Bangga Indonesia, Pacet-Mojokerto – Program pelatihan Super Camp For Teen Al Firdaus Boarding School 2021 tidak hanya membangun karakter peserta lebih tangguh. Wow!
Acara yang dikemas outbond dan pelatihan penulisan ala siswa SMP Pesantren Modern di Pacet-Mojokerto, yang juga diikuti murid sekolah dasar dan mahasiswa ini, juga diajarkan bagaimana mencintai alam semesta raya. Menanam pohon di waktu dini hari.
Sesi pelatihan selama dua hari yang dibentang Sabtu-Ahad (13-14/03) ini, memang terasa paling berat, ketika peserta harus dibangunkan dini hari. Betapa tidak!
Sehari sebelum sesi pelatihan spesial ini dilangsungkan, para peserta sudah terkuras staminanya. Digembleng fisik serta mentalnya dalam pembentukan karakter hingga larut malam.
Siang hingga magrib, mereka digodok Dr Nasrul Faqih Syarif MSi diruang kelas dan lapangan. Usai isya materi pelatihan penulisan ala jurnalistik, yang disampaikan Cak Amu, sapaan Abdul Muis wartawan kawakan yang lebih 30 tahun mengabdi di media nasional Jawa Pos Grup ini, juga tak kalah berat.
Hampir dua jam Cak Amu memaparkan materinya hingga larut malam. Selesai pukul 9 malam. “Anak anak biasa tidur jam setengah sembilan,” ujar seorang ustadnya.
Seusai sesi pelatihan jurnalistik, santri tak boleh langsung tidur. Cak Amu memberi tugas mereka menuliskan karya jurnalistiknya menjelang tidur.
Nah, saat nyenyak-nyenyaknya tidur inilah, peserta sudah harus dibangunkan oleh petugas pondok melalui pengeras suara.
“Ayo semuanya bangun. Segera siap-siap kumpul di lapangan upacara. Waktu tinggal 15 menit lagi,” seru Ustad Eko berulang kali. Jam di tangan sudah menunjukkan hampir pukul tiga dini hari.
Tak sampai jam 03.00 WIB, Dr N Faqih Syarief MSi, sang trainer yang juga motivator spiritual ini, sudah siap di lapangan dengan kostum khasnya, hitam berlogo Bangga Indonesia. Tampak pula Cak Amu, motivator jurnalistik yang juga siap membidikkan kameranya.
Direktur Al Firdaus Bambang Misdianto juga sudah berada di arena acara, sebelum anak didiknya berkumpul semua. Tidak sampai jam tiga semua peserta sudah siap melaksanakan tugas. Beberapa ustad mereka juga turut mendampinginya.
Ustad Eko telah menyiapkan pohon bantuan dari kementerian kehutanan itu untuk segera ditanam. Setelah masing-masing ketua kelompok mendapat arahan dari Ustad Faqih, sapaan sang motivator quantum ini, beberapa tanaman produktif itu sudah tertancap di bumi Al Firdaus.
Usai menanam pohon, Ustad Faqih menyampaikan motivasinya dengan berfilsafat. Intinya apa yang dilakukan peserta adalah sebagai bukti kepedulian mereka terhadap perlunya menjaga lingkungan hidup untuk generasi yang akan datang.
“Apa yang kita tanam hari ini, kelak akan ada generasi yang menikmatinya ketika kita semua sudah dipanggil oleh Allah,” cetusnya. Karena itu, ia meminta peserta super camp jangan sampai berhenti di sini untuk membuat tanda di alam semesta.
Selama satu jam lebih mereka bergotong royong menanam pohon, pihak pondok langsung mengarahkan peserta menuju Masjid Al Firdaus. Mereka harus siap-siap sholat tahajud berjamaah.
“Ini sudah menjadi bagian dari kewajiban santri melakukan sholat tahajud. Seperempat jam sebelum subuh mereka sudah siap di masjid,” jelas Ustad Bambang.
Habis subuhan semua peserta diwajibkan mendengarkan kuliah subuh yang rutin dilakukan setiap habis sholat berjamaah. Penceramahnya adalah ustad yang bertugas secara bergantian.
