Bangga Indonesia, Chicago – Harga emas menguat untuk hari kedua berturut-turut pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), karena penurunan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS dan dolar yang lebih lemah mengangkat daya tarik logam mulia di tengah kekhawatiran investor atas peningkatan kasus COVID-19 secara global.
Kontrak harga emas paling aktif untuk pengiriman Juni di divisi Comex New York Exchange, melonjak 14,7 dolar AS atau 0,83 persen menjadi ditutup pada 1.793,10 dolar AS per ounce, setelah mencapai tertinggi sesi di 1.798,25 dolar AS. Ini adalah penyelesaian tertinggi untuk emas sejak 25 Februari ketika menyentuh puncak 1.805 dolar AS.
Sehari sebelumnya, Selasa (20/4/2021), harga emas berjangka terangkat 7,8 dolar AS atau 0,44 persen menjadi 1.778,40 dolar AS, setelah terpangkas 9,6 dolar AS atau 0,54 persen menjadi 1.770,60 dolar AS, per ounce pada Senin (19/4/2021), dan menguat 13,4 dolar AS atau 0,76 persen menjadi 1.780,20 dolar AS pada Jumat (16/4/2021).
“Tekanan terhadap emas selama beberapa bulan terakhir adalah meningkatnya imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat dan sekarang sudah cukup banyak berkurang,” kata Analis Pasar Senior OANDA, Edward Moya.
“Prospek ekonomi global saat ini masih beragam … Anda akan melihat pendekatan yang jauh lebih hati-hati di kuartal berikutnya dan itu mungkin akan membuat emas mulai melihat aliran safe haven,” tambah Moya.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun yang dijadikan acuan melemah di bawah 1,6 persen, mengurangi peluang kerugian memegang emas yang tanpa suku bunga. Imbal hasil surat utang AS 10-tahun berada di level tertinggi 14 bulan di 1,77 persen pada 30 Maret.
Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap euro dan lima mata uang utama lainnya berada di 91,13, turun tipis 0,1 persen, juga memberikan dukungan terhadap emas.
Investor juga berbondong-bondong ke emas sebagai tempat berlindung sebagai reaksi terhadap lonjakan kasus COVID-19 di India, di mana lebih dari 250.000 infeksi baru dilaporkan dalam 24 jam terakhir, serta di Brazi dan Jepang, di mana ada wabah besar.
“Prospek emas menjadi sangat bullish karena terlalu banyak risiko yang meresap secara global,” kata Moya. Virus yang menyebar ke seluruh Asia membebani sentimen.
Permintaan fisik emas dari Asia dan Eropa tetap kuat, juga mendukung emas. Pelaku pasar menunggu pertemuan Bank Sentral Eropa (ECB) pada Kamis waktu setempat dan pertemuan kebijakan Federal Reserve AS minggu depan.
Harga logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Mei naik 73 sen atau 2,83 persen menjadi ditutup pada 26,57 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Juli naik 18,4 dolar AS atau 1,54 persen menjadi ditutup pada 1.214,7 dolar AS per ounce. (ant)