“Dari segi aturan di Badan Karantina Pertanian, tidak boleh masuk komoditas impor yang tidak sesuai dengan persayaratan karantina”
Kepala Badan Karantina Pertanian Ali Jamil menyebut komoditas jahe impor berasal dari tiga negara, yakni India, Myanmar, dan Vietnam.
“Dalam sepekan terakhir kami memusnahkan jahe impor dari tiga negara tersebut. Total volumenya sebanyak 395 ton,” katanya kepada wartawan di Surabaya, Kamis.
Ali merinci paling banyak jahe impor yang mengandung nematoda tesebut masuk dari Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, yaitu terdata sebanyak 287 ton. Sedangkan 108 ton lainnya masuk melalui Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta.
Ia menandaskan sejauh ini pemerintah memang belum mengeluarkan kebijakan melarangan impor jahe dari India, Myanmar, Vietnam.
“Tapi, yang pasti, dari segi aturan di Badan Karantina Pertanian, tidak boleh masuk komoditas impor yang tidak sesuai dengan persyaratan karantina,” ujarnya.
Di Surabaya, Kabarantan Ali Jamil menyempatkan melakukan “monitoring” terhadap berbagai jenis komoditas impor di Terminal Petikemas Surabaya.
Salah satunya untuk memastikan tidak ada lagi komoditas jahe impor yang disertai tanah kotor mengandung nematode, khusunya dari India, Myanmar dan Vietnam.
Lebih lanjut Kabarantan Ali menjamin seluruh komoditas pertanian impor setibanya di berbagai pelabuhan wilayah indonesia telah melalui proses karantina.
“Salah satunya ada proses pemeriksaan demi keamanan pangan,” katanya.
Jika dalam proses pemeriksaan ditemukan bahwa komoditas tersebut merupakan media pembawa penyakit maka akan dilakukan penolakan untuk dikembalikan ke negara asalnya, atau bahkan langsung dimusnahkan dengan cara dibakar menggunakan alat “incenerator”.(ant)
“Dari segi aturan di Badan Karantina Pertanian, tidak boleh masuk komoditas impor yang tidak sesuai dengan persayaratan karantina”
Kepala Badan Karantina Pertanian Ali Jamil menyebut komoditas jahe impor berasal dari tiga negara, yakni India, Myanmar, dan Vietnam.
“Dalam sepekan terakhir kami memusnahkan jahe impor dari tiga negara tersebut. Total volumenya sebanyak 395 ton,” katanya kepada wartawan di Surabaya, Kamis.
Ali merinci paling banyak jahe impor yang mengandung nematoda tesebut masuk dari Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, yaitu terdata sebanyak 287 ton. Sedangkan 108 ton lainnya masuk melalui Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta.
Ia menandaskan sejauh ini pemerintah memang belum mengeluarkan kebijakan melarangan impor jahe dari India, Myanmar, Vietnam.
“Tapi, yang pasti, dari segi aturan di Badan Karantina Pertanian, tidak boleh masuk komoditas impor yang tidak sesuai dengan persyaratan karantina,” ujarnya.
Di Surabaya, Kabarantan Ali Jamil menyempatkan melakukan “monitoring” terhadap berbagai jenis komoditas impor di Terminal Petikemas Surabaya.
Salah satunya untuk memastikan tidak ada lagi komoditas jahe impor yang disertai tanah kotor mengandung nematode, khusunya dari India, Myanmar dan Vietnam.
Lebih lanjut Kabarantan Ali menjamin seluruh komoditas pertanian impor setibanya di berbagai pelabuhan wilayah indonesia telah melalui proses karantina.
“Salah satunya ada proses pemeriksaan demi keamanan pangan,” katanya.
