Bangga Indonesia, Jakarta – Asosiasi Sepak Bola Jerman (DFB) menentang memboikot Piala Dunia 2022 tetapi akan bersama dengan tim sepak bola nasionalnya dalam mendukung hak-hak pekerja migran di Qatar, kata presiden DFB Fritz Keller, Jumat.
Tim Jerman berbaris sebelum kickoff dalam pertandingan pembukaan kualifikasi Piala Dunia melawan Islandia di Duisburg pada Kamis dengan mengenakan baju bergambar deretan huruf bertuliskan “HAK ASASI MANUSIA”.
Norwegia melakukan protes serupa pada hari Rabu menjelang pertandingan di Gibraltar ketika para pemain mereka mengenakan kaus bertuliskan: “Hak Asasi Manusia, di dalam dan di luar lapangan”.
Inisiatif tersebut muncul setelah sebuah laporan oleh surat kabar Inggris The Guardian yang menyebutkan perhitungannya menunjukkan setidaknya 6.500 pekerja migran telah meninggal dunia di Qatar sejak negara tersebut memenangi hak untuk menggelar Piala Dunia 2022 10 tahun lalu.
Klub papan atas Norwegia, Tromso, telah meminta federasi sepak bola negaranya untuk mempertimbangkan memboikot Piala Dunia setelah The Guardian menerbitkan laporannya, tetapi Keller menentang langkah tersebut.
“Qatar telah memulai beberapa reformasi, dan telah ada kemajuan yang terlihat – meskipun masih ada hal perlu dilakukan – yang berpotensi boikot dapat dibatalkan,” katanya dalam sebuah wawancara yang publikasikan di situs resmi DFB, seperti dilansir Reuters.
“Saya berharap dapat mendorong perubahan konkret, dan menerapkannya sebelum memberikan Piala Dunia kepada negara seperti Qatar, di mana ada beberapa hal yang masih perlu diubah,” tambah Keller.
“Sebaliknya, Qatar dianugerahi Piala Dunia sebagai semacam lompatan keyakinan, dengan harapan itu akan membantu membawa perbaikan.”
Manajer Belgia Roberto Martinez mengatakan kepada CNN sebelumnya pada Jumat bahwa akan menjadi “kesalahan besar” untuk memboikot putaran final Piala Dunia.
DFB menggemakan sikap pemerintah Jerman sebelumnya ketika seorang juru bicara mengatakan kepada wartawan “tim nasional adalah bagian yang baik dari Jerman dan oleh karena itu bagus ketika mereka berkomitmen pada nilai-nilai demokrasi liberal kita.”
Keller menambahkan: “Kita harus mempertahankan nilai-nilai kita, yang tertulis dalam undang-undang kita, dan membiarkan suara kita didengar setiap saat. Jika seseorang tidak dapat mendukung pernyataan hak asasi manusia, mereka perlu segera menyesuaikan kembali moral mereka.
“Setiap pemain bermimpi bisa bermain untuk negaranya di Piala Dunia sejak usia muda, tetapi pada saat yang sama, tentu saja, mereka tahu bahwa Anda tidak bermain-main dengan hak asasi manusia.
“Mereka tidak dapat dinegosiasikan dan dapat diterapkan secara universal, di seluruh dunia. Inilah yang menarik perhatian para pemain nasional.”
Pada Kamis, perwakilan penyelenggara Piala Dunia Qatar mengatakan mereka “selalu transparan tentang kesehatan dan keselamatan pekerja”.
“Sejak pembangunan (stadion) dimulai pada 2014, ada tiga kematian terkait pekerjaan dan 35 kematian yang tidak terkait pekerjaan,” tambah perwakilan itu.(Ant)