Site icon Bangga Indonesia

Live Streaming Bersama “Saudagar Santri” Asuhan Dokter Apoteker

Bedah buku SantriPreneur Santri Milenial dikemas live streaming di Pondok Pesantren Abdurrahman Ali, Bantul. FOTO BANGGA INDONESIA/BAGUS

Bangga Indonesia, Bantul – Destinasi  road show Bedah Buku SantriPreneur Santri Milenial di kota ketiga terasa lebih istimewa lagi. Di Pondok Pesantren “Saudagar Santri” Abdurrahman Ali Bantul, DIY acaranya digelar secara live streaming via channel YouTube.

Audiensinya bukan hanya para santri asuhan yang berasal dari daerah di berbagai provinsi republik ini. Pesertanya juga berasal dari para kolega pengasuh pesantren yang bertengger di Gg Lokanata Keloran Tirtonirmolo, Kasihan Bantul.

“Mereka yang ikut acara via online ini adalah para entrepreneur yang bersinergi dengan produk para santri,” jelas Kiyai Kintoko, pengasuh ponpes bergelar dokter apoteker.

Pesantren yang dikelola sendiri oleh alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Jogjakarta ini memang memproduksi obat dan nutrisi herbal. “Santri di sini kami ajari langsung memproduksi sekaligus menjualnya,” ujar Ustad Kintoko kepada banggaindonesia.com.

Sehingga para santri didikan program magister lulusan S-2 Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM) ini sudah diajarkan sejak dini menjadi wirausaha. Produk yang diciptakan juga dibranding sesuai dengan karakternya.

Khusus untuk produk tersebut, Ustad Kintoko juga sudah membranding dengan nama Saudagar Santri. Lebel ini juga bisa dilihat dari sandal jepit yang diserahkan di masjid sekitar pondok.

“Pas sekali kita ketemu dengan Doktor Faqih dalam rangka safari bedah buku SantriPreneur ini,” akunya.

Doktor Faqih yang dimaksud adalah Dr. Nasrul Faqih Syarif, MSi, pengarang buku tersebut. Selain produktif menulis buku dan seorang motivator nasional, dia juga pengelola beberapa pesantren di Jawa Timur.

Selain Doktor Faqih juga ada Cak Amu, sapaan Abdul Muis, jurnalis berpengalaman yang puluhan tahun berkarya di Jawa Pos, sebagai salah satu penulis buku tersebut.

Juga ada karya Kang Didin, sebutan M.A. Burhanuddin, ST MM. Namun pengusaha  advertising dan kuliner ini berhalangan turut meluncurkan buku perdana prakarsa PT Bangga Media Nusantara Media ini karena ada kegiatan di Makassar.

Kiyai Kintoko dalam sambutannya menilai buku SantriPreneur Santri Milenial itu sangat tepat diberikan kepada seluruh santri di muka bumi Nusantara ini. Ia menyadari santri milenial harus mampu berdikari selepas tamat di pondok.

“Jika urusan aqidah dan pengetahuan tentang keislaman pasti dapat. Namun untuk urusan duniawi mereka perlu mempersiapkan skill dan soft skillnya,” jelasnya kepada Bangga Indonesia.

Itu sebabnya, pesantren yang dikelolanya memadukan dua pendidikan untuk akhirat dan dunia. “Pesantren ini berbasis Al-Qur’ani dan entrepreneur,” tegasnya.

Entrepreneur yang diterapkan adalah memproduksi obat obatan atau nutrisi berasal dari tumbuh-tumbuhan. “Alat untuk mencetak produk herbal sudah kami siapkan,” akunya.

Bukan hanya itu, para santri juga diajarkan untuk memasarkannya melalui digital marketing. “Hari Sabtu mereka kita liburkan ngajinya untuk belajar marketing digital,” jelasnya.

Dari hasil usahanya ini, para santri juga diberi haknya. Sehingga santri di tempatnya memperoleh hasil kerjanya. “Mereka juga sudah punya penghasilan,” ujar bapak lima anak ini.

Karena itu, santri Abdurrahman Ali tidak dipungut biaya nyantri. “Awalnya hanya tiga santri di sini. Sekarang sudah 18 Santi berasal dari berbagai daerah,” katanya.

Untuk ajaran baru tahun ini, menurut dia, sudah ada 20 calon santri yang inden. Mereka tahu kualitas pesantrennya dari getok tular. Dari mulut ke mulut. Konvensional.

Oleh karena itu, ke depan dia berharap kehadiran Tim Penulis SantriPreneur Santri Milenial bisa menambah pengetahuan baru. Minimal para santri bisa berkarya untuk menulis apa saja dan bisa ditayangkan di website pesantrennya.

Doktor Faqih dalam materi bedah bukunya menantang santri untuk bertekad menulis. Jika semua santri sudah bisa dan siap menulis maka karyanya bisa dibingkai dalam sebuah buku.

“Saya sudah punya judulnya untuk buku para santri sini. The Power off Dream,” jelasnya yang diamini kiyai dan siap mencetak karya santrinya.

Gayung bersambut. Beberapa santri tergugah. Mereka merespon gagasan Doktor Faqih. Siap menulis pengalamannya.

Doktor Faqih juga menyatakan siap untuk mendampingi para santri agar lancar menulis dan bisa menciptkan sebuah buku. “Kita harus bisa membuat tanda di alam semesta,” jelasnya di hadapan santri.

Berita tanda di alam semesta? Ya. Ini karya judul buku lain yang dibuat Doktor Faqih saat dia terserang COVID 19.

Ia terinspirasi membuat buku itu karena ada pesan almarhum ibundanya yang hadir secara metafisik ketika kondisinya di ujung maut. “Nah membuat buku itu adalah salah satu cara membuat tanda di alam semesta,” tegasnya.

Dengan buku tersebut, menurut dia, minimal anak cucu dan orang yang membacanya akan mendapatkan manfaat. “Di buku ini (SantriPreneur Santri Milenial) diajarkan bagaimana anda bisa menulis buku dalam 90 hari,” ucap Doktor Faqih.

Selain itu, buku tersebut juga ada metodologi penulisan yang enak dibaca dan perlu. Cak Amu yang hadir bersama Doktor Faqih menyebut karya tulis yang baik itu yang punya pengaruh buat pembaca.

Nah, SantriPreneur memerlukan keahlian khusus untuk bisa menulis  produknya secara baik. Bukan hanya itu, para santri yang ingin berdakwah melalui karya tulis, juga harus belajar  menulis mulai dini.

“Kalau gaya penulisan dan karakter itu sudah kelihatan sejak dini, maka si penulis itu akan menjadi penulis yang berkelas,” jelas Cak Amu.

Acara bedah buku ini berlanjut di Karanganyar. Digelar sore hari seusai ashar di Masjid Islamic Center. Pesertanya selain jamaah masjid seislamic center di Karanganyar.

Yang menarik di antara peserta terdapat jamaah yang tergabung dalam Komunitas Pemuda Insyaf (Kopika) Karanganyar. Pemuda insyaf? Ya. Mereka adalah santri nonformal yang baru kembali ke jalan yang benar. (aba)

Exit mobile version