Site icon Bangga Indonesia

Belajar dari Bapak Manusia: Nabi Adam As

Ilustrasi. FOTO ISTIMEWA/ Dokumentasi

SAUDARAKU. Manusia pertama yang diciptakan oleh Allah SWT adalah Nabi Adam. Ia merupakan bapak manusia. Segudang hikmah (pelajaran berharga) bisa digali dari perjalanan hidup bapak manusia itu.

Ketika berada di surga, saat pertama diciptakan, ia sudah menjadi figur kontroversi. Iblis laknatullah, yang tercipta lebih dahulu, merasa jauh lebih baik dari pada Adam. “Ana khoirun minhu” (Aku lebih baik dari Adam), demikian Iblis bergumam.

Karenanya, Iblis tidak mau bersujud (berhormat) kepada Adam setelah Allah memberikan perintah-Nya. Hal ini terlukis di dalam Surat Al-Baqoroh ayat 34;

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلۤئِكَةِ اسْجُدُوْا لِأَدَمَ فَسَجَدُوۤا إِلاَّ ۤإِبْلِيْسَ أَبَى وَ اسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكٰفِرِيْنَ.

“Sujudlah kalian semua kepada Adam”. Para Malaikat semuanya bersujud, kecuali Iblis yang tidak melaksanakan perintah Allah tersebut.

Saudaraku. Iblis telah menjadi makhluk yang sombong (takabbur) padahal sebelumnya tidak. Iblis, juga telah menjadi durhaka dengan Tuhannya, yakni Allah SWT, padahal sebelumnya tidak.

Terciptanya Nabiyullah Adam As., telah mengubah jati diri Iblis. Ia semula dekat dengan Allah, berbalik menjadi menjauh dari-Nya.

Ia semula taat dan patuh kepada-Nya menjadi makhluk durhaka. Itulah, Iblis laknatullah yang kemudian bersumpah dihadapan Allah SWT, Sang Penguasa Alam Semesta, akan selalu menggoda Adam serta anak cucunya, tanpa mengenal lelah.

Membujuk rayu dari segala penjuru, untuk menjauhkan manusia dari Tuhannya. Segala kemampuan Iblis dikerahkan untuk misinya itu. Bahkan dengan bersumpah palsu pun akan dilakukan Iblis, yang penting misinya berhasil.

Saudaraku. Dulu, saat Bapak Adam As, beserta Ibu Hawa berada di surga, hanya satu yang menjadi pantangannya.“Adam, jangan kamu dekati asy-syajaroh (pohon) ini”, demikian Allah melarangnya.

Namun, larangan ini kemudian dilanggar oleh Adam As dan istrinya. Bukan tanpa sebab Adam As melanggar larangan ini. Tetapi iblis telah berhasil meyakinkan Adam dengan bujuk rayunya.

Saudaraku. Kemampuan iblis merangkai kalimat atau kata yang dibalut dengan kedustaan dan sumpah palsu benar-benar telah sulit bagi Adam untuk mengetahui, mana yang benar (hak) dan mana yang palsu (hoax/batil).

Saat itu, Allah SWT belum memberikan banyak petunjuk-Nya, karena pada prinsipnya hidup di surga tidak ada larangan. Semuanya boleh, kecuali satu, yakni mendekati pohon, yang oleh Iblis dinamainya sebagai asy-syajarotul khuldi (pohon kekekalan).

Pemberian brand (nama); pohon kekekalan, adalah modus yang digunakan Iblis agar bisa meyakinkan Adam. Bahwa larangan Allah SWT ini dimaksudkan agar Adam dan istrinya tidak berlama-lama (kekal) di surga.

Tidak cukup sampai di situ, Iblis juga berani bersumpah kepada Adam, bahwa yang disampaikan itu semata-mata nasehat kepada kebaikan.

Walhasil saudaraku, tipu muslihat Iblis telah menyebabkan Adam dan Hawa terusir dari kehidupan surgawi.

Saudarku. Menapaki babak baru dalam kehidupan di bumi, Adam dipisahkan dengan Ibu Hawa dalam jarak ribuan kilometer. Dan keduanya, baru dipertemukan kembali setelah 40 tahun kemudian.

Adam benar-benar tobat atas kesalahan yang diperbuatnya, sehingga Allah SWT mengampuninya.

