Bangga Indonesia, Banyuwangi – Bencana Terus Menerus, Saatnya Kemaksiyatan Harus Diputus
Bencana terus menerus, seakan bumi sudah lelah dihuni manusia-manusia rakus. Belum selesai musibah akhir tahun yang menerpa wilayah timur pulau Jawa yaitu dengan meletusnya gunung merapi semeru, sekarang kado awal tahun 2021 sudah disuguhi berbagai bencana yang memilukan hati,mulai dari jatuhnya pesawat Sriwijaya Air dan disusul banjir yang melanda di berbagai wilayah Indonesia dan gempa bumi yang terjadi jumat kemarin.
Ruas jalan nasional di Provinsi Kalimantan Selatan yang menghubungkan antar-kabupaten dan kota putus akibat diterjang banjir (CNN Indonesia, kamis 14/1/2021). Namun begitu menurut Sekretaris Daerah Kabupaten Banjar Mokhammad Hilman, kerusakan bukan terjadi pada badan jembatan melainkan pada oprit atau urukan tanah jembatan. “Benar jalan nasional tepatnya di Jalan A Yani km 55.500 Kecamatan Mataraman terputus karena oprit Jembatan Sungai Salim yang rusak tergerus air,” ujar Hilman seperti dikutip Antara, Kamis (14/1). Diketahui, jalan itu merupakan akses utama dari Kota Banjarmasin menuju kawasan Hulu Sungai di Kalimantan Selatan seperti Kabupaten Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara, Balangan, dan Tabalong.
Belum lagi musibah banjir yang melanda wilayah kecamatan Bangsal sari Jember Jawa Timur. Banjir bandang menerjang Desa/Kecamatan Bangsalsari akibat hujan deras yang mengguyur kawasan setempat hingga menyebabkan air Sungai Tugusari meluap membawa material lumpur dan kayu pada Selasa (12/1) sore. Ada tiga pesantren yang juga lembaga pendidikan terendam banjir bandang yakni Pondok Pesantren Mamba’ul Khoiriyatil Islamiyah ( MHI ), Ponpes Ar – Rosyid, dan Ponpes Al – Azhar yang ketiganya berada di Kecamatan Bangsalsari. “Tembok Pesantren Ar- Rosyid jebol akibat diterjang banjir bandang karena lokasinya ada di tikungan sungai. Jebolnya pembatas tembok pesantren itu sudah terjadi dua atau tiga kali beberapa waktu yang lalu,”.
Dan yang terbaru adalah gempa berkekuatan 6,2 SR yang terjadi di Mamuju Majene Sulawesi Barat. Dilansir dari jpnn.com Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulawesi Barat (Sulbar) Darno Majid menyampaikan sebanyak 27 orang meninggal dunia akibat gempa dengan Magnitudo 6,2 yang mengguncang Majene dan Mamuju pada Jumat (15/1) dini hari.
“Data yang kami terima dari BPBD Mamuju dan Majene yang kita rilis sekarang ini adalah 18 orang meninggal dunia di Mamuju, dan sembilan di Majene,” ungkap Darno Majid melalui keterangan resmi yang diterima di Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat.
Menurut situs Merdeka.com, Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati mengingatkan potensi gempa susulan yang memicu tsunami di Sulawesi Barat. Diprediksi ada potensi gempa susulan yang lebih besar yang terjadi di Mamuju dini hari tadi.
Dan masih banyak lagi musibah yang senantiasa menghampiri negri ini.
Musibah akibat salah kelola
Musibah menurut Al-Qur’an merupakan bentuk ujian dan teguran dari Allah SWT, berupa hal baik ataupun yang buruk, seperti kelaparan, ketakutan, kematian, kekurangan harta, dan lain sebagainya. Jadi musibah dipahami sebagai segala peristiwa negatif yang tidak diinginkan dan menimpa seseorang.
Allah SWT berfirman;
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar kesalahanmu. (Qs.Asy-syura;30)
Ini semua adalah bagian dari akibat yang ditimbulkan oleh pengrusakan lingkungan dengan banyaknya sampah di sungai yang menyebabkan sumbatan-sumbatan dam berimplikadi pada luapan debit air yang makin tinggi.Alih fungsi lahan yang dijadikan jalan raya maupun perumahan juga menambah deretan panjang terjadinya bencana.Pada akhirnya tanah yang menjadi resapan air hujan semakin berkurang.Penebangan hutan oleh para investor yang ingin membangun pabrik industri, juga pembangunan infrastruktur yang memutus Jalan air sehingga air tidak bisa mengalir menuju ke hilir.Pembangunan sektor industri yang didasarkan pada sistem ekonomi neoliberal telah menimbulkan dampak negatif yang mengerikan terhadap lingkungan hidup.Penambangan sumber daya alam yang berlebihan juga membuat struktur tanah tidak lagi stabil dan berakibat fatal yakni banyak terjadi tanah longsor.
Musibah ladang muhasabah
Belumkah kita sadar bahwa selama ini kita telah lalai terhadap amanah Sang pencipta bahwasanya bumi ini diciptakan adalah untuk dimanfaatkan bukan untuk dirusak yang dampaknya akan menimpa anak cucu kita.Sudah berapa banyak peringatan yang diturunkan oleh Allah SWT, untuk menjadi renungan sekaligus muhasabah diri.
