Site icon Bangga Indonesia

Kadin Dorong Penggunaan Benih Lokal Urai Masalah Kedelai

Ketua Umum Kadin Jatim Adik Dwi Putranto (ANTARA)

Bangga Indonesia, Surabaya, – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur mendorong petani menggunakan benih lokal, untuk mengurai masalah tingginya harga kedelai dalam beberapa pekan terakhir, sehingga tidak lagi ketergantungan dengan impor.

Ketua Umum Kadin Jatim Adik Dwi Putranto di Surabaya, Selasa mengakui saat ini sudah ada perusahaan lokal yang mengembangkan benih kedelai kualitas unggul dengan produktivitas yang cukup tinggi di Jember, Jatim, yaitu PT Taro Tama Nusantara (PT TTN).

“Kedelai ini kan tanaman tropis, sehingga produktivitasnya rendah jika ditanam di Indonesia. Jika di Amerika produktivitas tanaman kedelai bisa mencapai 5 ton per hektare, maka di Indonesia produktivitasnya hanya mencapai 1,3 ton hingga 1,5 ton per hektare. Dengan rekayasa pembenihan, maka produktivitas benih kedelai yang dihasilkan oleh PT TTN ini bisa mencapai 3 ton hingga 3,2 ton per hektare,” kata Adik, kepada wartawan.

Selain produktivitas cukup tinggi, kualitas kedelai dari benih kedelai PT TTN juga cukup bagus dan sesuai dengan yang diharapkan oleh pengrajin tempe, bijinya besar dan rata serta kulit ari mudah terkelupas.

Adik mengaku sangat antusias dan memberi dukung penuh kepada industri benih kedelai lokal yang berhasil mengembangkan benih kedelai kualitas unggul tersebut.

Karena, dengan menggerakkan kembali petani kedelai lokal akan mampu mengurai persoalan fluktuasi harga kedelai impor yang berdampak luas kepada pengrajin tahu dan tempe dalam negeri.

“Ini harus dapat dukungan penuh. Kami juga berupaya menjembatani dengan pemerintah agar budi daya kedelai lokal kualitas unggul ini bisa disebarluaskan ke petani sehingga harapan swasembada kedelai nasional bisa tercapai,” tuturnya.

Wakil Ketua Umum Bidang Pertanian dan Pangan Kadin Jatim, Dr Edi Purwanto STP MM mencatat harga kedelai impor di pasaran saat ini mencapai Rp9.583 per kilogram, naik dibanding harga saat normal yang hanya sekitar Rp6.800 hingga Rp7.500 per kilogram.

Kondisi ini ditengarai akibat turunannya produksi negara pengekspor seperti Amerika dan tertutupnya jalur distribusi akibat pandemi COVID-19.

“Fluktuasi harga kedelai ini adalah masalah klasik dan untuk mengurainya harus dilakukan dari hulu hingga hilir. Petani kedelai lokal harus dibangkitkan agar ketergantungan terhadap kedelai impor bisa ditekan,” katanya, menegaskan.

Ia mengatakan, saat ini produksi kedelai lokal secara nasional tahun 2020 hanya mencapai 320 ribu ton per tahun, sementara kebutuhan kedelai nasional mencapai 2,5 juta ton per tahun.

Sedangkan produksi kedelai Jatim tahun 2020 mencapai 57.235 ton per tahun dan kebutuhan kedelai Jatim mencapai 447.912 ton per tahun.

“Kekurangan tersebut pastinya diperoleh dari impor. Dan jumlahnya sangat besar,” ujarnya.

Untuk itu, kebangkitan petani kedelai lokal menjadi sebuah keniscayaan untuk menghilangkan ketergantungan Indonesia terhadap kedelai impor. ( Ant )

Exit mobile version