PEJUANG SEJATI COVID-19
Oleh: Deswati, M.Pd
Saat ini di dunia sedang terjadi perang. Kali ini berperang melawan tentara mikroorganisme. COVID-19 begitu kita menyebutnya, karena tentara ini muncul di akhir tahun 2019 menyerang negara Wuhan, dan perang itu pun menyasar negara-negara lain, tak terkecuali negara kita Indonesia.
Perang melawan tentara mikroorganisme, membuat kita manusia harus menyiapkan amunisi atau senjata. Dalam suatu negara yang sedang perang. Senjata yang paling dahsyat menghancurkan dan membunuh manusia adalah Bom. Berbeda dengan perang saat ini. Kali ini serangan dari penjajah adalah tentara mikroorganisme. Virus Corona (COVID-19), apakah ini yang di sebut dengan senjata biologi? Senjata biologi karena tentaranya mahkluk hidup (mikroorganisme).
Senjata biologi dalam perang ini, tidak diketahui siapa penciptanya. Apakah ada yang menciptakan dengan sengaja? Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang semakin canggih, atau memang buatan penguasa alam semesta (Allah SWT). Kita tidak mengetahui siapa yang menembakan senjata ini.
Untuk melawan senjata biologi tidak seperti perang zaman penjajahan. Tidak juga seperti palestina melawan zionisme tentara Israel. Melawan senjata biologi perlu, tentara yang handal untuk menangkal serangan itu. Tentu saja untuk melawan perang ini dengan amunisi. Melawan senjata biologi perlu senjata kimia, seperti obat-obat yang harus di konsumsi oleh penderita perang. Selain itu imunitas tubuh/ pertahanan tubuh. Dalam perang ini yang diserang oleh senjata biologi adalah pertahan hidup manusia. Oleh karena itu imunitas tubuh kita perlu ditingkatkan agar kita tidak menjadi korban dalam perang.
Selain itu kita harus menerapkan pola hidup sehat. Selalu hidup bersih, mencuci tangan setiap selesai beraktivitas di luar rumah.Untuk mengantisipasi serangan senjata biologi yang membabi buta. Pemerintah sebagai komando dalam suatu perang, telah menyampaikan dan melakukan tindakan dengan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Tujuan PSBB ini agar tidak terlalu banyak jatuh korban. Sebagai bangsa yang cerdas, kita harus melaksanakan komando ini. Agar negara kita ini tidak terus terjajah oleh COVID-19.
Kita harus memenangkan peperangan ini. Jika tidak, maka akan banyak jatuh korban. Indonesia akan menjadi negara yang lemah. Karena bangsanya terus mengalami penurunan jumlah penduduk akibat serangan COVID-19. Kemalangan yang berkepanjangan.
Mari kita bersama saling berpegangan tangan melawan penjajah COVID-19. Kita adalah bagian dari pejuang melawan peperangan ini, oleh karena itu kita berjuang melawan COVID-19 dengan tetap berada di rumah, menerapkan pola hidup bersih. Dan menghindari kerumunan, serta selalu mengenakan masker jika berada di luar rumah.
Sampai kapan ini kita lakukan? Sampai kita memenangkan peperangan ini. Dengan berkibarnya bendera kemenangan ditandai dengan menurunnya jumlah orang dalam pengawasan (ODP), Pasien dalam pengawasan (PDP), dan positif terinfeksi, serta banyak yang sembuh (negatif COVID-19).
Tenaga medis pejuang sejati di garis depan melawan perang ini. Mereka berjibaku melawan senjata biologi. Kita sudah mengetahui tercatat sudah lebih dari 25 tenaga medis yang gugur di medan perang. Mereka di garis depan perjuangan ini, rela meregang nyawa untuk memenangkan peperangan.
Mereka (tenaga medis) yang sudah gugur di medan perang, seharusnya mendapat penghargaan yang setingi-tingginya. Meski penghargaan yang nyata belum diberikan. kita semua harus memberikan dan menghargai perjuangan mereka. Mereka yang sudah gugur di medan perang ini, ketika di semayamkan, kita berduka. Jangan menolak tempat peristirhatan mereka.
Mereka yang sudah gugur di medan perang tidak berpotensi membawa senjata biologi lagi. Penangan jenazah, sudah sesuai Standar Operasional Pelaksanaan COVID-19. Kita sedih mendengarnya, karena ada diantara kita yang menolak pejuang sejati ini. Mari kita pahami keadaan situasi perang ini. Sehingga kita tidak menolak pejuang yang sudah gugur dalam perang melawan COVID-19.