Usai meninggalkan masjid, peserta sudah harus mengikuti time schedule yang dibuat panitia. Mereka tidak sempat istirahat. Apalagi leha-leha(bahasa jawa : santai-santai). “Semuanya harus mengenakan sepatu olah raga,” pekik Ustad Eko via pengeras suara.
Tak sampai 15 menit sebelum jam 6 pagi, Cak Amu yang semalam tidak sempat tidur pulas karena menyelesaikan tugas penulisan, sudah siap di lapangan. Peserta kemudian diminta untuk lari ringan di area pondok dengan arahan ketua kelompok masing-masing.
Setelah stretching, Cak Amu mengajak peserta untuk mengikuti gerakan senam Energy Building. Senam untuk mendapatkan energi matahari pagi ini sama sekali belum pernah dilakukan oleh peserta.
“Kita menjemur badan di musim pandemi COVID ini sangat perlu. Cuma ada metodologinya yang hasilnya akan lebih efektif hingga tubuh bukan hanya sehat, tapi unsur cahaya, nurun ala nurin dari Allah masuk dalam diri kita,” jelasnya.
Karena itu, senam Energy Building ini tidak sekedar senam sebagaimana yang dilakukan instruktur umumnya. “Ada unsur zikrullah di senam ini. Gerakannya pun menuju tujuh titik dalam diri manusia yang dihuni unsur syaitan dan hewani,” jelasnya.
Ia meminta setelah acara super camp ini berakhir, senam Energy Building yang simple gerakannya itu, bisa dilakukan secara istiqomah agar energi sinar matahari senantiasa menempel dalam diri manusia. “Ibarat baterai, hasil chargernya tidak akan habis,” jelasnya.
Energi matahari yang masuk dalam jiwa manusia. menurut Cak Amu, bisa dipergunakan untuk mentransfer kepada sesama yang kurang energinya. Maka menjemur badan setiap pagi adalah sangat diperlukan tubuh.
“Jangan hanya saat ada pandemi saja. Kenapa hal ini hanya dilakukan untuk bayi yang baru lahir. Kita semuanya perlu “dede”(bahasa jawa : berjemur) setiap hari hingga tua. Ini agar selain imun kita bertahan, energi matahari tak akan habis dalam diri kita,” ungkap Cak Amu.
Seusai acara senam Energy Building, peserta kemudian diistirahatkan sejenak untuk sarapan pagi. Seusai sarapan, mereka kembali ke lapangan untuk mengikuti acara game-game yang dikemas menyenangkan.
Ustad Faqih yang jago ngemong peserta ini, bertugas memandu peserta lagi. Ia mengajak mereka hepi hingga menjelang siang.
Sesi terakhir adalah cooling down. Materinya pembahasan permainan game secara filosofis. Ini dilakukan Ustad Faqih dalam kelas. Acara kemudian ditutup dengan sesi muasyabah. Introspeksi diri semacam ESQ (Emotional Spiritual Quetient).
Di sesi penutupan yang berlangsung syahdu dengan iringan musik lirik lagu kelompok band D’Masiv ini, tak sedikit peserta yang meneteskan air mata. Bahkan ada yang menangis sesenggukan. Mengenang dan merindukan orang tua dan keluarganya.
Mereka kemudian saling bermaafan. “Silahkan mencari guru-guru atau ustad dan ustadzah Anda untuk meminta maaf,” pinta Ustad Faqih.
Ya. Hari itu, Ahad (14/03) mereka berada dalam titik nol. Peserta bagai merayakan “hari rayanya” di Super Camp For Teen. Posisi jiwanya bagai gelas yang sudah kosong.
“Saya terharu. Di usia Anda, SMP saya tak pernah mendapat bekal motivasi seperti ini. Bersyukurlah masih ada guru yang bisa memotivasi kalian,” kesan Cak Amu.
Kakek tiga cucu ini lantas mengajak peserta untuk mengisi diri dengan unsur-unsur energi yang positif. “Semoga kalian semuanya jadi orang sukses. Jadi kebanggaan Allah, kebanggaan orang tua, dan guru-guru kita. Takbir! Allahu Akbar,” pekik Cak Amu di sesi penutupnya setelah Kang Didin menyampaikan pesannya kepada peserta agar menjaga ilmu yang sudah didapatkan dari pemateri. (aba)