Site icon Bangga Indonesia

Ber-media Online (Part 1)

Salman, Jurnalis Bangga Indonesia

Bangga Indonesia, Sidoarjo – Sampaikan Saja. Kita semua tahu. Media yang kita kenal dulu, seperti koran, radio dan televisi sudah kita masukkan dalam sejarah. Kita mungkin sepakat, media online adalah media yang sangat modern. Kekinian pula. Anda pasti sepakat.

Tulisan ini saya buat untuk menandai dan memberitahu kepada anda bahwa, ada yang harus dikejar dalam media online. Saya kasih kata kunci, kepercayaan. Penting sangat ini.

Kepercayaan harus hadir lewat sajian informasi di media online. Coba sebut media online yang anda percaya saat ini. Bisakah anda percaya sampai besok, minggu depan atau bulan depan.

Banyak cara agar kita mau percaya informasi di media online. Yang pasti anda takutkan adalah benarkah informasi tersebut sudah diverisikasi oleh si penulis. Jangan – jangan itu opini dia sendiri.

Kalaupun anda ingin percaya sebuah informasi di sebuah media online anda pasti harus membuka beberapa portal website media online lain. Atau, tunggu hingga media konvensional memberitakan informasi itu barulah anda percaya.

Entahlah, kalaupun di presentase kan. Kepercayaan terhadap media daring atau online mungkin sangat rendah. Coba jawab berapa persen anda percaya pada media online atau daring ini?

Tapi saya lebih suka menyebutnya fluktuatif, terus bergerak. Ada yang menanjak, dan ada yang merangkak turun.

Kalaupun menanjak itu berkat kebetulan lebih cepat atau kadang ada kebetulan yang lain. Kalau lagi turun itu juga berkat kebetulan, karena kalah dengan tetangga yang lebih cepat. Bahkan ada fenomena unik, ketika sebuah media online melakukan kesalahan justru bisa menaikkan angka kepercayaan masyarakat terhadap sebuah media.

Banyak faktor. Kepercayaan itu ada ketika masyarakat mau mengkonsumsi informasi yang disajikan dengan sukarela. Tak lepas dari itu kepercayaan didapat juga berkat pengolahan sajian informasi yang menarik. Isi yang bermanfaat bagi pembaca. Sesuai dengan selera dan masih banyak alasan untuk menjawabnya.

Satu hal yang paling penting yaitu logis dan verifikatif. Saya sangat tertarik untuk mengamati fenomena beberapa hari terakhir yang ramai di kalangan jurnalis. Sebuah tulisan dari media online CowasJP.com mendapat atensi yang tinggi di masyarakat. Bisa di cek, hingga tulisan ini saya buat tulisan berjudul Jawa Pos “Keropos” pada tanggal 18 Juli 2020 mendapat perhatian luar biasa di masyarakat. Total, mendapat atensi hingga 380 ribu pembaca. Luar biasa bagi media online.

Tulisan di CowasJP.com itu tidak seperti tulisan di media daring lain yang pendek – pendek. Yang diubah menjadi beberapa halaman (page). Dan yang paling penting tidak ada iklan tiba – tiba muncul saat kita baca beritanya.

Tulisan Jawapos “Keropos” itu menjadi ramai karena melalui tulisan itu kita tahu, fakta yang terjadi. Sebuah media konvensional yaitu koran sedang menghadapi ujian yang luar biasa berat. Penyajian berdasarkan fakta yang ada menjadi faktor berita ini mendapatkan atensi yang luar biasa. Kemudian topik yang menarik. Itu menurut saya. Bisa saja berbeda menurut anda

Oke kembali ke topik utama yaitu kepercayaan. Kalaupun anda bisa percaya dengan sebuah tulisan, semoga anda juga sudah bisa berfikir logis. Ini berkaitan. Coba pikir sekali lagi.

Melalui tulisan Jawapos “Keropos” itu kita paham bahwa tulisan ini adalah sebuah dukungan seorang jurnalis terhadap jurnalis lain. Fakta bahwa JP atau Jawa Pos sebuah media besar yang kini menghadapi ujian memang tergambar dengan baik.

Anda pasti berfikir, kok bisa ya sebuah media Jawa Pos yang dulunya besar kini berada diambang ketidakpastian.

Sajian fakta banyak disajikan. Mulai dari berubahnya tatanan ruang redaksi dan manajemen, hingga pengurangan karyawan yang kini diperdebatkan mampu digambarkan jelas. Apalagi didukung sajian foto yang didapat dari sumber dan pengamatan langsung oleh penulis.

Bahkan menjelaskan secara mendalam masalah yang terjadi melalui wawancara dengan narasumber yang tepat. Hingga pada akhirnya penulis mampu menyajikan logika yang baik dalam tulisan itu bagi para pembaca.

Coba kita runut, saat ini semakin sedikit kita lihat beredarnya koran tersebut. Tengok jalan – jalan kota Surabaya dan sekitarnya, berapa banyak yang menjajakan koran tersebut. Kalaupun kita mendapatkannya melalui berlangganan atau beli, kita akan mendapati jumlah halaman yang semakin tipis, tidak seperti dulu. Kalaupun mau mengamati, semakin berkurangnya acara atau kegiatan dari media tersebut.

Lalu pada tulisan tersebut malah digambarkan lagi lebih dalam, dari dapurnya langsung. Pada akhirnya, kita tidak sedang belajar atau membicarakan ujian sebuah media saat pandemi. Tetapi kita membicarakan bahwa media butuh sebuah pengakuan bahwa dapat dipercaya.

Melaui contoh diatas kita bisa belajar. Bagaimana bisa media bisa dipercaya? Kuncinya, ya media tersebut harus mampu menyampaikan informasinya secara jujur.

Bagaimana caranya agar bisa menyampaikan dengan jujur? Ya sampaikan saja fakta yang ada, apa adanya. Kasih saja bukti yang ada. Jelaskan saja. Hoaks atau berita bohong masa kini juga berusaha menyajikan informasi melalui fakta yang dibuat logis, tentu tujuannya tetap satu agar kita mau percaya. Entah memang itu kejujuran atau memang dia jujur ingin membohongi kita.

Yang pasti, semua tergantung kita. Mau percaya atau tidak. Maka dari itu, pesan saya. Jujurlah padaku, (Radja Band 2006) lah kok nyanyi.

(man)

Exit mobile version