Kelas Homogen Tergradasi, Lebih Merdeka Belajar
Kelas homogen tergradasi yang dimaksud adalah kelas dengan jenis kelamin sama dan kemampuan akademik hampir sama. Jadi ada kelas putra dengan kemampuan akademik tinggi sampai rendah. Demikian pula untuk kelas putri. Jika jumlah siswa putra dan putri tidak pas memenuhi kelas maka terpaksa dibentuk kelas campuran. Pembagian kelas berdasarkan gradasi nilai raport ini tidak diberitahukan pada siswa,untuk menjaga perasaan siswa yang berada dikelas bawah.
Lalu mengapa kelas homogen tergradasi lebih merdeka belajar? Pengalaman selama bertahun-tahun pembagian kelas secara homogen tergradasi memiliki banyak nilai positif. Misalnya siswa berjenis kelamin sama, dengan kemampuan akademik yang hampir sama, memiliki kecenderungan cara belajar, watak, dan kegemaran yang hampir sama juga. Hal ini akan mempermudah guru dalam menyusun strategi pembelajaran.
Strategi pembelajaranyang tepat membuat siswa lebih nyaman dan bahagia dalam belajar.
Sebagai contoh, pada kelas homogen tinggi, siswanya tidak bertingkah laku yang aneh-aneh, sangat serius, dan fokus dalam mengikuti proses belajar mengajar. Sedangkan kelas homogen rendah, tingkah laku siswa aneh-aneh, kurang fokus dalam menerima pelajaran, lebih suka kegiatan fisik, dan suka bernyanyi.
Dengan mengetahui keseragaman karakter siswa ini, akan mempermudah guru dalam memilih strategi pembelajaran yang tepat. Misalnya kelas homogen rendah lebih cocok dengan model pembelajaran roll play, mencipta lagu pembelajaran, bermain ular tangga, dan strategi belajar yang melibatkan fisik lainnya. Sebagai contoh, ketika guru mengajak siswa memahami rumus dan menghafalkannya dengan cara menyanyi, siswa homogen rendah sangat antusias, menikmati,dan gembira. Sangat berbeda jika hal ini diterapkan di kelas homogen tinggi, bernyanyi sambil menghafal rumus baginya adalah hal yang membuang-buang waktu, sehingga mereka enggan dan tidak mau menirukan
Nilai positif yang lain adalah siswa menjadi lebih mandiri. Siswa putri menjadi bisa melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan siswa putra, misalnya menyiapkan LCD, membetulkan korden rusak, membetulkan gambar-gambar di dinding, dan masih banyak lagi. Demikian juga sebaliknya, anak putra juga menjadi lebih mandiri, bisa mengerjakan pekerjaaan yang biasanya dikerjakan anak putri.
Sedangkan pada kelas heterogen (campuran), siswa tampak kurang aktif dan kurang percaya diri. Ada perasaan tidak bebas dan sungkan pada lawan jenisnya ketika bertanya atau mengutarakan pendapat. Apa lagi jika pelajarannya menyangkut hal-hal yang sensitif, misalnya masalah perkembangan dan pertumbuhan, gejala pubertas, reproduksi manusia, hadats besar, bersuci, sex manfaat dan mudlaratnya, dan lain-lain. Siswa putri enggan bertanya atau mengemukakan pendapatnya, karena takut mendapat perundungan dari siswa putra. Kalau sudah demikian, belajar menjadi terbelenggu. Siswa tidak bisa menuntaskan belajarnya,dan tidak bisa mendapatkan ilmu dengan maksimal.
Sedangkan dengan kelas homogen tergradasi, siswa bebas bertanya dan bebas mengeluarkan pendapat tanpa takut mendapat perundungan. Selain itu juga lebih bebas berekspresi, dan lebih percaya diri. Dengan demikian siswa akan merasa puas dalam proses mendapatkan ilmunya, merasa nyaman, bahagia, dan tentu lebih “Merdeka Belajar.”
Namun, ada juga yang meragukan pembagian kelas secara homogen tergradasi. Misalnya akan terjadi kesenjangan sosial antara siswa pandai dan kurang pandai, ada perasaan rendah diri ataupun tinggi hati. Mereka juga beranggapan bahwa siswa menjadi kurang siap berhadapan dengan kehidupan nyata yang heterogen yaitu laki-laki dan perempuan. Menurut pengalaman, pernyataan itu tidaklah benar. Karena dengan kelas homogen tergradasi justru memperkuat mereka dalam memunculkan kelebihan mereka, sehingga bukan kesenjangan sosial yang muncul, bukan rasa rendah diri atau tinggi hati, tetapi justru memunculkan perasaan bahwa mereka semua sama, sama-sama memiliki kehebatan di bidangnya masing-masing, dan kehebatan itu akan sulit muncul tanpa strategi yang tepat. Kegiatan-kegiatan di kelas homogen tergradasi cukup bagi siswa untuk belajar membangun kehidupan sosialnya.
Keraguan yang lain adalah, adanya opini bahwa kelas homogen akan memicu terjadinya penyimpangan sex yaitu penyuka sesama jenis. Opini semacam itu terlalu dipaksakan, karena di setiap sekolah selain mendapatkan pelajaran umum, juga banyak mendapat materi pelajaran agama untuk membentengi siswa dalam mengarungi hiruk-ikuk kehidupan modern.
Jadi pembagian kelas homogen tergradasi meskipun bukan suatu keharusan, tetapi hal ini menjadi sangat penting untuk dilakukan, agar siswa lebih merdeka belajar dan guru lebih mudah menyusun strategi pembelajaran.
#90HariMenulisBuku
#InspirasiIndonesiaMenulis
#StayAtHome