Site icon Bangga Indonesia

Gelombang Kedua Pandemi Covid-19 Diprediksi 2-4 Minggu Setelah Nataru

Pasien Covid-19 yang menjalani karantina di RS Lapangan Indrapura. (RADAR SURABAYA)

Bangga Indonesia, Surabaya – Jubir Satgas Covid-19 RS Universitas Airlangga (RS Unair) dr. Alfian Nur Rasyid mengimbau kepada masyarakat agar waspada terhadap penyebaran virus corona dan terjadinya gelombang kedua pandemi.

Alfian mengatakan, kemungkinan hal tersebut terjadi pada pertengahan hingga akhir Januari 2021 mendatang. “Taksirannya sekitar dua hingga empat pekan setelah Natal dan tahun baru (Nataru),” ujar Alfian, seperti dilansir jawapos.com, Selasa (29/12/2020).

Adanya puncak gelombang dua pandemi dikarenakan acuhnya masyarakat dengan protokol kesehatan (prokes). Selain itu juga dipicu dengan ada rasa bosan masyarakat selama pandemi pertama. “Iya mulai banyak fakta seperti itu (acuh dengan prokes, Red),” jelasnya.

Di samping itu, menurut Alfian, acuhnya masyarakat dengan prokes karena salah satu dari keluarganya atau rekan dekatnya tidak ada yang terkena Covid-19. Hal tersebut membuat sebagian masyarakat timbul rasa tidak percaya.

“Banyak di jalanan yang sudah mulai lalai prokes. Merasa aman-aman saja tidak kena Covid-19. Sehingga muncul asumsi Covid-19 itu nggak ada. Di samping itu dikarenakan lemahnya tes swab atau rapid tes serta tracing,” ungkapnya.

Alfian juga mewanti-wanti masyarakat dengan adanya mutasi virus baru. Ia menjelaskan, mutasi virus ini menjadikan corona lebih berbahaya dan mudah menular serta berpotensi menjadikan pasien sakit lebih berat. Satu lagi yang perlu diwaspadai, yakni gejalanya yang bervariasi.

“Mutasi virus ini lebih bahaya ya. Berbeda dengan Covid-19 sebelumnya yang bisa menyerang saluran pernapasan. Sedangkan mutasi virus ini bisa menyerang melalui saluran pencernaan, kulit, dan syaraf seseorang,” paparnya.

Selain itu, lanjut Alfian, proses penyembuhan virus corona yang bermutasi ini akan lebih lama. Rentan waktu untuk bisa dinyatakan negatif. “Iya bisa lebih dari 14 hari kalau sudah bermutasi,” imbuhnya.

Hingga kini pasien yang dirawat di RS Unair/RSKI, Alfian belum bisa memastikan apakah ada yang terjangkit virus yang telah bermutasi. “Kita belum tahu jenis virusnya, apakah termasuk yang bermutasi atau bukan. Karena kita tidak bisa melakukan squencing atau kultur virus tersebut,” jelasnya.

Pihaknya berpesan agar masyarakat tetap waspada terhadap Covid-19. Pandemi belum berakhir, virus baru ini berpotensi bermutasi dengan lebih mudah menular dan mungkin lebih berbahaya. Gejala yang dapat dialami pasien bisa berbeda dengan Covid-19 pada awal yang dominan keluhan pernapasan. “Tetap patuh protokol, agar menurunkan risiko tertular virus corona,” tandasnya. (jp/zal)

Exit mobile version