Site icon Bangga Indonesia

Hijrah tanpa Nanti, Taubat tanpa Tapi

Sumber gambar google

Hijrah tanpa Nanti, Taubat tanpa Tapi

Sobat. Hijrah  adalah  perintah Allah SWT, maka pasti ada  kebaikan setelah kita melakukannya. Allah berfirman dalam QS An-Nisa ayat 100:

۞وَمَن يُهَاجِرۡ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ يَجِدۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ مُرَٰغَمٗا كَثِيرٗا وَسَعَةٗۚ وَمَن يَخۡرُجۡ مِنۢ بَيۡتِهِۦ مُهَاجِرًا إِلَى ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ ثُمَّ يُدۡرِكۡهُ ٱلۡمَوۡتُ فَقَدۡ وَقَعَ أَجۡرُهُۥ عَلَى ٱللَّهِۗ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورٗا رَّحِيمٗا

Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Sobat.  Bersyukur  penulis  bisa  bertemu  dengan  para pelaku Hijrah  dari berbagai   latar belakang misalnya  Koh Martin muallaf Yogjakarta beliau sharing awal mulanya dia masuk Islam saat sharing Muharram  di kaffah channel  Beliau mengatakan , “ Islam  adalah jalan hidup dan Islam memudahkan saya dalam menjalani kehidupan.”  Ketika niat hijrah itu benar-benar muncul dari diri sendiri  dengan penuh keyakinan tanpa ada rasa takut sedikitpun, maka Allah akan memberi kemudahan dengan menemukan kita guru yang membimbing kita ke jalan yang benar, demi menjalankan aturan Allah dan dekat  dengan Allah, maka tidak mungkin Allah membiarkan dan menelantarkan kita hanya karena urusan rezeki. Bukti bahwa hijrah merupakan salah satu kunci pembuka rezeki adalah ayat yang penulis kutip di lead artikel ini.

Sobat. Maka kita perlu hijrah  total  artinya  bukan karena  tren, tapi memang kebutuhan. Bukan karena friend, tapi memang keinginan. Bukan karena keren, tapi  memang dianjurkan. MAka pentingnya kita  benar-benar memperhatikan  niat hijrah semata-mata ingin meraih ridho Allah SWt, prosesnya dan keistiqomahannya. Sekali lagi sobat  hijrah total itu bukan Cuma ikut-ikutan tapi karena  kesadaran. Bukan Cuma ingin terlihat sholeh, tapi memang  ingin jadi hamba Allah yang sholeh. Bukan Cuma di lisan, tapi juga  di amal perbuatan. Bukan Cuma  mengubah penampilan, tapi juga kelakuan. Bukan Cuma ganti profesi, tapi juga visi dan misi. Bukan Cuma perasaan, tapi juga pemikiran.

Sobat. Hidayah  dan pertolongan  dari Allah bisa datang  kapan saja. Tanpa melihat latar belakang, tanpa memandang masa lalu. Maka segeralah Hijrah total  all out, gak setengah-setengah, tanpa melihat kondisi masa lalu sedikit pun. Karena Allah Maha Pengampun atas dosa dan kesalahan. Segeralah  bertaubat, sebelum ajal mendekat dan keburu wafat. Merasa sholeh  itu salah dan merasa salah itu sholeh dengan terus bertaubat kepada Allah SWT.

Sobat. Pada sharing Muharram itu penulis  juga bertemu dengan Prof. Kudang Bromo Seminar, Kudang Boro Seminar, seorang guru besar Guru Besar bidang Teknologi Komputer di Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian (FATETA) dan Departemen Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FAMIPA), IPB yang justru mulai menghafal Quran di usia 40 tahun dan berhasil menyelesaikannya pada usia 45 tahun.  Kita bisa belajar banyak dari beliau mengenai keistiqomahan  dan kecintaan  beliau kepada Al-Qur’an. “ Kalau kita menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup bagi kita, maka kehidupan kita pasti Mulia.” Demikian penjelasan beliau.

