Site icon Bangga Indonesia

Menyoal Perlakuan +62 pada Ledakan Angka Positif Covid-19 ( Bagas Dimas P Juara 2 Artikel tingkat SMA )

Menyoal Perlakuan Warga +62 Pada Ledakan Angka Positif Covid-19

Covid-19, adalah dua kata yang menyimpan banyak rahasia dunia wabah di dalamnya. Berbicara tentang covid-19, berarti membahas tentang wabah dan virus. Pada akhir tahun 2019 lalu, dunia digemparkan dengan kemunculan wabah virus yang diidentifikasi dengan nama Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Seperti yang ditunjukkan namanya, virus ini berkerabat dengan virus corona SARS (SARS-CoV) yang terjadi pada tahun 2002-2003, dan Middle Eastern Respiratory Syndrome (MERS) ditahun 2010, namun ketiganya bukan virus yang sama. Setelah diindentifikasi lebih lanjut oleh World Health Organization (WHO), menghasilkan data bahwa virus ini termasuk jenis penyakit baru, yang disebabkan oleh virus corona baru yang sebelumnya belum pernah menginfeksi manusia. Sehingga World Health Organization (WHO) memberikan nama baru virus ini coronavirus disease atau disingkat dengan Covid-19

Perkembangan dan penetrasi virus covid-19 yang masif di Indonesia sekarang ini, mendorong masyarakatnya harus giat menerapkan pola hidup era new normal. Di mana masyarakatnya harus memenuhi standar protokol kesehatan dan menerapkan pola hidup sehat. Hal ini terlihat dari banyaknya perkembangan jumlah angka kasus positif covid-19 yang terus meningkat. Berdasarkan data statistik yang dirilis oleh tribunnews.com, Indonesia menempati peringkat 23 dunia dan 4 di Asia menurut data Pikiran-rakyat.com pada tanggal 1 oktober 2020.

Covid-19 yang sudah lama membetahkan diri di bumi ibu pertiwi ini, mulai menciptakan sebuah kebiasaan baru bagi setiap kalangan masyarakat di dalamnya. Tingginya rasa bosan, lelah, dan kesal hidup berdampingan bersama covid-19, memunculkan kebiasaan baru yang mengacu pada ketidakpedulian dan abai dengan betapa pentingnya menerapkan protokol kesehatan. Eksistensi kesadaran masyarakat akan menjadi pahlawan demi memerangi virus ini juga sudah mulai terabaikan. Padahal secara perlahan-lahan tanpa mereka sadari hal tersebut telah membuka celah covid-19 untuk berkembang meluas dengan mudah.

Covid-19 merupakan virus yang memiliki aksi ganas seperti menginfeksi inang yang memiliki imunitas lemah untuk disinggahinya. Banyaknya kelalaian dan memudarnya kepedulian masyarakat +62 akan protokol kesehatan, menjadi daya tarik tersendiri bagi covid-19 untuk menginfeksi inangnya. Lantas apa saja penyebab daya tarik covid-19 ini untuk hinggap di inangnya? Oleh karena itu yuk kita simak ulasan berikut ini:

  1. Mobilitas Masyarakat yang Tinggi

Adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diberlakukan pemerintah Indonesia untuk berdiam diri di rumah dalam beberapa hari saja, memunculkan berbagai macam aspek permasalahan dikalangan masyarakat, mulai dari segi ekonomi, pendidikan, dan pendapatan. Hal tersebut mengakibatkan meningkatnya perubahan gerak yang terjadi di antara warga masyarakat, baik secara fisik maupun secara sosial yang sangat sulit dinetralisasikan.

      Keadaan semakin parah ketika new normal diberlakukan, banyak sekali masyarakat yang beranggapan bahwa kehidupan akhirnya telah kembali normal seperti sedia kala. Sehingga maraknya kegiatan aktivitas masyarakat yang dominan menentang terhadap protokol kesehatan kian bertebaran, seperti halnya yang dapat kita amati di lingkungan sekitar kita sekarang ini, contohnya banyaknya warga yang terlihat berkerumun di tempat umum, bepergian ke luar kota, hingga lupa menerapkan protokol kesehatan yang telah dihimbau oleh pemerintah untuk meminimalkan penyebaran covid-19. Tentu hal itu dapat menambah secara pesat jumlah angka positif pasien yang terpapar virus covid-19, sehingga memunculkan permasalahan virus covid-19 yang tinggi di gelombang kedua.

Contoh nyata yang dapat kita ambil yakni dari segi pendidikan. Setelah diberlakukan new normal oleh pemerintah Indonesia, semua pendidikan yang berada di zona hijau diperbolehkan mengadakan kegiatan luring di sekolah mereka masing-masing. Hal tersebut jelas akan adanya mobilitas yang tinggi di lingkungan sekolah tersebut, seperti data artikel yang dirilis oleh radarkediri.jawapos.com pada 10 september 2020 lalu, menuliskan kejadian yang dialami oleh salah satu sekolah menengah kejuruan di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Yakni SMKN 2 Nganjuk yang tengah dikabarkan salah satu tenaga pendidiknya terpapar virus covid-19, alhasil sekolah tersebut di lockdown oleh pemerintah setempat supaya tidak menambah lagi jumlah kenaikan angka positif covid-19.

