Bangga Indonesia

“Gebrak” Pandemi COVID-19 Kandidat Doktor Ini Ciptakan Buku “Manajemen Industri Kreatif”

Sampul buku karya Kandidat Doktor Heri Cahyo Bagus. FOTO BANGGA INDONESIA/El Hadi

Bangga Indonesia, Sidoarjo – Heri Cahyo Bagus Setiawan membuat gebrakan baru. Di tengah pandemic COVID-19, kandidat doctor ini kembali menciptakan sebuah buku. Titlenya? “Manajemen Industri Kreatif”.

Buku yang dihadirkan pada pembuka tahun 2021 ini sebagai peluang, sekaligus tantangan bagi kalangan pengusaha industri kreatif di tengah pandemi COVID-19.

Diakui atau tidak, pandemi COVID-19 membuat sebagian besar kalangan baik pengusaha, pedagang, pekerja, maupun tenaga pengajar terbatasi ruang gerak dan kerjanya. Alhasil, hal itu tidak hanya berdampak pada perekonomian warga, melainkan mutu pendidikan dan industri.

Meski demikian, tidak bagi kandidat doktor muda itu. Mahasiswa S3 di Universitas Airlangga Surabaya ini terus mengasah kemampuan berfikirnya melalui tulisan-tulisan yang bermanfaat bagi khalayak.

Dalam situasi pandemi COVID-19, dia pernah menciptakan sebuah lagu bertajuk “Rindu Padamu”. Dimana lagu yang dihasilkan dari sebuah renungan panjang tersebut, menyikapi situasi pendidikan di tengah pandemi COVID-19 (kala itu).

Tak hanya itu, sebuah buku “Redesign Bisnis Pasca Pandemi Covid-19”, yang dia ciptakan juga bagian dari manifestasi dalam menyikapi bisnis yang mulai redup di tengah pandemi COVID-19.

Seiring perkembangan waktu, buku bertajuk “Manajemen Industri Kreatif” saat ini sudah bisa dinikmati siapapun. Mulai dari kalangan mahasiswa, dosen pengampu, hingga pengusaha yang hendak menjalankan kembali industri kreatifnya pasca pandemi nanti.

“Saya melihat tantangan yang paling berat dalam sebuah usaha saat ini adalah sektor industri kreatif,” ungkap pria kelahiran Sidoarjo tersebut, Jumat, 8 Januari 2021.

Industri kreatif, memang menjadi tantangan terbesar bangsa ke depan. Betapa tidak, sektor usaha seperti UMKM, perhotelan, pariwisata dan sebagainya banyak mengalami kelesuan akibat terpaan pandemi covid-19.

Bukan tidak mungkin, industri kreatif bakal menjadi satu-satunya sektor usaha yang mampu bertahan di kala pandemi.

Hanya saja, di dalam buku ini, penulis menambahkan bagaimana cara mengelola (me-manage) industri kreatif dalam situasi apapun, termasuk Pandemi covid-19.

Dia mencontohkan, bagaimana industri kerajinan seperti batik mampu bertahan di tengah pandemi.

Jika dilihat dari perkembangannya, selama ini batik banyak digunakan untuk pembuatan baju. Batik merupakan kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya yang ada di Indonesia.

Konon, di beberapa daerah sudah memiliki batik dengan motif khusus untuk memperkenalkan ciri khas daerah.

Heri Cahyo Bagus Setiawan. FOTO BANGGA INDONESIA/El-Hadi

“Nah, pada saat situasi pandemi COVID-19, batik bukanlah satu-satunya komponen yang dibutuhkan masyarakat. Karena masyarakat lebih banyak memilih obat-obatan herbal untuk penguatan imun, hand sanitizer dan masker,” terang Heri yang juga salah satu dosen kewirausahaan di Universitas Islam Negeri Surabaya.

Lantas, bagaimana caranya agar batik tetap diminati saat pandemi? Dia mencontohkan pembuatan masker bermotifkan batik. Menurutnya, pembuatan masker batik lebih efisien ketimbang menunggu situasi pandemi COVID-19 usai.

Sehingga industri batik terus berjalan, meski situasi pandemi covid-19 masih menghantui masyarakat. “Saya kira enggak masalah ya, untuj sementara waktu merubah pembuatan baju (asal) menjadi pembuatan masker batik. Karena esensinya tidak merubah bahan dasar kain untuk terus produksi,” tandasnya. (El-Hadi)

Exit mobile version