Sobat. Tepatnya 4 tahun keberadaannya di Kanada, takdir mempertemukannya dengan mahasiswa berdarah Sudan, Yahya Faddallah Al-Hafidz. Brother Yahya ia biasa dipanggil. Dia seorang hafidz (hafal Al-Qur’an), teguh dan istiqomah. Brother Yahya sering melantunkan ayat-ayat suci Alquran, dan ketika berdialog bersama teman sejawat pun, ayat-ayat Allah sering kali mewarnai perkataannya. Dialah yang akhirnya mengajari Prof. Kudang untuk kembali membaca Alquran.

Sobat. Sejak sering berinteraksi dengan brother Yahya, Prof. Kudang semakin kagum dengan keistimewaan Alquran. Setiap ada masalah atau tengah sakit ia akan membaca Alquran sebagai obat dan pelipur lara. Prof. Kudang mulai mentadaburi Alquran dengan apa yang ada di sekitarnya, ia pun memahami bahwa Alquran seperti operating system sebuah komputer yang dapat mengoperasikan komputer. Dan manusia membutuhkan Alquran sebagai petunjuk untuk dapat menjalankan hidup. Kemudian  keinginan untuk menghafal Quran pun muncul.

Sobat. Pada KH. Mohammad Mudzaffar-lah Prof. Kudang mengutarakan keinginannya untuk menghafal Quran dibawah bimbingannya. KH. Mohammad Mudzaffar menyetujui dengan syarat Prof. Kudang harus menghatamkan Alquran bin Nadhar (membaca dengan melihat mushaf) dihadapannya sampai tiga kali sebelum akhirnya aku diperbolehkan menghafal. Syarat itu diterima Prof. Kudang tanpa banyak bertanya karena menurutnya guru tidak mungkin menjerumuskan muridnya. Demikian cerita beliau. Alhamdulillah, Prof. Kudang dapat menyelesaikan syarat yang diminta oleh KH. Mohammad Mudzaffar. dalam waktu 3 tahun dan tepat di saat menginjak umur kepala empat.

Meski usianya telah berumur dan kesibukan semakin menjamur, tapi ia tetap menekuni proses menghafal Al-Qur’an. Bahkan Alquran seperti menjadi candu. Setiap ada kesempatan ia terus menghafal Quran. Selalu diluangkannya waktu untuk menambah hafalan Quran dan murojaah di kediaman KH. Mohammad Mudzaffar. Dari satu ayat, dua ayat, tiga ayat, satu halaman, dua halaman, satu surat kemudian beralih ke surat berikutnya, berikutnya dan berikutnya sampai akhirnya tepat di usianya yang ke 45 tahun, ia berhasil menyelesaikan hafalan 30 juz-nya.

Meski proses menghafal telah usai tetapi Prof. Kudang merasakan bahwa perjuangan untuk terus bersama Alquran masiih terus berjalan hingga akhir menutup mata. Karena hafalan 30 juz Alquran yang telah diukir tidak akan ada artinya jika itu tidak terpendar dalam perilaku.

Sobat. Semoga  kita bisa  mengambil hikmah  dan pelajaran  yang luar biasa dari Koh Martin dan Prof. DR. Kudang Boro Seminar M.Sc.

Sobat. Di penghujung artikel ini  kita harus yakin bahwa rezeki Allah itu luas  dan banyak, serta dapat dipastikan  cukup  untuk  memenuhi kebutuhan kita. Hanya  saja  kenapa ia mengalir pelan, sedikit bahkan  sulit dinikmati oleh kita? Karena bisa jadi  ada yang tidak beres di sana. Ada sumbatannya. Ada kotorannya. Maka tidak ada solusi lain  selain taubat. Minta Ampun sama Allah SWT.  Dengan  taubatan nasuha yakni taubat yang sebenar-benarnya dan semurni-murninya : Menyesali  segala perbuatan buruk yang telah dilakukan, memohon ampun atas  segala dosa yang telah ia lakukan, berjanji tidak mengulanginya lagi di masa yang akan datang.

Sobat. Hijrah dan Taubat  itu satu paket, tak dapat  dipisahkan satu sama lain. Keduanya sama-sama meninggalkan yang buruk menuju yang baik. Yuk Hijrah total tanpa Nanti dan Taubat Nasuha tanpa Tapi.

( Spiritual Motivator – DR.Nasrul Syarif M.Si  Penulis Buku  Buatlah Tanda di Alam Semesta. Pengasuh 90 Hari Menulis Buku. Sekretaris Komnas Pendidikan Jawa Timur )

Exit mobile version