Site icon Bangga Indonesia

Mengoptimalkan Produk Pangan Berbasis Teknologi

Mahasiswa UNU Purwokerto memamerkan produk kopi "classico" yang diolah menggunakan teknologi pangan. ANTARA/HO-dok. pribadi

Bangga Indonesia, Purwokerto – Pada Tahun 2021, salah satu program yang perlu menjadi perhatian adalah upaya mengoptimalkan teknologi guna meningkatkan kualitas dan kuantitas produk pangan.

Peningkatan kualitas dan kuantitas tersebut merupakan hal yang sangat esensial untuk mendukung program swasembada produk pangan. Sebagai contoh, peningkatan kualitas pangan akan berkontribusi terhadap daya saing produk yang dihasilkan. Sementara peningkatan kuantitas pangan akan berdampak pada keberlanjutan pasokan yang dibutuhkan.

Pada masa pandemi COVID-19 seperti sekarang ini, ketersediaan dan keberlanjutan pasokan pangan harus tetap terjaga dan terpenuhi. Dalam artian, pemenuhan kebutuhan pangan bagi individu, keluarga, dan masyarakat menjadi makin penting.

Hal itu dapat dilakukan dengan memastikan ketersediaan dan akses terhadap kebutuhan pokok pangan dilakukan beriringan sambil mengantisipasi kelangkaan pangan.

Terlebih lagi, Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (Food and Agriculture Organization/FAO) pernah mengingatkan bahwa pandemi COVID-19 ini bisa menyebabkan krisis pangan dunia.

Peringatan FAO terkait potensi kelangkaan pangan tersebut sudah langsung direspons oleh Pemerintah Indonesia dengan terus menggencarkan produksi pangan berkelanjutan.

Koordinator Program Studi Teknologi Pangan Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Purwokerto Kavadya Syska mengatakan yang perlu menjadi perhatian bukan hanya soal swasembada pangan, namun juga tentang bagaimana teknologi dapat menghasilkan berbagai inovasi produk pangan.

Hal ini selaras dengan salah satu tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), yaitu menghilangkan kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan gizi yang baik, serta meningkatkan pertanian berkelanjutan.

Menurut dia, teknologi yang kuat perlu dilakukan untuk pencapaian ketahanan pangan yang mandiri dan berdaulat, hingga pada akhirnya dapat berperan dalam pembangunan ekonomi nasional.

Selain itu, teknologi juga dapat dimanfaatkan untuk memperoleh manfaat semaksimal mungkin sekaligus meningkatkan nilai tambah dari bahan pangan yang tersedia.

Misalkan, keberadaan sisa hasil panen petani yang berlimpah, namun belum sempat dikonsumsi. Untuk mengurangi risiko bahan pangan sisa hasil panen itu membusuk, teknologi pangan hadir sebagai sebuah solusi.

Dengan teknologi pangan, maka berbagai hasil panen bisa langsung diolah dan dikemas dengan baik sehingga jauh lebih awet dan bisa bertahan lebih lama, selain itu juga bisa dikonsumsi pada waktu berikutnya.

Hal ini tentu bisa sekaligus membantu meningkatkan penghasilan para petani. Contohnya adalah saat petani memiliki sisa panen bawang dan tomat yang berlimpah, maka dengan memanfaatkan teknologi pangan, bawang dan tomat itu bisa diolah menjadi bawang goreng dan juga saus tomat siap saji.

“Sehingga hasil panen tidak terbuang percuma dan juga sekaligus mengurangi kerugian sisa bahan pangan. Ketimbang busuk, maka lebih baik dimanfaatkan menggunakan teknologi menjadi produk pangan yang menghasilkan,” katanya.

Melalui teknologi yang tepat maka pengolahan pangan dapat dilakukan dengan tetap memperhatikan sifat fisik, mikrobiologi, kimia dari bahan pangan, dan juga proses dalam mengolah bahan pangan tersebut.

Teknologi pangan

Kavadya Syska juga mengatakan bahwa kebutuhan manusia akan pangan tidak bisa dihentikan sebab terus berlangsung secara teratur. Sementara alam yang menghasilkan kebutuhan pangan tersebut memiliki periode terbatas. Pada saat inilah teknologi pangan berperan.

