Site icon Bangga Indonesia

Digital Parenting Menghadapi Generasi Alpha

Tangkapan Layar Webinar Literasi Digital Nasional Wilayah Sidoarjo, 21 Juni 2021

Bangga Indonesia, Surabaya – Digital Parenting Menghadapi Generasi Alpha

Sobat. Sobat. Siapa Generasi alpha  itu ?  Bisa dibilang Generasi Alfa adalah anak dari Generasi Millenials dan adik dari Generasi Z. Kelompok yang masuk ke dalam generasi ini adalah mereka yang lahir di tahun 2010 sampai 2025. Sebutan Generasi Alfa muncul pada tahun 2005, nama ini ditentukan dari hasil survey yang diadakan oleh Mark McCrindle, seorang analis sosial dan demografi.

Sobat. Sebuah generasi tidak hanya dibentuk berdasarkan orang-orang yang lahir dalam periode waktu yang sama. Setiap generasi yang tumbuh dan dibesarkan pada tahun berbeda tentunya juga memiliki karakternya masing-masing. Karakter ini dipengaruhi oleh politik, budaya, atau peristiwa yang terjadi pada periode tersebut. Anak-anak Generasi Alfa merupakan generasi pertama yang benar-benar telah hidup berdampingan dengan teknologi canggih sejak mereka dilahirkan. Dari alasan inilah mereka juga kerap disebut sebagai “generasi digital”.

Sobat. Pemandangan anak berusia dua tahun yang telah lihai menggunakan perangkat lunak tentu bukanlah pemandangan yang mengherankan di masa sekarang. Untuk mendukung perkembangan ini, beberapa kurikulum pendidikan di beberapa negara mulai menambahkan pelajaran pemrograman komputer pada sekolah dasar dan menengah.

Sobat. Kurikulum tersebut bertujuan untuk membantu pembentukkan siswa yang kreatif dan mampu menggunakan teknologi untuk menghasilkan solusi dalam memecahkan masalah. Dibesarkan pada era di mana teknologi selalu berkembang secara konstan, Generasi Alfa dapat menjadi peran penting yang sangat berpengaruh terhadap berbagai industri untuk terus berevolusi dan menciptakan inovasi terbaru.

Generasi Alfa juga memberikan dampak pada dinamika dunia. Dengan mudahnya akses dan komunikasi secara global, anak-anak yang termasuk generasi ini mungkin akan lebih mampu memperluas kemampuan komunikasi linguistik mereka.

Sobat. Sekarang apa saja karaktristik generasi Alpha itu ?  Bagi Bunda yang melahirkan anak generasi alpha, penting lho untuk mengenalnya lebih jauh. Berikut beberapa karakteristik anak generasi alpha yang perlu Bunda ketahui agar lebih mudah memahaminya:

  1. Paling terdidik

Meski sebagian besar dari anak generasi alpha ini masih dalam masa pertumbuhan, namun kelak mereka akan jadi generasi paling terdidik sepanjang sejarah berkat teknologi dan informasi instan yang tersedia.

Anak-anak ini akan akan tumbuh, dan belajar lebih banyak serta dalam tentang dunia daripada para pendahulunya, Bunda. Ini juga akan mengubah sifat pendidikan tinggi karena memberikan ekspektasi yang sangat berbeda pada institusi.

  1. Paham teknologi

Orang tua dari anak generasi alpha mungkin lahir saat teknologi baru dimulai. Akan tetapi, para generasi alpha akan menjadi orang yang memiliki integrasi teknologi tanpa batas ke dalam setiap aspek kehidupannya, Bunda.

Faktanya, generasi alpha dan teknologi saling terkait, sehingga diperkirakan saat mereka berusia 8 tahun, keterampilannya terhadap teknologi akan melampaui orang tuanya.

  1. Artificial Intelligence adalah realitas mereka

Bagi generasi ini, artificial intelligence (AI) mendominasi realitas mereka dan merupakan bagian alami dari kehidupan mereka. Ini juga menjadi faktor bagaimana mereka akan melihat dunia dengan banyaknya informasi yang disajikan.

  1. Pembelajaran sangat personal

Generasi alpha terbiasa memiliki akses langsung ke informasi yang dibutuhkan, sehingga membuat metode pembelajaran lama menjadi hal yang kuno baginya. Anak-anak generasi ini pun akan belajar dengan kecepatan mereka sendiri, pengalaman belajar yang dipersonalisasi dan ditargetkan untuk mengimbangi kemampuannya.

Bersama dengan ruang kelas, modul, dan tutorial pembelajaran online akan memfasilitasi pendekatan mereka terhadap pendidikan.

  1. Media sosial jadi mode interaksi sosial

Generasi alpha akan berinteraksi serta bersosialisasi secara dominan dengan teman dan rekannya melalui media sosial. Dengan media sosial, anak-anak ini akan selalu terhubung sepanjang hari, dan membawa serta kekhawatiran tentang privasi dan bullying di media online.

Penerimaan seorang anak untuk bersosialisasi pun dihitung dengan seberapa besar mereka disukai secara online, Bunda. Meskipun hal ini kini menjadi norma, anak generasi alpha perlu diajari tentang pentingnya interaksi dengan orang lain secara langsung dengan bertatap muka.

  1. Tidak suka berbagi

Etnografi telah mengungkapkan bahwa generasi alpha tidak suka terlalu banyak berbagi. Ini berbeda dengan generasi sebelumnya yang lebih suka berbagi.

