Metode Mendidik Anak ala Rasulullah Saw
“ Barangsiapa yang dengan sengaja tidak mengajarkan apa yang bermanfaat bagi anaknya dan meninggalkannya begitu saja, berarti dia telah melakukan suatu kejahatan yang sangat besar. Kerusakan pada diri anak kebanyakan datang dari sisi orang tua yang meninggalkan mereka dan tidak mengajarkan kewajiban-kewajiban dalam agama berikut Sunnah-sunnahnya.” ( Ibnul Qayyim al-Jauziyah )
Sobat. Sesungguhnya Allah SWT telah memerintahkan kedua orang tua untuk mendidik anak-anak mereka dan memberikan tanggung jawab ini kepada mereka berdua dalam firmannya :
“ Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” ( QS. At-Tahrim (66) : 6 ).
Ali bin Abi Thali ra dalam menafsirkan firman Allah SWT quu anfusakum wa ahliikum Naaraan – Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka beliau mengatakan “ ‘allimuu anfusakum wa ahliikum khoiraan – Ajarilah diri kalian dan keluarga kalian kebaikan.” Al-Fakhrurazi menafsirkan peliharalah dirimu yaitu meninggalkan apa yang dilarang Allah atas kalian. Muqatil mengatakan, “ Hendaknya seorang muslim memerintahkan diri dan keluarganya untuk mengerjakan kebaikan dan melarang mereka melakukan kemaksiatan.”
Oleh Karena itu, perlu ada usaha dan kerja keras secara terus-menerus dalam mendidik anak, memperbaiki kesalahan mereka dan membiasakan mereka mengerjakan kebaikan. Inilah jalan para Nabi dan Rasul; Nabi Nuh As mengajak putranya untuk beriman, Nabi Ibrahim As mewasiatkan anak-anaknya untuk beribadah kepada Allah semata, dan demikian seterusnya.
Sobat. Bagaimana metode mendidik anak ala Rasulullah SAW ? Pertama. Prinsip dasar dalam mendidik ditunjukkan oleh Rasulullah melalui hadist dari Ibnu Abbas ra ia berkata Rasulullah Saw bersabda, “ Ajarilah , Permudahlah, jangan engkau persulit , berilah kabar gembira, jangan engkau beri ancaman. Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaklah diam.
Kedua. Menampilkan Suri tauladan yang baik. Suri tauladan yang baik memiliki dampak yang besar pada kepribadian anak. Sebab, mayoritas yang ditiru anak berasal dari kedua orang tuanya. Bahkan, dipastikan pengaruh paling dominan berasal dari kedua orang tuanya. Rasulullah Saw bersabda, “ Setiap anak dilahirkan di atas fitrahnya. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Majusi atau Nasrani.”
Sobat. Imam al-Ghazali mengatakan, “ Anak adalah amanat di tangan kedua orang tuanya. Hatinya yang suci adalah mutiara yang masih mentah, belum dipahat maupun dibentuk. Mutiara ini dapat dipahat dalam bentuk apa pun, mudah condong kepada segala sesuatu. Apabila dibiasakan dan diajari dengan kebaikan, maka dia akan tumbuh dalam kebaikan itu. Dampaknya kedua orang tuanya akan hidup berbahagia di dunia dan di akherat. Seorang anak tumbuh dewasa di antara kita sesuai dengan apa yang dibiasakan oleh bapaknya. Seorang pemuda tidaklah beragama dengan begitu saja, kerabatnyalah yang membiasakan beragama.
Rasulullah Saw memerintahkan kedua orang tua untuk menjadi suri tauladan yang baik dalam bersikap dan berperilaku jujur dalam berhubungan dengan anak. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abu Hurairah ra Rasulullah Saw bersabda, “ Barangsiapa yang mengatakan kepada seorang anak kecil, ‘ Kemarilah aku beri sesuatu.’ Namun dia tidak memberinya, maka itu adalah suatu kedustaan.”
Anak-anak akan selalu memperhatikan dan meneladani sikap dan perilaku orang dewasa. Apabila mereka melihat kedua orang tua berperilaku jujur, mereka akan tumbuh dalam kejujuran. Demikian seterusnya.
Ketiga. Mencari waktu yang tepat untuk memberi pengarahan. Kedua orang tua harus memahami bahwa memilih waktu yang tepat untuk memberikan pengarahan kepada anak-anak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil nasihatnya. Memilih waktu yang tepat juga efektif meringankan tugas orang tua dalam mendidik anak.