Saudaraku. Dalam babak baru inilah, Allah SWT berpesan,“Adam, sekarang kamu dan istrimu ada di bumi. Ingat, kehidupan di bumi lebih berbahaya karena Iblis telah bersumpah kepada-Ku untuk selalu menggempur ketahanan iman anak cucu-mu. Ia beserta pengikutnya akan selalu menggoda dan merayu dengan berbagai cara tanpa berhenti. Namun, kamu, Adam, tidak perlu cemas dan kuatir dengan ancaman Iblis. Asalkan kamu dan anak cucu-mu selalu mengikuti dan berpegang teguh kepada pentunjuk-Ku yang akan Aku berikan, pasti kamu dan anak cucu-mu bisa melalui hidup di bumi ini dengan selamat dan kesuksesan”.

Pesan ini tertuang di dalam Al-Qur’an surat Al-Baqoroh ayat 38:

قُلْنَااهْبِطُوْامِنْهَاجَمِيْعًا فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّى هُدًى فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُوْنَ.

Sekelumit pesan Allah SWT sebagaimana tersurat pada ayat di atas, memberikan jaminan kepada manusia, anak cucu Nabi Adam bahwa mereka yang mengikuti petunjuk-petunjuk Allah SWT dalam mengarungi hidup di bumi (dunia) ini, memperoleh jaminan laa khoufun ‘alaihim walaahum yahzanuun, yakni; hidup yang tidak takut, cemas dan sedih.

Saudaraku. Ini berlaku sebaliknya, bagi manusia yang tidak mengikuti petunjuk Allah SWT, pasti akan mendapati jalannya syetan yang pada akhirnya menjerumuskan manusia kedalam kehancuran.

Nah, dalam konteks sekarang ini saudaraku, petunjuk-petunjuk Allah SWT hanya bisa kita peroleh di dalam kitab suci Al-Qur’an, sebuah Kitab suci yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, berisi petunjuk yang paripurna (lengkap), disamping Kitab tersebut sangat mudah untuk dipelajari karena Allah SWT sendiri telah menjaminnya.

Keengganan umat Nabi Muhammad SAW, dalam mempelajari dan memahami kitab sucinya bisa berakibat fatal. Yaitu, masuknya petunjuk syetan dalam hidupnya tanpa disadari.

Anak buah iblis, yakni syetan, sebagaimana komandannya, mampu menampilkan image (pencitraan) yang baik meskipun itu adalah buruk dan merusak.

Ibaratnya, air comberan (got) dimasukkan dalam botol dan kemasan yang baik, sekaligus diberi label “air minum kesehatan”, dan disertai sumpah palsu dalam memasarkannya.

Jualan model demikian, banyak lakunya. Padahal air yang ada di dalam botol tersebut tidak lebih dari air najis yang banyak mengandung kuman penyakit.

Seperti itulah gambaran syetan dalam mengemas petunjuknya yang menyesatkan itu. Namun, banyak manusia yang telah mengambil petunjuk syetan dalam mengiringi hidupnya dari pada mengikuti petunjuk Allah SWT.

Syetan, dalam wujudnya bisa makhluk ghoib dari jenis jin, juga bisa dalam bentuk manusia, yakni anak cucu Nabi Adam yang sesat. Golongan manusia yang berperan menjadi syetan karena tindakannya, adalah kaum kafir, kaum munafiq serta Kaum Yahudi Perusak.

Merekalah, manusia yang mudah untuk ditunggangi Iblis dalam melancarkan misinya untuk menjauhkan anak cucu Adam (khususnya Umat Nabi Muhammad SAW) dari Allah SWT, juga dari Al-Qur’an.

Media Televisi merupakan sarana yang efektif bagi mereka untuk membuat framing tentang sesuatu hal (misal: kemenangan wanita berjilbab dalam kontes musik, da’i / pen-syiar agama yang selebritis) seolah-olah itu baik, padahal dibalik framing yang diciptakannya itu terkandung maksud untuk merusak mainset (pola pemahaman) umat Islam terhadap ajaran agamanya, secara perlahan tapi pasti.

Wallahu a’lam bis showab.


Penulis: Achmad Syaichu Buchori, S.Ag.
• Pengasuh Madrasatul Qur’an Al-Anwar Manyar Sabrangan Surabaya
• Penyusun Kitab Maca Qur’an Sakmaknane “Metode HARFun”
• Ketua Majelis Alumni LPBA Masjid Agung Sunan Ampel Surabaya

Exit mobile version