Rabu, 2 Oktober 2024

Es Krim Ramah Lingkungan Dikembangkan Tim Mahasiswa IPB University

“Ice cream Climato memiliki nilai carbon footprint yang rendah. Hal ini berkaitan langsung dengan prosesnya yang juga yang smart climate.”

Bangga Indonesia, Jakarta – Tim mahasiswa program sarjana IPB University dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam mengembangkan es krim ramah lingkungan dalam lingkup gerakan Climato.inc dalam rangka merespons isu perubahan iklim.

Menurut pernyataan resmi IPB University yang diterima di Jakarta pada Kamis, tim mahasiswa itu terdiri dari Iswatun Annas, Melani Laela Lestari, Milkah Royna, Phidju Marrin Sagala, dan Zahra Amani yang menjadi peserta dalam kegiatan Youth Leadership Camp for Climate Change (YLCCC) 2021.

Gerakan Climato sendiri bertujuan memberikan pengetahuan dan gagasan kepada masyarakat untuk lebih peka terhadap perubahan iklim yang sudah sedang terjadi.

“Climato menyadari pentingnya sistem pangan saat ini yang harus sehat, bergizi bagi tubuh namun juga tidak melupakan kelestarian lingkungan. Ice cream Climato memiliki nilai carbon footprint yang rendah. Hal ini berkaitan langsung dengan prosesnya yang juga yang smart climate,” ujar Iswatun Annas.

Gagasan awalnya, mereka berkreasi membuat es krim ramah lingkungan yang membawa misi kebaikan untuk kesehatan dan lingkungan sekaligus. Program itu juga turut mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs).

Pada awal gerakannya, Iswatun dan tim membuat Ice Cream Climato segar dari buah pisang yang diberikan kepada anak-anak di Babakan Lebak, Bogor. Selain itu, mereka juga menyampaikan pentingnya makanan ramah lingkungan yang bisa diolah dalam bentuk berbagai jenis olahan menarik.

Menurut Zahra Amani, salah satu anggota tim Equinox YLCCC 2021, es krim memiliki banyak peminat sehingga mereka menjadikannya sebagai salah satu langkah strategis dalam menghubungkan makanan dengan perubahan iklim yang sedang terjadi.

“When its hotter, people eat more ice cream. Hal ini juga sesuai dengan kondisi yang jika semakin panas maka es krim akan mencair. Peristiwa ini juga merupakan analogi mencairnya es di kutub ketika bumi semakin memanas sehingga terjadi perubahan iklim di dunia. Es krim menjadi produk analogi yang juga dapat mengedukasi masyarakat bahwa bumi sedang memanas,” jelas Zahra.

Namun, Zahra menjelaskan bahwa di sisi lain masih terdapat harapan untuk melakukan langkah mitigasi perubahan iklim yang lebih memperhatikan lingkungan.

Lebih lanjut ia mengatakan, Climato diharapkan menjadi penggagas dan pembawa perubahan bahwa makanan itu bisa lebih ramah lingkungan dan rendah jejak karbon. Yaitu dengan cara menggunakan sumber pangan lokal serta turut mengedukasi masyarakat untuk lebih peka terhadap lingkungan sekitar.(ant)

“Ice cream Climato memiliki nilai carbon footprint yang rendah. Hal ini berkaitan langsung dengan prosesnya yang juga yang smart climate.”

Bangga Indonesia, Jakarta – Tim mahasiswa program sarjana IPB University dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam mengembangkan es krim ramah lingkungan dalam lingkup gerakan Climato.inc dalam rangka merespons isu perubahan iklim.

Menurut pernyataan resmi IPB University yang diterima di Jakarta pada Kamis, tim mahasiswa itu terdiri dari Iswatun Annas, Melani Laela Lestari, Milkah Royna, Phidju Marrin Sagala, dan Zahra Amani yang menjadi peserta dalam kegiatan Youth Leadership Camp for Climate Change (YLCCC) 2021.

Gerakan Climato sendiri bertujuan memberikan pengetahuan dan gagasan kepada masyarakat untuk lebih peka terhadap perubahan iklim yang sudah sedang terjadi.