Teknik pengawetan yang dihasilkan dari teknologi pangan membuat berbagai bahan pangan bisa didistribusikan dengan baik dengan jangkauan yang lebih luas. Teknik inilah yang memungkinkan makanan khas sebuah negara bisa dinikmati juga di negara lain.

Teknologi pangan juga dapat mendorong inovasi dalam menghadirkan banyak produk pangan terbaru yang kekinian, produk tersebut bisa diolah agar tetap memiliki keunggulan nutrisi, aman dikonsumsi serta mudah diakses.

Contoh lain dari pemanfaatan teknologi pangan adalah pengawetan hasil tangkapan ikan. Teknik ini bisa digunakan untuk menghindari kerugian nelayan saat hasil ikan tangkapan mereka belum habis terjual.

“Para nelayan bisa memanfaatkan teknologi pangan dengan metode pendinginan ikan menggunakan suhu antara minus 4 derajat Celcius hingga 0 derajat Celcius. Dengan demikian, maka tangkapan ikan tidak membusuk dan bisa lebih awet atau tahan lama,” katanya.

Teknologi pangan juga dapat bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan bahan pangan dengan cara membunuh bakteri serta mikroba yang terdapat dalam bahan pangan tersebut. Selain itu juga bisa mencegah mikroba untuk berkembang biak.

Salah satu contoh teknologi pangan yang bermanfaat adalah pasteurisasi yang bisa membuat susu lebih steril dan aman untuk dikonsumsi sehingga manfaat minum susu bisa dirasakan seluruh lapisan masyarakat kapanpun dan di manapun.

Bahkan, berbagai bahan pangan juga bisa diolah menjadi lebih sehat dengan memanfaatkan teknologi pangan, misalkan dengan melakukan fortifikasi atau penambahan nilai gizi.

“Salah satu contoh dari fortifikasi adalah pada garam dapur di mana penambahan manfaat yodium di dalamnya berguna untuk mencegah penyakit gondok. Selain itu fortifikasi kalsium dalam jus dan susu juga bisa membuat bahan pangan menjadi lebih sehat untuk tulang manusia,” katanya.

Selain hal tersebut di atas, teknologi pangan juga bisa membuat produk pangan menjadi lebih praktis saat disantap, seperti contohnya kopi instan yang hanya perlu diseduh, atau susu bubuk yang bisa memudahkan para ibu, serta berbagai bahan pangan lainnya yang sudah menggunakan teknologi pangan dalam proses produksi sehingga bisa dinikmati konsumen dalam waktu yang singkat.

Untuk petani

Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Prof. Loekas Soesanto menambahkan bahwa teknologi pangan sangat berdampak positif bagi para petani.

Dengan adanya teknologi pangan, menurut dia, membuat petani makin terpacu untuk meningkatkan kualitas dan juga kuantitas produk tanaman mereka.

Teknologi pangan juga telah mendorong petani makin bersemangat untuk meningkatkan produksi dan pada akhirnya berkontribusi pada peningkatan pendapatan serta kesejahteraan petani.

Menurut dia teknologi pangan khusus untuk produk pertanian perlu terus disosialisasikan kepada para petani guna meningkatkan pemahaman mengenai teknik-teknik yang bisa digunakan untuk memperoleh manfaat semaksimal mungkin sekaligus meningkatkan nilai tambah dari hasil panen. Sekaligus juga untuk mengurangi risiko hasil panen yang membusuk.

Dengan melihat narasi mengenai berbagai manfaat dari teknologi pangan dalam meningkatkan nilai tambah ekonomi, maka pemanfaatannya perlu terus dikembangkan dan dioptimalkan.

Terlebih lagi di daerah-daerah yang masih memiliki area yang luas untuk pengembangan bahan pangan, teknologi ini tentu akan makin bermanfaat bagi petani, nelayan dan juga berbagai pihak lainnya.

Pada saat ini teknologi sudah tersedia dan terus berkembang pesat, sekarang tinggal bagaimana pengelolaan teknologi pangan itu dioptimalkan dengan baik sehingga dapat bermanfaat bagi seluruh masyarakat.

Exit mobile version