Rasulullah Saw selalu memperhatikan secara teliti tentang waktu dan tempat yang tepat untuk mengarahkan anak, membangun pola pikir anak, mengarahkan perilaku anak, dan menumbuhkan akhlak yang baik pada diri anak.
Rasulullah Saw mengajarkan kepada kita ada tiga waktu mendasar dalam memberikan pengarahan kepada anak : 1. Dalam Perjalanan. Rasulullah pernah memberikan pengarahan kepada Abdullah bin Abbas saat masih anak-anak dilakukan di jalan ketika keduanya sedang melakukan perjalanan, baik berjalan kaki ataupun naik kendaraan. Pengarahan ini tidak dilakukan dalam kamar tertutup, tetapi di udara terbuka ketika jiwa si anak dalam keadaan sangat siap menerima pengarahan dan nasehat. Diriwayatkan oleh al-Hakim dalam kitab Mustadraknya (3/541) dia meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra Nabi Saw diberi hadiah seekor bighal ( Persilangan antara kuda dan keledai ) oleh Kisra. Beliau menungganginya dengan tali kekang dari serabut. Beliau memboncengkanku di belakangnya. Kemudian berjalan. Tidak berapa lama, beliau menoleh dan memanggil, “ Hai anak kecil.” Aku jawab, “ Labbaika wahai Rasulullah .” Beliau bersabda, “ Jagalah Agama Allah, niscaya Dia menjagamu……”
- Waktu makan. Rasulullah Saw makan bersama anak-anak. Beliau memperhatikan dan mencermati sejumlah kesalahan. Kemudian beliau memberi pengarahan dengan metode yang dapat mempengaruhi akal dan meluruskan kesalahan-kesalahan yang dilakukan. Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Umar bin Abi Salamah ra, ia berkata, “ Aku masih anak-anak ketika berada dalam pengawasan Rasulullah Saw. Tanganku bergerak ke sana ke mari di nampan makanan. Rasulullah Saw bersabda kepadaku, “ Hai anak kecil, ucapkanlah basmalah, makanlah dengan tangan kanan dan makanlah apa yang ada di hadapanmu.” Sejak itu, begitulah caraku makan. “
- Waktu anak sakit. Rasulullah memiliki pelayan seorang anak yahudi yang belum masuk Islam, namun beliau tidak mengajaknya masuk Islam sampai beliau menemukan waktu yang tepat untuk mendakwahinya yakni saat dia sakit. Beliau mendatanginya dan menjenguknya. Dan akhirnya pelayan itu masuk Islam saat rasul menjenguknya ketika sakit beliau mendakwahi pelayan itu agar masuk Islam.
Demikianlah sobat, ketiga waktu utama yang tepat untuk kedua orang tua dalam memberikan pengarahan kepada anaknya dan membangun kepribadian ; yaitu dalam perjalanan, waktu makan dan ketika sedang sakit. Juga bisa ditambahkan waktu-waktu lainnya yang diperkirakan sebagai waktu yang tepat bagi kedua orangtua untuk anak-anak mereka.
Keempat. Bersikap Adil dan Menyamakan pemberian untuk anak. Rasulullah Saw telah menjelaskan secara gambling kepada kita tentang suatu kaidah yang agung dalam pencapaian bakti anak dan ketundukannya kepada kedua orang tua yaitu bersikap adil dan menyamakan pemberian. Oleh karena itu, sebanyak apa pun nasehat dan pengarahan, tidak menghasilkan apa pun selama mereka berdua tidak bersikap adil dan menyamaratakan dalam pemberian, baik secara material maupun spiritual. Mereka juga tidak diperkenankan menampakkan kecintaan kepada salah satu anak di hadapan saudara-saudaranya. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Abu Dawud, an-Nasa’I dan Ibnu Hibban dari hadits an-Nu’man bin Basyir ra Rasulullah Saw bersabda, “ Berlaku adillah terhadap anak-anak kalian dalam pemberian seperti kalian suka apabila mereka berlaku adil terhadap kalian dalam hal berbakti dan kelembutan.”
Kelima. Menunaikan hak anak. Menunaikan hak anak dan menerima kebenaran darinya dapat menumbuhkan perasaan positif dalam dirinya dan sebagai pembelajaran bahwa kehidupan itu adalah memberi dan menerima. Selain itu juga merupakan pelatihan bagi anak untuk tunduk kepada kebenaran, sehingga dengan demikian dia melihat suri tauladan yang baik dihadapannya. Membiasakan diri dalam menerima dan tunduk pada kebenaran membuaka kemampuannya untuk mengungkap isi hati dan menuntut apa yang menjadi haknya. Sebaliknya, tanpa hal ini akan menyebabkan menjadi orang yang tertutup dan dingin.
