Site icon Bangga Indonesia

Iman dan Takwa adalah Inti Keberkahan

Iman dan Takwa adalah Inti Keberkahan

Sobat. Allah  telah menegaskan bahwa  keberkahan hidup penduduk suatu negeri  dengan keimanan dan ketakwaan mereka kepada-Nya. Sebagaimana Firman Allah SWT  QS al-A’raf (7) ayat 96 :

وَلَوۡ أَنَّ أَهۡلَ ٱلۡقُرَىٰٓ ءَامَنُواْ وَٱتَّقَوۡاْ لَفَتَحۡنَا عَلَيۡهِم بَرَكَٰتٖ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ وَلَٰكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذۡنَٰهُم بِمَا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ   (٩٦)

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” ( QS. Al-A’raf (7) : 96 )

Dalam ayat ini diterangkan bahwa seandainya penduduk kota Mekah dan negeri-negeri yang berada di sekitarnya serta umat manusia seluruhnya, beriman kepada agama yang dibawa oleh nabi dan rasul terakhir, yaitu Nabi Muhammad saw dan seandainya mereka bertakwa kepada Allah sehingga mereka menjauhkan diri dari segala yang dilarangnya, seperti kemusyrikan dan berbuat kerusakan di bumi, niscaya Allah akan melimpahkan kepada mereka kebaikan yang banyak, baik dari langit maupun dari bumi.

Nikmat yang datang dari langit, misalnya hujan yang menyirami dan menyuburkan bumi, sehingga tumbuhlah tanam-tanaman dan berkembang-biaklah hewan ternak yang kesemuanya sangat diperlukan oleh manusia. Di samping itu, mereka akan memperoleh ilmu pengetahuan yang banyak, serta kemampuan untuk memahami Sunnatullah yang berlaku di alam ini, sehingga mereka mampu menghubungkan antara sebab dan akibat. Dengan demikian mereka akan dapat membina kehidupan yang baik, serta menghindarkan malapetaka yang biasa menimpa umat yang ingkar kepada Alllah dan tidak mensyukuri nikmat dan karunia-Nya.

Apabila penduduk Mekah dan sekitarnya tidak beriman, mendustakan Rasul dan menolak agama yang dibawanya, kemusyrikan dan kemaksiatan yang mereka lakukan, maka Allah menimpakan siksa kepada mereka, walaupun siksa itu tidak sama dengan siksa yang telah ditimpakan kepada umat yang dahulu yang bersifat memusnahkan. Kepastian azab tersebut adalah sesuai dengan Sunnatullah yang telah ditetapkannya dan tak dapat diubah oleh siapa pun juga, selain Allah.

Sobat. Al-Alusi  menafsirkan kata ‘Amanu’ maksudnya  adalah mengimani semua yang Allah  turunkan  kepada nabi mereka, sedangkan  ‘wa attaqaw’ maksudnya adalah takut terhadap apa saja  yang telah Allah larang atas mereka. Lalu  frasa ‘ lafatahnaa ‘alayhim barakat min as-sama’ wa al-ardhi ‘  maknanya adalah .”pasti kami  akan  memberikan kemudahan kepada mereka  untuk meraih kemudahan dalam segala arah.”

Sobat. Keberkahan langit  maknanya  adalah  dikabulkan doa oleh Allah,  sedangkan keberkahan bumi  bentuknya  adalah  dipenuhinya segala  kebutuhan oleh-Nya.  Terkait  dengan frasa selanjutnya  ‘ walaakin kadzdzabuu ‘ maknanya adalah  mereka mendustakan para rasul  menurut  al-Baidhawi. Lalu frasa ‘  fa akhadznaa bimaa kaanu yaksibuun maknanya  adalah , Allah  menyiksa mereka  disebabkan kekufuran dan kemaksiatan mereka.

Sobat. Ketahuilah  bahwa  asas  takwa  dan dasar bangunan  para ahli  ibadah dan orang-orang  yang tulus  kepada Allah  adalah niat  karena Allah  dalam  semua yang  mereka kehendaki, baik  meninggalkan kemaksiatan maupun melaksanakan ketaatan. Maka wajiblah kita perbaiki niat kita. Karena tergantung niat itulah semua  kebaikan akherat  dan dunia kita.

Sobat. Ketahuilah, hari-harimu  sedikit. Jiwamu satu. Jika hari-harimu  habis maka kau tak dapat kembali padanya. Kau juga tak punya gantinya. Jika jiwamu binasa, kau tak punya jiwa lagi selainnya. Tahukah kau, saudaraku, apakah yang dapat memperbaiki hubunganmu dengan Allah?

“Hendaklah tidak datang kepada-Nya sesuatu darimu kecuali di dalamnya terdapat ridho-Nya. Hendaklah tidak datang kepadamu sesuatu dari-Nya kecuali kau rela dengannya.” Nasihat   al-Harits al-Muhasibi.

Maka  awasilah, saudaraku, hari-harimu, siang dan malam  serta seluruh kondisimu, selama kau berada di dalam dan di atasnya.

Tugas hidup kita adalah mengemudi hati menuju Allah di jalan yang lurus. Maka pangkal kelurusan pertama-tama adalah hati yang tak pernah berbelok dari Allah sebagai sesembahan yang haq. Lurus, sebab hanya pada Allah tunduknya, taatnya, dan tenteramnya. Lurus, sebab hanya untuk Allah yakinnya, pasrahnya, dan kebajikannya. Lurus, sebab hanya bersama Allah gigil takutnya, gerisik harapnya, dan getar cintanya.

Salam Dahsyat dan Luar Biasa!

( DR Nasrul Syarif M.Si  CEO Educoach. Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lrboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur )

Exit mobile version