Bencana alam,banjir bandang,tanah longsor di berbagai wilayah,terus menambah daftar panjang kegagalan negara dalam mengantisipasi potensi bencana alam yang hadir bersama dengan kehidupan masyarakat. Indonesia sudah sangat akrab dengan bencana alam. Berbagai bencana alam yang dilatarbelakangi kondisi geografis, geologis, dan hidrologis seharusnya mendorong Indonesia untuk membangun ketangguhan masyarakat dalam menghadapi bencana alam. Meskipun tersimpan kekayaan alam dan keindahan pulau-pulau yang luar biasa, perlu juga menyadari bahwa wilayah nusantara ini memiliki 129 gunung api aktif, atau dikenal dengan ring of fire, berada di pertemuan tiga lempeng tektonik menempatkan negeri kepulauan ini berpotensi terhadap ancaman bencana alam.
Menghadapi ancaman kerugian materi dan jiwa bencana alam tersebut, maka dirasa penting untuk meluruskan kembali cara memandang bencana alam beserta usaha yang dapat dilakukan.
Bencana alam dalam perspektif Islam.
Bencana alam yang menimpa manusia merupakan qadha’ dari Allah SWT. Namun, di balik qadha’ tersebut ada fenomena alam yang bisa dicerna. Termasuk ikhtiar untuk menghindarinya sebelum bencana alam terjadi.Maka dari itu dibutuhkan upaya manajemen dan mitigasi bencana alam. Dikisahkan oleh Umar bin Khattab RA. bahwa suatu kali di Madinah terjadi gempa bumi. Rasulullah SAW lalu meletakkan kedua tangannya di atas tanah dan berkata, “Tenanglah … belum datang saatnya bagimu.” Lalu, Nabi SAW menoleh ke arah para sahabat dan berkata, “Sesungguhnya Rabb kalian menegur kalian … maka jawablah (buatlah Allah ridha kepada kalian)!”Sepertinya, Umar bin Khattab RA mengingat kejadian itu. Begitu juga ketika terjadi gempa pada masa kekhalifahannya,ia berkata kepada penduduk Madinah, “Wahai Manusia, apa ini? Alangkah cepatnya apa yang kalian kerjakan (dari maksiat kepada Allah)? Andai kata gempa ini kembali terjadi, aku tak akan bersama kalian lagi!”Khalifah Umar bin Abdul Aziz juga tak tinggal diam saat terjadi gempa bumi pada masa kepemimpinannya.
Penanggulangan bencana dalam sistem Islam
Walaupun bencana merupakan sesuatu yang tidak terduga. Akan tetapi, Allah SWT memerintahkan kepada hambanya untuk berikhtiar dalam usaha pencegahan terhadap ujian yang berada di wilayah yang dikuasai oleh manusia.Berbagai antisipasi terhadap banjir dan tanah longsor juga bisa dilakukan terutama oleh para pemegang kebijakan.Sebab,merekalah yang memiliki kewajiban untuk memelihara urusan masyarakat untuk senantiasa berada dalam ketaatan pada Sang pencipta,melindungi warganya dari berbagai bahaya, melakukan evakuasi dan penyelamatan terhadap rakyat yang tertimpa bencana, dan memberikan sanksi kepada setiap orang yang melanggar hukum dan menjadi penyebab terjadinya bencana. Antisipasi yang bisa dilakukan diantaranya;
- Melakukan manajemen tata ruang kota ,dengan tetap memperhatikan penjagaan terhadap kondisi alam sekitar.
- Eksploitasi sumber daya alam sesuai syariah, yakni menjadikan hutan sebagai kepemilikan umum,akan tetapi pengelolaannya berada ditangan negara dan hasilnya untuk kemakmuran rakyat, bukan malah diserahkan kepada pihak asing yang senantiasa memandang suatu kerjasama sebagai lahan bisnis yang pada akhirnya justru menimbulkan masalah lingkungan hidup dan menyebabkan terjadinya bencana.
- Mengurangi atau menghindarkan dampak kerugian dari bahaya bencana alam dengan terus mengembangkan sains dan teknologi yang ramah lingkungan.
- Adapun ketika bencana benar-benar terjadi,melaksanakan evakuasi gawat darurat sesegera mungkin dan memastikan sampainya bantuan dengan cepat pada korban.
- Mencapai pemulihan masyarakat yang cepat dan efektif.
Sesungguhnya bumi ini milik Allah SWT.Dan manusia diangkat oleh Allah sebagai khalifah fiil ardhi.Semuanya dalam rangka untuk mengelola alam semesta ini sesuai dengan aturan Sang pencipta. Maka ketika umat Ini dengan sengaja beralih pada hukum buatan manusia,maka yang terjadi bumi ini menjadi murka.Oleh karena itu, saatnya bagi kita untuk kembali pada aturan syariah-Nya, agar keberkahan hidup bisa kembali terwujud.
WaAllahu’alam bi ash-showwab. (Miratul Hasanah. Pemerhati masalah kebijakan public, Sempu-Banyuwangi )