَبۡصَٰرَ وَٱلۡأَفۡ‍ِٔدَةَ لَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُونَ

 “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” ( QS. An-Nahl (16) : 78 ).

Sobat. Al-Qur’an juga berfungsi penerang bagi seluruh umat manusia tanpa pandang bulu, sebagaimana QS Ali Imran (3) ayat 138.

هَٰذَا بَيَانٞ لِّلنَّاسِ وَهُدٗى وَمَوۡعِظَةٞ لِّلۡمُتَّقِينَ

 “(Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” ( QS. 3 : 138 )

Sobat. Epistemologi Islam, wahyu dan sunnah dapat dijadikan sebagai sumber inspirasi bagi bangunan ilmu pengetahuan. Jelas hal ini bertentangan dengan sains modern yang pada awal kelahirannya terang-terangan memproklamasikan perlawanan terhadap doktrin religious gereja dan wahyu tidak mendapat tempat dalam bangunan sains.

Dalam tataran ini, epistemology sains Islam adalah epistemology sains modern plus atau diperluas yakni plus penerimaan wahyu sebagai sumber informasi dan plus metodologi yang tidak tunggal atau kemajemukan metodologi.

Adapun teori kebenaran dalam epistemologis Islam bukan hanya tiga namun empat ;

  1. Teori kebenaran Korespondensi. Proses mencapai kebenaran pengamatan terhadap realitas empiris bukti kebenaran berupa fakta yang terindera.
  2. Teori kebenaran Koherensi. Proses mencapai kebenaran menggunakan logika yang ditopang dengan bukti empiris bukti kebenarannya berupa logika dan fakta.
  3. Teori kebenaran Pragmatisme. Proses mencapai kebenaran realitas empiris dengan bukti kebenaran berupa fakta empiris.
  4. Teori Kebenaran Keimanan. Proses mencapai kebenaran dengan telaahan terhadap firman Allah & Hadits Rasul bukti kebenaran berupa logika yang ditopang fakta tentang kebenaran Al-Qur’an.

Sobat. Maka atas dasar inilah setiap kali terjadi penemuan ilmiah tersingkap pula mukjizat Al-Qur’an yang sebelumnya tak pernah diketahui manusia. Hal ini membuktikan kebenaran nubuwwah Muhammad Saw.

Sobat. Dunia Islam masih memerlukan banyak ilmuwan dari berbagai bidang hanya dengan ilmulah, selain Iman, harga diri Muslim dapat kembali ditegakkan. Tanpa sains , kita tidak akan mampu mengelola sumber daya alam yang umumnya melimpah di negeri-negeri muslim. Tanpa sains sobat, kita hanya menjadi konsumen yang bergantung dan akhirnya didikte oleh Negara asing.

( Spiritual Motivator – Dr Nasrul Syarif M.Si Penulis buku Buatlah Tanda di Alam Semesta.Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo Kediri, Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur )

Exit mobile version