  1. Tidak suka mengikuti aturan

Generasi alpha tidak dapat dibatasi oleh aturan seperti generasi sebelumnya, Bunda. Energi yang mereka miliki sulit ditahan karena dunia digital yang menghubungkan mereka dengan perspektif tak terbatas untuk membendung kebutuhan diri sendiri.

  1. Tidak bisa diprediksi

Tidak seperti generasi sebelum yang dapat diprediksi, seseorang dari generasi sebelumnya yang menargetkan generasi alpha dalam beberapa urusan akan merasa jengkel karena anak generasi alpha dapat terus berubah dan tak bisa diprediksi.

Mereka juga cenderung lebih individualistis dan karenanya generasi alpha tidak termasuk dalam kategori orang yang dominan. Jadi, pada saat menemukan cara untuk memprediksinya, mereka bahkan dapat menunjukkan perilaku baru.

  1. Masa kecil sangat berbeda

Tidak seperti orang tua generasi milenial yang menikmati waktu luang dengan mereka bermain di luar ruangan dan menghabiskan waktu tanpa melakukan apa-apa, anak generasi alpha berbeda. Mereka hidup di dunia dengan stimulasi kognitif yang konstan, sehingga anak generasi alpha membutuhkan lebih banyak struktur dalam hari-hari mereka agar tidak gelisah.

Selain itu, anak generasi alpha juga khawatir terhadap adanya tekanan dari teman sebayanya. Untuk itu, mereka berlomba agar bisa berprestasi di sekolah dan menginvestasikan waktu demi mengikuti kegiatan ekstrakurikuler agar berprestasi. Meskipun cara tersebut berhasil untuk beberapa dari mereka, namun tak jarang ada yang merasa stres dan cemas.

  1. Pola makannya sangat berbeda

Karbohidrat, lemak, dan susu organik akan menjadi bagian besar dari apa yang mereka sukai untuk memenuhi membutuhkan energi. Kebanyakan dari generasi alpha kecanduan pasta, makaroni dan keju, dan banyak sereal lainnya yang mengandung lemak jenuh.

  1. Mereka hidup saat ini

Kekhawatiran tentang kesulitan di masa depan hampir menghilang pada generasi ini, Bunda. Jadi, tren hidup saat ini populer dengan para generasi generasi alpha. Yang mana, anak-anak ini hanya mengkhawatirkan hidup yang dijalani hari ini.

  1. Gayanya Funky

Anak generasi alpha lebih fokus pada gaya dan kenyamanan individu daripada norma sosial, sehingga mereka diperkirakan menjadi generasi yang paling suka pamer. Nama-nama anak generasi ini juga semakin multikultural dan benar-benar original.

Sobat. Berikut ini beberapa  tips mengasuh anak generasi alpha :

Karena anak generasi alpha memiliki banyak karakteristik yang berbeda dengan pendahulunya, diperlukan beberapa cara pengasuhan dan membesarkan anak generasi ini. Nah, berikut tips mengasuh dan membesarkan anak generasi alpha:

  1. Generasi alpha paham tentang teknologi digital, sehingga sebagai orang tua, penting bagi Bunda dan Ayah untuk untuk mengikuti dan memahaminya. Semakin baik Bunda melakukannya, mereka akan semakin menganggap orang tuanya relevan.
  2. Hari-hari menjadi orang tua otoriter sudah lama berlalu. Anak generasi alpha tak dapat diasuh dengan cara tersebut. Cobalah untuk mengajari, mengasuh, dan mendidiknya dengan dinamika saat ini. Meski begitu, bukan berarti Bunda dan Ayah akan mengatakan ya untuk semua keinginan anak.
  3. Sebelum mengizinkan anak menggunakan gadget, orang tua harus mengetahui dengan jelas apa yang baik dan tidak di internet serta media sosial. Beri tahu juga pada anak terkait kelemahan teknologi, serta risiko yang dapat membahayakannya.
  4. Terapkan aturan waktu penggunaan gadget secara jelas sebelum anak dapat mengaksesnya.
  5. Stimulasi otak generasi alpha diasah melalui teknologi. Namun orang tua juga perlu memperhatikan dan mengasah emosi dan perasaan anak.
  6. Sebagian besar interaksi dan hubungan mereka akan dilakukan secara online. Jadi, sebagai orang tua, orangtua bertugas mengajarkan tentang ketahanan dan kasih sayang, sehingga mereka akan berkembang secara emosional.
  7. Jadilah panutan bagi anak dan biarkan mereka memilih seberapa banyak kualitas orangtua yang ingin ditirunya.
  8. Seimbangkan waktu antara keluarga dengan gadget. Tetapkan aturan tentang berapa banyak waktu yang bisa dihabiskan untuk gadget, namun jangan terlalu memaksakan waktu untuk keluarga karena mereka bisa membencinya.

9.Waspadai konten apa yang mereka lihat secara online tapi jangan terlalu mencurigainya. Meski demikian, orangtua harus ada untuk membantunya.

  1. Bangun hubungan yang baik dengan anak. Lakukan komunikasi dengan terbuka dan jadilah satu-satunya orang yang dapat mereka andalkan lebih dari siapapun.

Demikian para orang tua dan para pendidik , semoga informasi bisa membantu memahami generasi alpha dan membantu mengasuh buah hati anda.

Salam Dahsyat dan Luar Biasa!

Exit mobile version