Pancarkan Kecemerlangan dengan Ilmu serta Hikmah
Sobat. Kesempurnaan Iman dan Takwa tidak akan tercapai tanpa Imu dan Hikmah. Bahkan Ilmu dan hikmah adalah pintu gerbang bagi segala kebaikan dan kecemerlangan. Tanpa keduanya, Iman dan Islam akan terkubur.
Sobat. Pada saat ini umat Islam sudah menjadi lemah. Mereka lemah dalam semua aspek termasuk agama. Maka untuk menjadi cemerlang, kita harus menguasai ilmu dan hikmah. Ke mana saja kita pergi, bawalah selalu buku-buku ilmu bersama kita. Jika buku senantiasa mendampingi kita, kita akan merasa senang mendampinginya. Pastikan ada ilmu baru yang kita peroleh setiap saat. Ilmu-ilmu baru yang kita peroleh itu hendaklah ditulis bersama dengan sumber rujukannya.
Dengan cara itu sobat. Ilmu tidak mudah hilang dari hidup kita. Di dalam kitab Ihya Ulumuddin dinyatakan, Fathul Mausuli berkata, “ Bukankah jika seseorang itu sakit dan tidak menjamah makanan dan minuman, dia akan mati? Demikian juga dengan hati, jika tidak diberikan hikmah dan ilmu selama tiga hari, hati pun akan mati.”
Allah SWT berfirman :
يُؤۡتِي ٱلۡحِكۡمَةَ مَن يَشَآءُۚ وَمَن يُؤۡتَ ٱلۡحِكۡمَةَ فَقَدۡ أُوتِيَ خَيۡرٗا كَثِيرٗاۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّآ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَٰبِ
“Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).” ( QS. Al-Baqarah (2) : 269 )
Sobat. Orang yang dikaruniakan hikmah adalah orang yang menguasai dan memahami Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dengan hal itu, mereka memiliki kepahaman yang mendalam tentang Islam . Dan, dengan kekuatannya tersebut, mereka menjadi golongan yang bijaksana yang dapat mengatur hidup mereka dengan baik, dan menjadi contoh dalam masyarakat.
Sobat. Potensi yang ada pada manusia hanya akan bersinar jika ‘ digosok’ dengan ilmu. Menurut Bukhari dan Muslim , Rasulullah Saw bersabda, “ Manusia itu ibarat lumbung emas dan perak. Mereka yang baik pada masa jahiliyah akan menjadi baik ketika menekuni Islam jika mereka memiliki kepahaman yang mantap.”
Sobat. Golongan yang menguasai ilmu berada pada maqam ( tempat yang tinggi ). Allah berfirman dalam surat Al-Mujadalah ayat 11, “ Allah mengangkat orang-orang yang beriman di kalangan kamu dan orang-orang yang berilmu dengan beberapa derajat.”
Sobat. Ilmu dan hikmah dapat diumpamakan seperti manis dan gula yang tidak dapat dipisahkan. Hikmah lebih menjurus pada aspek Iman dan agama. Sedangkan ilmu menjurus pada aspek agama dan yang lain-lainnya secara umum.
Sobat. Ilmu itu ada yang haram untuk dipelajari seperti ilmu sihir dan ilmu membuat arak. Ada ilmu yang harus dikuasai bahkan fardu ‘ain wajib bagi setiap muslim yang berakal dan baligh yaitu ilmu yang berkaitan dengan aqidah untuk memantapkan Iman, tasawuf untuk membersihkan hati, serta pekerti dan fiqih untuk mengtahui mana yang diwajibkan dan mana yang diharamkan bagi seseorang. Ilmu yang Fardhu kifayah adalah ilmu yang wajib dikuasia oleh umat Islam dalam bidang-bidang yang diperlukan dalam masyarakat. Namun tidak semua orang Islam harus menguasai bidang tersebut. Imam al-ghazali membagi yang fardu kifayah itu ada dua yakni yang Ilmu syariat ( ilmu tafsir Quran, telaah hadits, ilmu qira’ah, dan yang lainnya. ) dan yang kedua Ilmu bukan syariat misalnya ilmu kedokteran, farmasi, matematika, tenkonologi dan lain-lain.
Sobat. Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa, “ Hati memerlukan ilmu dan hikmah agar dengannya nafsu dan amarah dapat dikekang dalam melaksanakan hal-hal yang bermanfaat. Ilmu yang paling mulia adalah ilmu tentang Allah serta keagungannya.” Mereka yang tidak mengenal Allah akan mewarisi penyakit sombong dan takabur yang membinasakan. Sebagaimana yang dilakukan oleh Namrudz, Firaun dan Qarun yang kisahnya disebut dalam Al-Qur’an agar menjadi pelajaran bagi orang-orang yang mau menggunakan akal pikiran dengan benar.
Sobat. Siapakah yang di sebut Ulama ? apakah orang yang berilmu atau ahli pakar dalam pengetahuan Islam ? Ternyata Allah menggunakan cara penilaian yang luar biasa di mana ukurannya bukan Master, Doktor, Profesor bahkan Kyai Haji kalau di Indonesia. Dalam Surat Fathir ayat 28 Allah menjelaskan , “ Hanya yang takut kepada Allah yang termasuk Ulama.”
Imam Ibnu Katsir menjelaskan , “ Sesungguhnya, yang benar-benar takut kepada Allah adalah golongan Ulama Arifin karena setiap kali ilmu mereka tentang Allah bertambah, maka perasaan takut mereka kepada Allah pun bertambah.
Perasaan takut kepada Allah dalam konteks ini mendorong kita untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT dan melahirkan sikap hati-hati, bijaksana, malu, waspada, dan halus budi dalam hidup. “ Orang yang alim adalah yang takut kepada Allah meskipun dia tidak melihat Allah dan dia menyukai apa yang disukai Allah.” Kata Imam Hasan Bashri. Imam Said bin Jubair berkata,” Takut kepada Allah adalah satu benteng yang memisahkan kamu dari maksiat.”
Sahabat Nabi, Abdullah bin Abbas berkata, “ Ulama adalah mereka yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu pun. Di samping itu, mereka menghalalkan apa yang dihalalkan Allah dan mengharamkan apa yang Allah haramkan, menaati perintah-Nya, yakin akan bertemu dengan-Nya, dan selalu melakukan muhasabah sehubungan dengan amal diri sendiri. “ Abdullah bin Mas’ud berkata ,” Yang berilmu bukanlah mereka yang banyak menghafal hadits, melainkan mereka yang takut kepada Allah.” Inilah ciri-ciri yang ada pada diri ulama.
Maka kita bisa menyimpulkan bahwa ulama adalah para pakar, cendekiawanm serta ilmuwan Islam yang selalu tunduk mengabdikan diri kepada Allah disertai dengan jiwa yang luhur. Ilmu yang mereka miliki melahirkan perasaan takut kepada Allah sampai-sampai menjadikan mereka golongan yang taat kepada Allah SWT.
( Spiritual Motivator – DR.N.Faqih Syarif H, M.Si Penulis Buku Gizi Spiritual. Majelis Kyai PP Al-Ihsan Baron Nganjuk. Dewan Pembina PP Al-Amri Leces Probolinggo )