Site icon Bangga Indonesia

Ini Pesan Sang Kiyai Al Hikam sebelum Kembali ke Rahmatullah

Almarhum KH M Nuruddin A Rahman semasa hidup. FOTO Istimewa/ BANGGA INDONESIA/Alied Reginald

Bangga Indonesia, Bangkalan – Publik Madura baru saja kehilangan sosok kiyai yang energik dan kharismatik. Sang Kiyai bukan saja aktivis di bidangnya. Juga kemaslahatannya.

Tek heran jika kepulangan KH M Nuruddin A Rahman ke Rahmatullah, masih membekas di kalangan santri dan warga sekitar pondok.

Jurnalis Bangga Indonesia saat takziah di Pondok Pesantren Al-Hikam, Bangkalan langsung disambut adik kandung Sang Kiyai. KH Fatur Rohim.

Orangnya ramah supel dan cepat akrab. Tak beda dengan karakternya almarhum. Suasana bertamupun jadi gayeng. Kiyai Fatur Rohim berbalut baju koko muslim bawahan sarung dan peci putih.

Ia bercerita bahwa kakaknya, sosok yang bersahaja. Tokoh agama dan masyarakat yang aktif dalam organisasi. Baik keagamaan maupun politik.

Sebelum meninggal tercatat aktif di Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) dan PWNU. Bahkan pernah menjadi anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI)

Karena itu, kepergiannya bukan hanya keluarga yang merasakan. Publik Madura juga merasa kehilangan sosok yang hangat dan dekat masyarakat itu.

Kiyai Fatur banyak cerita mengenai menurutnya Kiyai Nuruddin. “Beliau merupakan sosok kakak yang sangat hangat terhadap keluarga dan selalu memberikan motifasi,” kenangnya.

Selain itu, almarhum sosok yang sangat bertanggung jawab karena menjadi tulang punggung keluarga. “Beliau yang membiayai adiknya. Mulai dari tingkat madrasah hingga perguruan tinggi,” ujar si bungsu ini.

Begitu pula terhadap keluarganya sendiri. Sang kiyai tetap bertanggung jawab membiayai kehidupannya. “Saya ini dibiayai beliau dari kecil hingga perguruan tinggi “ akunya.

Menurut dia, kakaknya selalu berpesan kepada keluarga untuk selalu rukun dan kompak sesama keluarga

Ada kenangan yang tak bisa dilupakan Kiyai Fatur. yaitu di saat dia hampir putus asa untuk menyelesaikan gelar doktornya. Sang kiyai tak henti-hentinya memberikan semangat.

“Saat itu saya hampir menyerah tapi beliau selalu memberikan semangat,” akunya.
Caranya? Sang kiyai selalu memperkenalkan tamu-tamu penting kalau dirinya calon doktor.

“Cerita menjadi beban mental buat saya, hingga ahirnya sebelum beliau meninggal saya berhasil menyelesaikan studi saya,“ Kiyai Fatur puas.

Di akhir wawancaranya, Kiyai Fatur menitip pesan atas nama keluarga meminta maaf apabila semasa hidup KH M Nuruddin mempunyai salah dan khilaf. Innalillahi wainna ilaihi rojiuun. Selamat jalan Sang Kiyai!

Jurnalis: Alief Reginald

Exit mobile version