Site icon Bangga Indonesia

Cak Amu Sebar “Jurus” di SMANES

Cak Amu saat memberikan materi pelatihan jurnalistik di SMA Negeri 1 Sumberrejo Bojonegoro

Bangga Indonesia, Bojonegoro – Seratus  pelajar dan pengajar SMA Negeri 1 Sumberrejo Bojonegoro takjub dengan “jurus-jurus maut” yang disampaikan pembicaranya dalam Pelatihan Jurnalistik “Master”.

Selama dua jam lebih, mereka antusias sekali, mendengarkan materi yang disampaikan Cak Amu, sapaan karib Abdul Muis, wartawan senior mantan karyawan Jawa Pos itu.

Cak Amu, memberikan materi jurnalistik secara penuh. Full power. Tak ada materi yang tersisa, kendati panitia membatasi waktunya selama dua jam. Semua peserta tak bosan memandang dua layar lebar di sisi kanan dan kiri panggung.

“Saya ingin berbagai pengalaman kepada anak-anak ku semuanya. Cuma, apa kalian mau di sini sampai magrib,” pancing Cak Amu yang secara serentak dijawab para pelajar,”siaap.”

Oke! Berarti peserta workshop yang didampingi langsung kepala sekolahnya, Drs H Soebintarto MM dan Pak Cipto Roso dari biro humas ini, serius. Sama dengan terapan saat masuk kelas.

“Kalian ambil dan serap semua ilmu dan pengalaman Cak Amu. Saya tidak menyangka teman seangkatan waktu sekolah di SMPP, sekarang SMA Negeri 16 ini, menjadi wartawan hebat di Jawa Pos. Saya baru tahu, tulisan-tulisan yang saya baca di Jawa Pos dulu itu, ternyata karya teman dan sahabat saya ini,” sambut kepala sekolah yang menyebut nama sekolahnya, SMANES ini.

Gayung pun bersambut. Pak Cipto Roso, yang juga mengajar Bahasa Inggris pun kemudian meminta anak didiknya untuk mamatikan handphone. Acara yang dihelat Kamis (3/9/2020) di aula sekolah yang baru saja meraih Anugerah Sekolah Adiwiyata Mandiri itupun gayeng.

Cak Amu tampil bagai seorang motivator. Beranjak dari tempat duduknya. Meninggalkan Pak Soebintarto yang mendampingi di meja kursi depan. Ia mendekati audien, sembari menyampaikan materi yang dituang dalam Power Point.

Para pelajar yang duduk sesuai protokol kesehatan tampak serius. Tapi tidak tegang.  Tak satupun ada yang beranjak selama “jam pelatihan” berlangsung.

Sesekali Cak Amu menghidupkan suasana dengan pancingan tawa. Juga tak jarang memberikan mikenya kepada peserta untuk menjawab pertanyaannya. Suasana jadi hidup.

Peserta kian akrab. Seakrab guru dengan murid di sekolah tersebut. “Wartawan itu hanya butuh waktu lima menit untuk mengakrabi nara sumbernya,” sebut bapak dua anak yang kini mengelola media portal online ini

Artinya, wartawan harus pandai bergaul. Harus banyak teman. “Usahakan sehari punya teman baru. Ini langkah awal untuk memperbanyak narasumber dan menguatkan jejaring,” tegas Founder Bangga Indonesia ini.

Cak Amu menyebut semua peserta bisa menjadi wartawan. Asal punya kemauan keras menulis. “Mulai saat ini menulislah,” pintanya.

Mengapa? Karena dengan mulai menulis dari sekarang, akan memudahkan pelajar menulis tugas sekolah maupun membuat skripsi ketika masa kuliah nanti.

“Belajar menulis profil, siapa dirimu. Tulis yang kau ingat masa kecil hingga kini. Tulislah apa yang kau lihat, dengar dan rasakan saat itu,” harap wartawan yang pernah meiliput Pesta Olimpiade Atlanta di AS dan Piala Dunia 2002 di Korea-Jepang ini.

Ia yakin, saat ini semua pelajar pasti suka menulis. Apalagi di era digital. “Apa yang Anda tulis di media sosial itu sudah benarkah? Sesuai faktakah? Nah, ini masalahnya?” ujar Cak Amu

Pria penggemar Gowes ini, menyebut setiap tulisan yang diunggah di media sosial atau media apapun, akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah. Sebab, semua itu sama dengan perbuatan lainnya.

Oleh karena itu, Cak Amu mengajak dalam workshop kali ini, para pelajar harus memahami bahwa menulis itu harus benar. Sesuai fakta, nyata dan sumber beritanya kompeten.

“Hindari Hoax dan Pahami Ilmunya,” topik yang diangkat Cak Amu dalam Pelatihan Jurnalistik “Master” itu.

Kenapa? Fenomena kabar saat ini banyak diwarnai berita palsu alias hoax. Tidak jelas asal-asulnya, Namun sering dikopi paste banyak orang.

“Nah, ketika saya keluar dari tempat ini nanti, saya tidak mau anak-anak menulis tanpa didasari dengan kaidah jurnalistik yang benar. Jadi penulis yang baik sesuai yang saya sampai di sini,” pinta Cak Amu.

Semua karya tulis, menurut penggagas Program Boso Suroboyoan Pojok Kampung di JTV ini, bersumber dari jurnalisme. Maka calon penulis harus memahami bagaimana cara menulis yang benar sesuai koridor jurnalistik.

“Karya jurnalistik itu basicly-nya semua karya tulis,” tegas penulis Buku Sepak Bola Gajah Paling Speltakuler ini.

Karena itu, materi yang disampaikan Cak Amu sangat lengkap. Mula dari berita layak tayang, metodologi menulis sampai jenis karya tulis apa saja yang perlu disampaikan ke pembaca.

“Bagaimana kalian semua bisa menulis judul yang menarik, struktur penulisan yang pas. Enak dibaca dan perlu itu, perlu belajar dan teknik dari para pakar jurnalitik,” jelas wartawan pernah keliling Indonesia untuk melatih wartawan grup perusahaan terbesar di Indonesia ini.

Ilmu menulis yang benar dan terstruktur itu, menurut Cak Amu, perlu ditanamkan kepada anak didik sejak dini. Sebab, pelatihan menulis itu, bukan hanya untuk menjadi wartawan.

“Namun, hobi dan kebiasaan menulis ini bisa menjadikan sebuah aktivitas tambahan ketika mereka tidak ditakdirkan menjadi wartawan,” jelasnya. (Adinda Nurul Izaah)

Exit mobile version