Jika dalam proses pemeriksaan ditemukan bahwa komoditas tersebut merupakan media pembawa penyakit maka akan dilakukan penolakan untuk dikembalikan ke negara asalnya, atau bahkan langsung dimusnahkan dengan cara dibakar menggunakan alat “incenerator”.(ant)
“Dari segi aturan di Badan Karantina Pertanian, tidak boleh masuk komoditas impor yang tidak sesuai dengan persayaratan karantina”
Kepala Badan Karantina Pertanian Ali Jamil menyebut komoditas jahe impor berasal dari tiga negara, yakni India, Myanmar, dan Vietnam.
“Dalam sepekan terakhir kami memusnahkan jahe impor dari tiga negara tersebut. Total volumenya sebanyak 395 ton,” katanya kepada wartawan di Surabaya, Kamis.
Ali merinci paling banyak jahe impor yang mengandung nematoda tesebut masuk dari Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, yaitu terdata sebanyak 287 ton. Sedangkan 108 ton lainnya masuk melalui Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta.
Ia menandaskan sejauh ini pemerintah memang belum mengeluarkan kebijakan melarangan impor jahe dari India, Myanmar, Vietnam.
“Tapi, yang pasti, dari segi aturan di Badan Karantina Pertanian, tidak boleh masuk komoditas impor yang tidak sesuai dengan persyaratan karantina,” ujarnya.
Di Surabaya, Kabarantan Ali Jamil menyempatkan melakukan “monitoring” terhadap berbagai jenis komoditas impor di Terminal Petikemas Surabaya.
Salah satunya untuk memastikan tidak ada lagi komoditas jahe impor yang disertai tanah kotor mengandung nematode, khusunya dari India, Myanmar dan Vietnam.
Lebih lanjut Kabarantan Ali menjamin seluruh komoditas pertanian impor setibanya di berbagai pelabuhan wilayah indonesia telah melalui proses karantina.
“Salah satunya ada proses pemeriksaan demi keamanan pangan,” katanya.
Jika dalam proses pemeriksaan ditemukan bahwa komoditas tersebut merupakan media pembawa penyakit maka akan dilakukan penolakan untuk dikembalikan ke negara asalnya, atau bahkan langsung dimusnahkan dengan cara dibakar menggunakan alat “incenerator”.(ant)
“Dari segi aturan di Badan Karantina Pertanian, tidak boleh masuk komoditas impor yang tidak sesuai dengan persayaratan karantina”
Kepala Badan Karantina Pertanian Ali Jamil menyebut komoditas jahe impor berasal dari tiga negara, yakni India, Myanmar, dan Vietnam.
“Dalam sepekan terakhir kami memusnahkan jahe impor dari tiga negara tersebut. Total volumenya sebanyak 395 ton,” katanya kepada wartawan di Surabaya, Kamis.
Ali merinci paling banyak jahe impor yang mengandung nematoda tesebut masuk dari Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, yaitu terdata sebanyak 287 ton. Sedangkan 108 ton lainnya masuk melalui Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta.
Ia menandaskan sejauh ini pemerintah memang belum mengeluarkan kebijakan melarangan impor jahe dari India, Myanmar, Vietnam.
“Tapi, yang pasti, dari segi aturan di Badan Karantina Pertanian, tidak boleh masuk komoditas impor yang tidak sesuai dengan persyaratan karantina,” ujarnya.
Di Surabaya, Kabarantan Ali Jamil menyempatkan melakukan “monitoring” terhadap berbagai jenis komoditas impor di Terminal Petikemas Surabaya.
Salah satunya untuk memastikan tidak ada lagi komoditas jahe impor yang disertai tanah kotor mengandung nematode, khusunya dari India, Myanmar dan Vietnam.
Lebih lanjut Kabarantan Ali menjamin seluruh komoditas pertanian impor setibanya di berbagai pelabuhan wilayah indonesia telah melalui proses karantina.
“Salah satunya ada proses pemeriksaan demi keamanan pangan,” katanya.
Jika dalam proses pemeriksaan ditemukan bahwa komoditas tersebut merupakan media pembawa penyakit maka akan dilakukan penolakan untuk dikembalikan ke negara asalnya, atau bahkan langsung dimusnahkan dengan cara dibakar menggunakan alat “incenerator”.(ant)