“Climato menyadari pentingnya sistem pangan saat ini yang harus sehat, bergizi bagi tubuh namun juga tidak melupakan kelestarian lingkungan. Ice cream Climato memiliki nilai carbon footprint yang rendah. Hal ini berkaitan langsung dengan prosesnya yang juga yang smart climate,” ujar Iswatun Annas.

Gagasan awalnya, mereka berkreasi membuat es krim ramah lingkungan yang membawa misi kebaikan untuk kesehatan dan lingkungan sekaligus. Program itu juga turut mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs).

Pada awal gerakannya, Iswatun dan tim membuat Ice Cream Climato segar dari buah pisang yang diberikan kepada anak-anak di Babakan Lebak, Bogor. Selain itu, mereka juga menyampaikan pentingnya makanan ramah lingkungan yang bisa diolah dalam bentuk berbagai jenis olahan menarik.

Menurut Zahra Amani, salah satu anggota tim Equinox YLCCC 2021, es krim memiliki banyak peminat sehingga mereka menjadikannya sebagai salah satu langkah strategis dalam menghubungkan makanan dengan perubahan iklim yang sedang terjadi.

“When its hotter, people eat more ice cream. Hal ini juga sesuai dengan kondisi yang jika semakin panas maka es krim akan mencair. Peristiwa ini juga merupakan analogi mencairnya es di kutub ketika bumi semakin memanas sehingga terjadi perubahan iklim di dunia. Es krim menjadi produk analogi yang juga dapat mengedukasi masyarakat bahwa bumi sedang memanas,” jelas Zahra.

Namun, Zahra menjelaskan bahwa di sisi lain masih terdapat harapan untuk melakukan langkah mitigasi perubahan iklim yang lebih memperhatikan lingkungan.

Lebih lanjut ia mengatakan, Climato diharapkan menjadi penggagas dan pembawa perubahan bahwa makanan itu bisa lebih ramah lingkungan dan rendah jejak karbon. Yaitu dengan cara menggunakan sumber pangan lokal serta turut mengedukasi masyarakat untuk lebih peka terhadap lingkungan sekitar.(ant)

“Ice cream Climato memiliki nilai carbon footprint yang rendah. Hal ini berkaitan langsung dengan prosesnya yang juga yang smart climate.”

Bangga Indonesia, Jakarta – Tim mahasiswa program sarjana IPB University dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam mengembangkan es krim ramah lingkungan dalam lingkup gerakan Climato.inc dalam rangka merespons isu perubahan iklim.

Menurut pernyataan resmi IPB University yang diterima di Jakarta pada Kamis, tim mahasiswa itu terdiri dari Iswatun Annas, Melani Laela Lestari, Milkah Royna, Phidju Marrin Sagala, dan Zahra Amani yang menjadi peserta dalam kegiatan Youth Leadership Camp for Climate Change (YLCCC) 2021.

Gerakan Climato sendiri bertujuan memberikan pengetahuan dan gagasan kepada masyarakat untuk lebih peka terhadap perubahan iklim yang sudah sedang terjadi.

“Climato menyadari pentingnya sistem pangan saat ini yang harus sehat, bergizi bagi tubuh namun juga tidak melupakan kelestarian lingkungan. Ice cream Climato memiliki nilai carbon footprint yang rendah. Hal ini berkaitan langsung dengan prosesnya yang juga yang smart climate,” ujar Iswatun Annas.

Gagasan awalnya, mereka berkreasi membuat es krim ramah lingkungan yang membawa misi kebaikan untuk kesehatan dan lingkungan sekaligus. Program itu juga turut mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs).

Pada awal gerakannya, Iswatun dan tim membuat Ice Cream Climato segar dari buah pisang yang diberikan kepada anak-anak di Babakan Lebak, Bogor. Selain itu, mereka juga menyampaikan pentingnya makanan ramah lingkungan yang bisa diolah dalam bentuk berbagai jenis olahan menarik.

Menurut Zahra Amani, salah satu anggota tim Equinox YLCCC 2021, es krim memiliki banyak peminat sehingga mereka menjadikannya sebagai salah satu langkah strategis dalam menghubungkan makanan dengan perubahan iklim yang sedang terjadi.