Di antara hak anak dan itu menjadi kewajiban orang tua menurut ajaran Rasul adalah memberikan nama yang baik, mengajarkan Al-Qur’an dan mendidiknya denga agama dan mencintai Nabinya, serta menikahkannya. Termasuk hak anak adalah menjadi imam atau pemimpin apabila dia memiliki kemampuan dan pengetahuan yang memadai untuk itu.
Keenam. Mendoakan. Doa merupakan landasan asasi yang setiap orang tua dituntut untuk selalu konsisten menjalankannya. Mereka juga harus selalu mencari waktu-waktu dikabulkannya doa yang dijelaskan oleh Rasulullah Saw. Larangan mendoakan keburukan untuk anak. Diriwayatkan oleh Abu Dawud bahwa Rasulullah Saw bersabda, “ Janganlah mendoakan keburukan atas diri kalian, janganlah mendoakan keburukan atas anak-anak kalian, janganlah mendoakan keburukan atas pembantu-pembantu kalian, janganlah mendoakan keburikan atas harta kalian, ketika bertepatan dengan waktu Allah menurunkan pemberian kepada kalian, sehingga doa kalian dikabulkan.”
Ketujuh. Membelikan Anak mainan yang mendidik. Rasulullah Saw menyaksikan burung pipit mainan Abu Umair menjadi bukti tentang pentingnya mainan yang dapat dipegang dan dimainkan dengan kedua tangannya. Pengakuan Rasulullah Saw terhadap mainan Aisyah ra menjadi bukti tentang pentingnya arti mainan bagi anak-anak dan kecintaan mereka pada benda-benda kecil yang membentuk dan memiliki rupa.
Namun demikian , agar mainan yang dibelikan dapat memberikan manfaat yang maksimal bagi anak, kedua orang tua sepatutnya memiliki beberapa kriteria sebagai berikut :
- Mainan tersebut dapat memicu si anak agar selalu bergerak yang dengannya jasmaninya menjadi sehat.
- Mainan yang dapat menumbuhkan rasa ingin tahu dan
- Mainan yang dapat melatih kecerdasan dan kreativitas.
- Mainan yang dapat mendorong si anak untuk meniru tingkah laku dan cara berpikir positif orang dewasa.
Itulah beberapa kriteria sehingga mainan tersebut sesuai dengan si anak dan bermanfaat ditinjau dari segi pendidikan.
Kedelapan. Membantu anak untuk berbakti dan mengerjakan ketaatan. Mempersiapkan segala macam sarana agar anak berbakti kepada kedua orang tua dan menaati perintah Allah SWT dapat membantu anak untuk berbakti dan mengerjakan ketaatan serta mendorongnya untuk selalu menurut dan mengerjakan perintah. Menciptakan suasana yang nyaman mendorong si anak untuk berinisiatif menjadi orang terpuji. Selain itu, kedua orang tua berarti telah memberikan hadiah terbesar bagi anak untuk membantunya meraih kesuksesan.
Kesembilan. Tidak suka marah dan mencela. Kita perhatikan bahwa Rasulullah Saw tidak banyak mencela perilaku anak-anak. Anas ra menjadi pembantu Rasulullah Saw selama sepupuh tahun beruntun. Dia menjelaskan tentang pendidikan Rasulullah Saw, “ Tidak pernah beliau mempertanyakan tentang apa yang aku lakukan, kenapa kau lakukan ini? Atau apa yang tidak aku lakukan. Kenapa tidak engkau lakukan.”
Diriwayatkan oleh Abdurrazaq dari Urwahm dari Bapaknya berkata Rasulullah Saw atau Abu Bakar ra atau Umar ra berkata kepad seseorang yang sedang mencela anaknya atas sesuatu yang dilakukannya, “ Anakmu adalah anak panah dari tempat anak panahmu.”
Ketika seorang bapak mencela anaknya, pada dasarnya dia sedang mencela dirinya sendiri. Sebab, bagaimana pun juga dialah yang telah mendidik anaknya tersebut.
Demikian beberapa metode mendidik anak ala Rasulullah Saw yang penulis sarikan dari kitab “ Manhaj at-Tarbiyyah an-Nabawiyyah lith Thifl karya Syekh Muhammad Nur Abdul Hafidz Suwaid. Semoga bermanfaat dan berkah bagi kita semua.
( Spiritual Motivator – DR.N.Faqih Syarif H, M.Si. Penulis buku Gizi Spiritual. Sekretaris Komnas Pendidikan Jawa Timur )