Bangga Indonesia, Bogor – Kepedulian Universitas Krisnadwipayana (Unkris) kian kongkrit saja. Setelah menjalin kerjasama dengan pemerintah pusat dan daerah, kali ini, Unkris menjalin sinergi sampai tingkat desa.
Yang tak kalah menarik, Rektor Unkris Dr Ir Ayub Muktiono MSip, CQIar “turun gunung” langsung dalam program tersebut. Desa yang dituju adalah Desa Tugu Utara Cisarua, Bogor, Jawa Barat.
Kedua belah pihak Jumat (04/06/2021) telah menandatangani kerjasama di Kantor Kepala Desa Tugu Utara Cisarua. Pihak Unkris diwakili langsung Rektor Dr. Ir Ayub Muktiono M.Sip . CQIaR dan Kepala Desa Tugu Utara Cisarua Asep Ma’mun Nawawi SH.
Penandatanganan kerjasama program yang diinisiasi Ketua Pengabdian Masyarakat Dr. Siswantari Pratiwi SH, MH , MM, ini juga disaksikan Warek 3 Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama Dr Parbuntian Sinaga SH MH. Kerjasama ini mengambil tema: “Melalui Sinergitas Kemitraan Kita Wujudkan Kawasan Desa Menjadi Unggul dan Berprestasi”.
Hadir pula dalam acara ini Ketua Lembaga Penelitian dan sekretaris, Ketua Lembaga Pengembangan Kreativitas dan Kebangsaan beserta sekretaris, para Ketua Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) tingkat fakultas: Hukum, Ilmu Administrasi, Ekonomi dan Teknik.
Menurut Siswantari, kerjasama ini sangat penting, baik untuk Desa Tugu Utara sendiri maupun Unkris. Yaitu dalam rangka pengabdian kepada masyarakat. “ Di sini mahasiswa dan dosen dapat bersama-sama masyarakat saling belajar dan bertukar pengetahuan demi kemajuan bersama,” tegasnya.
Siswantari sangat berterimakasih atas antusiasme para ketua lembaga. Baik dari rektorat maupun dari fakultas. “Dengan demikian kegiatan di Tugu Utara ini akan terisi lengkap dari berbagai bidang keilmuan,” jelasnya.
Kepala Desa Tugu Utara, Asep Ma’mun Nawawi SH merespon sekali atas kehadiran tim lengkap dari Unkris. “Permasalahan yang ada di pihak kami akan dapat terselesaikan dengan pengetahuan dan ilmu dari perguruan tinggi,”ujarnya.
Menutut Asep, sangat penting menerapkan program dengan metode Penta Helix. Sehingga masyarakat akan sangat terdukung. “Pembangunan desa merupakan upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan dalam upaya sebesar-besarnya untuk kesejahteraan masyarakat desa,”lanjutnya.
Sementara pemberdayaan masyarakat, menurut dia, merupakan upaya mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dalam meningkatkan berbagai hal. Di antaranya pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan sumber data melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyakakat desa.
“Dan, saya merasa yakin, Unkris dengan tim yang lengkap ini, akan mampu membantu kami masyarakat Tugu Utara,” tegas Asep.
Sementara itu, Rektor Unkris Ayub Muktiono yakin sekali Unkris mampu menjawab semua persoalan yang ada di Desa Tugu Utara. Terutama tujuh permasalahan yang terungkap dalam diskusi dengan kepala desa dan perangkatnya itu.
Khusus tentang peraturan desa dari sisi perundangan dan sosialisasinya, menurut dia, akan dapat didampingi oleh lembaga yang ada di Unkris. Di antaranya ada Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) dari Fakultas Hukum dan Fakultas Ilmu Adminsistrasi.
Bumdes akan didampingi LPM fakultas ekonomi. Pengembangan jaringan air bersih dapat didampingi LPM Dari Fakultas Teknik. “Juga, pengembangan Lingkungan dan Jasa Wisata dapat didamping semua LPM dari masing masing fakultas sesuai dengan fokus yang akan dikembangkan,” jelas rektor.
Selain itu, Unkris juga memiliki lembaga baru yang fokus pada kreativitas dan kebangsaan. Ini bisa masuk pada semua lini permasalahan yang akan dikembangkan di Desa Tuga Utara.
“Yaitu dengan mengembangkan Mindset Entrepreneur, dengan menumbuhkan minat dan bakat, mendorong kreativitas, inovasi baik melalui pelatihan, seminar dan talkshow dan dapat dijalankan bersama pemuda Karang Taruna,” ungkap Ayub.
Selanjutnya, informasi ini dapat disampaikan kepada para dosen dari masing masing fakultas agar menyarankan mahasiswanya mengambil skripsi dengan judul permasalahan yang ada di Desa Tugu Utara. Hal ini dapat diselesaikan dari sisi teori, dan munculnya ide-ide segar dari mahasiswa sebagai sumbang saran.
Sementara itu, Parbuntian Sinaga dalam diskusi tersebut menyampaikan bahwa desa memiliki peran yang sangat penting pada saat ini. “Desa adalah ujung tombak. Desa adalah tujuan akhir dalam membangun masyarakat,” cetusnya.
Permasalahan yang terjadi, menurut dia, adalah tingkat pemahanan produk hukum yang masih sangat lemah. “Salah satunya jika kita lihat adalah tidak samanya strata pendidikan para kepala desa tersebut. Masih sangat beragam,” ungkap Parbuntian.
Beruntung, lanjutnya, Desa Tugu Utara dipimpin sarjana dan bahkan akan melanjutkan jenjang endidikan strata S-2. “Tentu ini kita apresiasi. Kenapa? karena para pemimpin desa tersebut harus mampu menerjemahkan dan memahami aturan aturan pada tingkat desa,” jelas Parbuntian.
Pada sisi lain, menurut dia, sangat penting perguruan tinggi melakukan pendampingan. Nah, dari sini perguruan tinggi akan mendapatkan pengetahuan langsung dari lapangan. Sementara desa mendapatkan keilmuan.
“Inilah sinergi yang diharapkan dalam memecahkan permasalahan demi kesejahteraan masyarakat desa. Program pendampingan adalah instrument untuk mensejahterakan masyarakat,” tutup Parbuntian. (aba)