Berdasarkan data statistik yang dituliskan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) dan dirilis oleh Jawapos.com, juga menyatakan bahwa riset yang telah dilakukan menggunakan basis data dari Google Mobility dan Facebook Geo Insight dengan pemodelan dari pengguna smartphone dengan sistem Android, menunjukkan meningkatnya angka kasus positif covid-19 di Pulau Jawa-Bali per 10 september 2020 adalah akibat dari mobilitas masyarakatnya yang tinggi, dengan terpantau 50 persen orang yang keluar dari rumah. Data tersebut juga ditambahkan oleh satgas bahwa kedua pulau tersebut memberikan kontribusi 64,18 persen dari total kasus nasional.

  1. Anggapan Ringan Terhadap Covid-19

Banyaknya anggapan-anggapan yang muncul dikalangan masyarakat +62 mengakibatkan keraguan akan fakta yang sebenarnya dari covid-19. Seperti halnya beberapa anggapan bahwa corona hanyalah sebuah konspirasi ataupun anggapan setiap orang yang akan terinfeksi bahwasanya sudah ditakdirkan. Pemikiran ringan tersebut hanya melihat dari sisi lingkup kecil saja, mereka mencoba mengaitkannya dengan agama ataupun sumber data illegal (hoax) untuk memperkuat argumen mereka.

Semua argumen tersebut intinya membawa pesan umum, yakni satu-satunya datangnya perlindungan dari mereka yang memiliki kebenaran rahasia yang tidak ingin mereka dengar. Perasaan aman dan kontrol yang ditawarkan argumen itu mungkin hanya ilusi, tetapi dampaknya sangat besar terhadap rusaknya kepercayaan publik. Sehingga masyarakat yang menelan mentah-mentah argumen tersebut menjadi mudah tidak percaya dengan adanya covid-19 dan mulai abai untuk tetap menjaga protokol kesehatan.

 “Saya enggak pernah liat bukti konkret di lingkungan saya, semua teman-teman saya juga terlihat masih aman-aman saja.” Itulah kata yang dilontarkan salah satu mahasiswa Universitas Al Azhar Indonesia sebelum dirinya terpapar virus covid-19. Data yang dirilis tribunnews.com pada kamis, 10 september 2020 tersebut menuliskan mahasiswa yang bernama Ahcmad Bachtiar yang sebelumnya sangat tidak percaya mengenai adanya virus covid-19. Hal tersebut ia sadari setelah dirinya melakukan swas PCR tes sebelum melakukan sidang skripsi di kampusnya, setelah keluar hasil yang diterima menunjukkan bahwa ia terpapar virus covid-19.

  1. Tren yang Melawan Arus Protokol Kesehatan

Dalam situasi kondisi seperti sekarang ini semua orang harus menjaga kesehatan mereka masing-masing agar tidak mudah terpapar virus covid-19. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memenuhi protokol kesehatan saat beraktivitas dan selalu memperhatikan imunitas tubuh. Namun semua itu berbanding terbalik mengenai apa yang terjadi sekarang ini. Dalam kondisi yang bisa dikatakan darurat ini, masyarakat +62 justru berlomba-lomba untuk mengikuti tren yang beredar tanpa mempertimbangkan efektifitas dari tren tersebut. Seperti contohnya dalam memenuhi protokol kesehatan masyarakat lebih tertarik memakai tren masker scuba yang telah dihimbau oleh pemerintah bahwasanya masker scuba tidak efektif mencegah virus.

Tidak cukup sampai disitu untuk menjaga imunitas tubuh, mereka juga jauh tidak mempertimbangkan apa yang sedang dikonsumsinya, maraknya tren seperti memakan makanan yang terlalu pedas seperti seblak dan lain-lain justru sangat diminati daripada mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Padahal jika kita pikir-pikir lagi, Tren-tren tersebut justru sangat membantu covid-19 dalam perkembangbiakannya bukan? pasalnya mereka tidak melakukan pola hidup yang sehat dan juga menerapkan protokol kesehatan.

                Dengan menyikap berbagai persoalan tingkah laku warga +62 dalam melonjakkan kenaikan angka positif covid-19, seharusnya membuat kesadaran kita semua untuk kembali lagi memenuhi protokol kesehatan dengan baik, dan tidak lupa menjaga pola hidup yang sehat agar imunitas tubuh kita tetap kuat saat melawan virus. Hingga pada akhirnya diharapkan tercapainya target lonjakan angka positif covid-19 mengalami penurunan secara drastis dan membuat semua keadaan kembali normal.

            Jangan sampai, impian target pemerintah Indonesia akan berakhirnya covid-19 pada akhir tahun 2020 tertunda berbulan-bulan lagi hanya karena persoalan tingkah laku kita semua yang tidak senonoh.

Nama : Bagas Dimas Pamungkas

Asal Sekolah : SMAN 1 NGANJUK

Juara : 2 Lomba Artikel Tingkat SMA/SMK/MA

Judul Artikel : “Menyoal Perlakuan Warga +62 Pada Ledakan Angka Positif Covid-19”

Exit mobile version