Site icon Bangga Indonesia

Emas Tergelincir, Tertekan Kenaikan Imbal Hasil Obligasi AS

Emas batangan. Bangga Indonesia

Bangga Indonesia, Chicago – Emas tergelincir pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), berbalik merugi dan keuntungan sehari sebelumnya, karena kenaikan dalam imbal hasil obligasi pemerintah AS membebani daya tarik emas yang tidak memberikan imbal hasil, melampaui dukungan dari dolar yang lebih lemah.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Juni di divisi Comex New York Exchange, jatuh 11,3 dolar AS atau 0,65 persen menjadi ditutup pada 1.736,30 dolar AS per ounce. Sehari sebelumnya, Selasa (13/4/2021), emas berjangka melonjak 14,9 dolar AS atau 0,86 persen menjadi 1.747,6 dolar AS.

Emas berjangka merosot 12,10 dolar AS atau 0,69 persen menjadi 1.732,70 dolar AS pada Senin (12/4/2021), setelah terpangkas 13,4 dolar AS atau 0,76 persen menjadi 1.744,80 dolar AS pada Jumat (9/4/2021), dan terangkat 16,6 dolar AS atau 0,95 persen menjadi 1.758,20 dolar AS pada Kamis (8/4/2021).

Kenaikan imbal hasil obligasi tampaknya “menambah tekanan yang sangat ringan ke pasar (emas),” kata David Meger, direktur perdagangan logam di High Ridge Futures.

Tetapi kemunduran emas terlihat lebih bersifat teknis dengan level 1.750 dolar AS menjadi level resistensi teknis dan psikologis dalam jangka pendek, Meger menambahkan.

Emas telah melonjak sebanyak 0,86 persen pada Selasa (13/4/2021) setelah harga-harga konsumen AS naik paling tajam dalam lebih dari 8,5 tahun pada Maret, memulai apa yang diperkirakan menjadi periode singkat dari inflasi yang lebih tinggi.

Sementara emas dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi, imbal hasil yang lebih tinggi menantang status tersebut karena diterjemahkan ke dalam peluang kerugian yang lebih besar untuk memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.

“Kuartal kedua kemungkinan akan menghadirkan hambatan makro terbesar untuk emas mengingat ekspektasi kami untuk dolar AS menguat lebih lanjut untuk sementara,” kata analis Standard Chartered, Suki Cooper.

“Tetapi setelah itu, kami memperkirakan dolar AS akan kembali ke tren pelemahannya, imbal hasil riil tetap negatif dan ekspektasi inflasi yang meningkat akan menghidupkan kembali minat investor pada emas,” tambah Cooper.

Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan bank sentral akan mengurangi pembelian obligasi bulanan sebelum berkomitmen untuk menaikkan suku bunga, mengklarifikasi urutan perubahan kebijakan moneter yang masih berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun di masa depan.

The Fed melaporkan dalam “Beige Book” terbarunya, pemulihan ekonomi AS mengalami akselerasi ke kecepatan sedang dari akhir Februari hingga awal April.

Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Mei naik 9,8 sen atau 0,39 persen menjadi ditutup pada 25,524 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Juli naik 20,3 dolar AS atau 1,75 persen menjadi ditutup pada 1.177,4 dolar AS per ounce. (ant)

Exit mobile version