Site icon Bangga Indonesia

Intelektual yang besar ialah intelektual yang peduli terhadap persoalan yang dihadapi bangsanya.

FGD Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa #6: Persoalan Bangsa Ini Sistemik, Dua Intelektual Ini Menyajikan Solusi Unik dan Paradigmatik
FDMPB—Intelektual yang besar ialah intelektual yang peduli terhadap persoalan yang dihadapi bangsanya. Tak mengherankan, Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa yang menghimpun Profesor dan Doktor mengadakan diskusi daring. Bertema ““Indonesia di Pinggir Jurang Resesi, Benarkah?” Sabtu (19/9/2020) pukul 08.00-11.30 WIB.
Prof. Dr. Ing Fahmi Amhar (Professor Riset & Intelektual Muslim) memaparkan analisis mendasarnya. Berpengalaman hidup di eropa ketika mengambil studi sarjana hingga doktoralnya, menjadikan paparannya menarik.
Penjelasan berkaitan dengan resesi dikupas secara mendasar. Resesi adalah kondisi ketika produk domestik bruto (GDP) menurun atau ketika pertumbuhan ekonomi riil negatif selama dua kuartal atau lebih dalam setahun.
“Resesi dapat mengakibatkan penurunan secara simultan pada seluruh aktivitas ekonomi seperti lapangan kerja, investasi, dan keuntungan perusahaan. Resesi sering diasosiasikan dengan turunnya harga-harga (deflasi), atau, meningkatnya harga-harga (inflasi) dalam proses yang dikenal sebagai stagflasi,”ungkapnya di paparan slide materi yang ditampilkan dalam diskusi.
Lebih jauh lagi, Resesi ekonomi yang berlangsung lama disebut depresi ekonomi. Hal ini bisa menimbulkan Penurunan drastis tingkat ekonomi (biasanya akibat depresi parah, atau akibat hiperinflasi) disebut kebangkrutan ekonomi (economy collapse).
Prof Fahmi juga menyontohkan 6 negara yang masuk jurang resesi, di antaranya Amerika Serikat (AS), Jerman, Korea Selatan, Hongkong, Singapura, dan Uni Eropa.
Kondisi resesi juga dipengaruhi mitos-mitos kapitalisme seperti:
• Biarkan “tangan-tangan gaib” mengatur sendiri pasar.
• Pasar akan mengoptimasi sendiri produksi dan distribusi.
• Barang-barang yang bagus atau dibutuhkan masyarakat akan laku,
akan banyak produsennya, akan murah.
• Barang-barang yang jelek atau tidak dibutuhkan lagi, akan tidak laku,
dan produksinya akan menurun atau berhenti.
• Peran negara adalah melindungi agar pasar ini tidak terdistorsi.
Pesan Prof Fahmi Amhar kepada intelektual muslim sangat menggugah agar intelektula tidak menjadi penyokong sistem kapitalisme yang gagal. Sebagaimana digambarkan dalam piramida sistem kapitalisme yang memang dikuasai para pemilik modal.
Karenanya, Prof Fahmi Amhar mengaskan bahwa “Islam adalah satu-satunya solusi alternatif dan menjadi tugas sejarah umat Islam untuk menyematkan dunia sebagaimana firman Allah dalam Ali-Imran ayat 110.”
Senada dengan hal itu, Dr. Faqih Syarif .H, M.Si. (Spirtual Motivator dan Sekjend Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa) urun rembung dan menyatakan sikap politiknya. Unik memang, di antara intelktual yang biasanya tak ingin bicara politik, beliau membeberkan fakta menarik.
“Banyak Banyak yang menganggap Islam sekadar ritual, padahal Islam itu Politik dan Spiritual. Agama yang sempurna. Maka, Sangat Aneh bicara Islam dianggap radikal. Maka tak heran ini merupakan pengawuran,”ujarnya menegaskan.
Bukti pengawuran lainnya ketika rakyat sering disalah-salahkan. Apalagi segala masalah ditimpakan ke umat Islam. Kondisi ini menunjukkan bahwa buruknya rakyat merupakan cermin buruknya penguasanya.
Dr Faqih tidak sepakat ketika keputusan lebih ngawur lagi solusinya menerapkan kepemimpinan otoritas. Ini akan menambah kedzaliman.
Beliau mempertanyakan “Apakah rakyat ini bahagia? Sering dihipnotis dengan demokrasi yang menganggap paling ideal daripada otoritarian daripada sistem lainnya.”
Berdasarkan fakta di lapangan, dalam demokrasi ketika mau mencalonkan menjadi pemimpin butuh modal besar. Lucunya, ketika musim pemilu banyak jaminan sertifikat menumpuk di bank. Sangat disayangkan jika berkuasa menggunakan politik Wiro Sableng 212, yaitu 2 tahun balik modal. 1 tahun mengurusi rakyat. 2 tahun siapkan pilihan berikutnya.
“Sistem rusak berdampak pada ekonomi, politik, dan sebagainya. Ini tak sekadar masalah leadership. Sistem ini (Kapitalisme Demokrasi) bermasalah dan merusak. Karena, Mengatasnamakan rakyat untuk menindas rakyat,” tandasnya ulang.
Sadar bahwa ada masalah. Maka umat harus melakukan perubahan. Sadar ada resesi, maka harus ada perubahan ekonomi. Solusinya harus berdasar dari Sistem yang tegak di atas landasan benar dan bebas dari kepentingan.
“Landasan sistem yang benar ialah keimanan, karena Allah tidak punya kepentingan. Justru manusia butuh Allah. Ada dzat yang sempurna bahwa setelah kehidupan dunia ada hisab dan pembalasan.”
Luar biasa paparan dua intelektual muslim tadi. Jika negeri yang mayoritas muslim ini mengambil Islam sebagai solusi niscaya terwujud keberkahan dan rahmat bagi seluruh alam. Alhamdulillah lebih dari 3.000 Viewers terpantau selama acara.[hn]
Exit mobile version