Enam Prinsip Dasar Pendidikan Usia Dini
Sobat. Mendidik anak berdasarkan kebutuhan sesuai tahap perkembangannya. Karena itu, untuk tahu kebutuhan anak, guru harus terlebih dahulu belajar tahap perkembangan. Agar guru mengetahui tahap perkembangan anak, maka harus belajar dulu tentang tubuh manusia dan system saraf serta perkembangannya.
Sobat. Ada tiga guru bagi anak yaitu, yakni guru di sekolah, orang tua di rumah, dan lingkungan. Ketiganya sama-sama memegang peranan penting.Misalnya konsep tanpa 3 M, yakni Marah, Melarang dan Menyuruh. Di sekolah guru menjalankan konsep ini dengan baik berdasarkan discipline with love. Guru tidak boleh marah karena hal itu bisa membuat anak kehilangan daya nalar. Guru tidak boleh melarang agar anak berani bereksplorasi, bertindak, dan berpendapat. Guru tidak boleh menyuruh atau memerintah agar anak bisa menumbuhkan daya inisiatif dari dalam dirinya.
Sobat. Ki Hajar Dewantara jelas-jelas mengusung konsep bahwa belajar itu harus menyenangkan atau happy learning. Karena itulah sekolah yang beliau rintis dinamakan Taman Siswa. Kata “Taman” di situ berarti tempat yang menyenangkan untuk bermain. Beliau mengajarkan tiga prinsip yang harus menjadi pedoman bagi seorang guru :
- Ing Ngarsa Sung Tulada – yang di depan memberikan teladan dan contoh yang baik.
- Ing Madya Mangun Karsa – yang di tengah membangun kemauan dan inisiatif.
- Tut Wuri Handayani – dari belakang memberikan dukungan dan motivasi yang membangun.
Sobat. Berikut ini ada enam prinsip pendidikan Usia dini dalam metode Sentra yang dikembangkan oleh Dr Pamela Phelps seorang tokoh pendidikan usia dini dengan Beyond Centers and Circle Time ( BCCT ) melalui bermain dan kerja kelompok duduk melingkar di lantai yang ternyata dulu juga pernah diterapkan oleh Taman Siswa nya Ki Hajar Dewantara.
- Pendidikan berorientasi pada kebutuhan anak. Karena itu, setiap kegiatan pembelajaran harus selalu mengacu tujuan pemenuhan kebutuhan perkembanga anak secara individu. Sebab masing-masing anak memiliki perbedaan, baik dari sisi kemampuan maupun ketertarikan, jadi guru dan orang tua harus bisa mendeteksi dan memberikan support yang tepat.
- Dunia anak adalah dunia bermain. Maka sudah selayaknya konsep pendidikan untuk anak usia dini dirancang dalam bentuk Anak belajar melalui permainan yang menyenangkan. Ya Happy learning, proses pembelajaran dilakukan dengan menempatkan siswa pada posisi yang proporsional. Anak dirangsang untuk secara aktif melakukan kegiatan bermain sambil belajar.
- Kegiatan pembelajaran dirancang secara cermat untuk membangun sistematika kerja. Anak diajarkan untuk membuat pilihan-pilihan dari serangkaian kegiatan, focus pada apa yang dikerjakan dan berusaha untuk menyelesaikan yang dia telah mulai dengan
- Kegiatan pembelajaran berorientasi pada pengembangan kecakapan hidup anak, yaitu membantu anak menjadi mandiri, disiplin, mampu bersosialisasi dan memiliki keterampilan dasar yang berguna bagi kehidupannya
- Pendidikan dilaksanakan secara bertahap dan berulang-ulang dengan mengacu pada prinsip-prinsip perkembangan Proses belajar dilihat pada perubahan yang terjadi di sel otak. Stimulus pendidikan ini bersifat menyeluruh, mencakup semua aspek perkembangan. Karena itu, setiap kegiatan harus dapat mengembangkan atau membangun berbagai perkembangan atau kecerdasan anak.
- Dalam kegiatan main , anak akan belajar lebih banyak bila mendapat pijakan dari guru. Ada empat pijakan main, yakni pijakan berupa penataan lingkungan main, Pijakan awal main, Pijakan individual yang diberikan saat main, dan pijakan setelah main.
Sobat. Tugas seorang guru bukan hanya mengajar saja melainkan membangun karakter murid , agar memiliki mentalitas seorang pembelajar yang mau dan mampu berinisiatif mengejar ilmu pengetahuan, bukan sekedar menrima ilmu yang diajarkan.
Salam Dahsyat dan Luar Biasa!
( Dr Nasrul Syarif M.Si CEO Educoach, Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo Kediri Jawa Timur. Penulis Buku Santripreneur Santri Milenial )