“When its hotter, people eat more ice cream. Hal ini juga sesuai dengan kondisi yang jika semakin panas maka es krim akan mencair. Peristiwa ini juga merupakan analogi mencairnya es di kutub ketika bumi semakin memanas sehingga terjadi perubahan iklim di dunia. Es krim menjadi produk analogi yang juga dapat mengedukasi masyarakat bahwa bumi sedang memanas,” jelas Zahra.

Namun, Zahra menjelaskan bahwa di sisi lain masih terdapat harapan untuk melakukan langkah mitigasi perubahan iklim yang lebih memperhatikan lingkungan.

Lebih lanjut ia mengatakan, Climato diharapkan menjadi penggagas dan pembawa perubahan bahwa makanan itu bisa lebih ramah lingkungan dan rendah jejak karbon. Yaitu dengan cara menggunakan sumber pangan lokal serta turut mengedukasi masyarakat untuk lebih peka terhadap lingkungan sekitar.(ant)

“Ice cream Climato memiliki nilai carbon footprint yang rendah. Hal ini berkaitan langsung dengan prosesnya yang juga yang smart climate.”

Bangga Indonesia, Jakarta – Tim mahasiswa program sarjana IPB University dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam mengembangkan es krim ramah lingkungan dalam lingkup gerakan Climato.inc dalam rangka merespons isu perubahan iklim.

Menurut pernyataan resmi IPB University yang diterima di Jakarta pada Kamis, tim mahasiswa itu terdiri dari Iswatun Annas, Melani Laela Lestari, Milkah Royna, Phidju Marrin Sagala, dan Zahra Amani yang menjadi peserta dalam kegiatan Youth Leadership Camp for Climate Change (YLCCC) 2021.

Gerakan Climato sendiri bertujuan memberikan pengetahuan dan gagasan kepada masyarakat untuk lebih peka terhadap perubahan iklim yang sudah sedang terjadi.

“Climato menyadari pentingnya sistem pangan saat ini yang harus sehat, bergizi bagi tubuh namun juga tidak melupakan kelestarian lingkungan. Ice cream Climato memiliki nilai carbon footprint yang rendah. Hal ini berkaitan langsung dengan prosesnya yang juga yang smart climate,” ujar Iswatun Annas.

Gagasan awalnya, mereka berkreasi membuat es krim ramah lingkungan yang membawa misi kebaikan untuk kesehatan dan lingkungan sekaligus. Program itu juga turut mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs).

Pada awal gerakannya, Iswatun dan tim membuat Ice Cream Climato segar dari buah pisang yang diberikan kepada anak-anak di Babakan Lebak, Bogor. Selain itu, mereka juga menyampaikan pentingnya makanan ramah lingkungan yang bisa diolah dalam bentuk berbagai jenis olahan menarik.

Menurut Zahra Amani, salah satu anggota tim Equinox YLCCC 2021, es krim memiliki banyak peminat sehingga mereka menjadikannya sebagai salah satu langkah strategis dalam menghubungkan makanan dengan perubahan iklim yang sedang terjadi.

“When its hotter, people eat more ice cream. Hal ini juga sesuai dengan kondisi yang jika semakin panas maka es krim akan mencair. Peristiwa ini juga merupakan analogi mencairnya es di kutub ketika bumi semakin memanas sehingga terjadi perubahan iklim di dunia. Es krim menjadi produk analogi yang juga dapat mengedukasi masyarakat bahwa bumi sedang memanas,” jelas Zahra.

Namun, Zahra menjelaskan bahwa di sisi lain masih terdapat harapan untuk melakukan langkah mitigasi perubahan iklim yang lebih memperhatikan lingkungan.

Lebih lanjut ia mengatakan, Climato diharapkan menjadi penggagas dan pembawa perubahan bahwa makanan itu bisa lebih ramah lingkungan dan rendah jejak karbon. Yaitu dengan cara menggunakan sumber pangan lokal serta turut mengedukasi masyarakat untuk lebih peka terhadap lingkungan sekitar.(ant)

Next Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Recent News