Bangga Indonesia, Chicago – Harga emas melonjak lebih dari dua persen di hari pertama perdagangan 2021 pada Senin (Selasa pagi WIB), berhasil menembus kembali level psikologis 1.900 dolar AS per ounce,.
Emas memperpanjang kenaikan untuk hari keempat beruntun, didukung pelemahan greenback jelang pemilihan putaran kedua untuk dua kursi Senat AS dari negara bagian Georgia.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Februari di divisi COMEX New York Exchange, melonjak 51,5 dolar AS atau 2,72 persen menjadi ditutup pada 1.946,60 dolar AS per ounce. Akhir pekan lalu, Kamis (31/12/2020), emas berjangka naik tipis 1,7 dolar AS atau 0,09 persen menjadi 1.895,10 dolar AS.
Emas berjangka juga terangkat 10,50 dolar AS atau 0,56 persen menjadi 1.893,40 dolar AS pada Rabu (30/12/2020), setelah naik 2,5 dolar AS atau 0,13 persen menjadi 1.882,90 dolar AS pada Selasa (29/12/2020), dan turun 2,8 dolar AS atau 0,15 persen menjadi 1.880,40 dolar AS pada Senin (28/12/2020).
“Ada kemungkinan bahwa kita akan melihat stimulus yang signifikan, yang akan menyebabkan penurunan lebih lanjut dalam dolar,” kata Jeffrey Sica, pendiri dari Circle Squared Alternative Investments.
Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap sejumlah mata uang utama lainnya, merosot ke level terendah 2,5 tahun, membuat emas lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
Investor mengamati pemilihan putaran kedua pada Selasa waktu setempat di negara bagian Georgia, yang akan memutuskan partai mana yang mengendalikan Senat AS.
“Pemilihan Senat minggu ini bisa menjadi peristiwa besar yang mengganggu sehingga emas menguat,” tambah Sica.
Jika Demokrat dari Presiden terpilih Joe Biden menguasai kedua majelis Kongres AS, pemerintahannya akan merasa lebih mudah untuk mendorong kebijakan seperti mengatur ulang perpajakan untuk meningkatkan stimulus dan pengeluaran infrastruktur.
Banyak investor melihat emas yang tidak memberikan imbal hasil sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang yang mereka khawatirkan dapat diakibatkan dari langkah-langkah stimulus yang besar.
Investor khawatir dengan meningkatnya kasus COVID-19, saat lebih dari 1,8 juta orang telah meninggal akibat COVID-19 di seluruh dunia. Kasus tersebut mungkin terus meningkat karena liburan di tengah lambatnya peluncuran vaksin COVID-19.
Pembatasan penguncian yang lebih ketat diperkirakan terjadi di Inggris dan Jepang, ketika kasus COVID-19 meningkat.
Varian baru virus corona di Afrika Selatan kemungkinan akan berdampak pada harga logam mulia, kata analis StoneX, Rhona O’Connell.
“Larangan penerbangan keluar dari Afrika Selatan akan mempengaruhi ekspor logam mulia – tentunya emas, platina dan paladium … yang diangkut melalui udara, dan sebagian besar dari itu pada penerbangan penumpang,” katanya.
Perak untuk pengiriman Maret naik 95,2 sen atau 3,6 persen menjadi ditutup pada 27,36 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman April turun 7,7 dolar AS atau 0,71 persen menjadi menetap di 1.071,50 dolar AS per ounce.(din)