Site icon Bangga Indonesia

Pemerintah Perkuat DAS Kurangi Bencana Hidrometeorologi

Webinar “Konservasi Air Demi Masa Depan” kerja sama Danone Indonesia dan Katadata dalam rangka memperingati Hari Bumi 2021

“Indonesia tergolong sebagai negara dengan tingkat stres air yang cukup tinggi, yang berarti Indonesia juga memiliki potensi krisis air yang besar di masa depan.”

Bangga Indonesia, Jakarta – Direktur Perencanaan dan Evaluasi Pengendalian Daerah Aliran Sungai, Saparais Sodarjanto mengatakan pemerintah terus memperkuat daya dukung daerah aliran sungai (DAS) untuk mengurangi bencana hidrometeorologi.

“Upaya pemulihan ini dilakukan secara fisik melalui rehabilitasi hutan dan lahan (RLH),  pembuatan bangunan sipil teknis, dan meningkatkan kesadaran dan peran masyarakat, pemerintah daerah, dan swasta,” kata Saparis dalam webinar “Konservasi Air Demi Masa Depan” kerja sama Danone Indonesia dan Katadata, Kamis.

Saparis juga menyampaikan aspirasinya atas keterlibatan swasta yang selalu mengedepankan prinsip-prinsip keberlanjutan dan terus berinovasi dalam mengembangkan berbagai inisiatif untuk bersama menjaga kualitas dan kuantitas air.

Webinar digelar dalam rangka memperingati Hari Bumi 2021 sekaligus sebagai sarana edukasi untuk bersama mewujudkan upaya pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan melalui kolaborasi lintas pemangku kepentingan,

Menurut data World Resources Institute (WRI) pada tahun 2013 lalu, terdapat 36 negara dengan tingkat stres air (water stress – situasi ketika cadangan air tidak mencukupi jumlah permintaan air di negara tersebut) yang sangat tinggi.

Meski Indonesia bukanlah salah satunya, tetapi dalam data stres air WRI tersebut, Indonesia tergolong sebagai negara dengan tingkat stres air yang cukup tinggi, yang berarti Indonesia juga memiliki potensi krisis air yang besar di masa depan.

Dengan kondisi seperti saat ini, konservasi air menjadi sesuatu yang wajib dilakukan di Indonesia, terutama di wilayah-wilayah yang memang rentan kekeringan seperti Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara dan untuk itu diperlukan kerjasama dan kolaborasi seluruh pemangku kepentingan.

Sementara itu terkait peran sektor swasta tersebut, Head of Climate & Water Stewardship Danone Indonesia, Ratih Anggraeni menjelaskan, Danone Indonesia bersama masyarakat dan para mitra terus berkomitmen dan telah melakukan berbagai inisiatif pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan melalui berbagai upaya konservasi, pertanian ramah lingkungan, serta penyediaan akses air bersih baik bagi masyarakat.

Selain itu, Danone juga selalu berupaya untuk menargetkan penghematan dan pemanfaatan kembali air, serta menjalankan praktik bisnis yang bertanggung jawab dan sesuai dengan regulasi terkait penggunaan sumber daya air yang ditetapkan oleh pemerintah.

Menurut Ratih, berkat kemitraan yang terbangun bersama dengan pemerintah pusat dan lokal, masyarakat, serta LSM, hingga saat ini, Danone Indonesia tercatat telah berhasil menanam hingga lebih dari 2,4 juta pohon, membangun lebih dari 1.900 sumur resapan, membangun lebih dari 80.000 lubang biopori, membangun fasilitas panen hujan, serta membuka akses air bersih dan sanitasi (WASH) yang menjangkau lebih dari 361.000 orang.

Bekerja dengan para ahli dan pemangku kepentingan lokal, Danone Indonesia juga berupaya untuk melakukan mitigasi dampak penurunan sumber daya air akibat perubahan iklim seperti yang dilakukan di DAS Rejoso, Jawa Timur.

Inisiatif ini diharapkan dapat memulihkan DAS tersebut yang saat ini mengalami tekanan dengan perubahan tutupan lahan dan penggunaan air yang tidak bertanggung jawab.

Selain itu, Danone Indonesia juga bergabung dan menjalin kolaborasi bersama Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN), Yayasan Aliansi Wali Sumber Daya Air Indonesia (AWS Indonesia), PT Coca-Cola Indonesia, Global Water Partnership Southeast Asia, PT L’Oréal Indonesia, PT Multi Bintang Indonesia, PT Nestlé Indonesia, dan PT Unilever Indonesia, Tbk untuk mengembangkan Koalisi Air Indonesia yang menjadi bentuk kemitraan multipihak untuk penatalayanan air melalui aksi kolektif, penerapan standar keberlanjutan dan praktek terbaik, serta upaya menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pengelolaan sumber daya air di wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) yang didalamnya turut mengatur mengenai tata kelola dan mekanisme pembiayaan.

“Kami berharap, kedepannya seluruh pihak termasuk seluruh pengguna air dapat memaknai betapa berharganya air dan memanfaatkannya secara bijak sekaligus menjaga kelestariannya lebih baik lagi sehingga kualitas, kuantitas dan keberlanjutannya dapat terus terjaga,” tutup Ratih.(ant)

“Indonesia tergolong sebagai negara dengan tingkat stres air yang cukup tinggi, yang berarti Indonesia juga memiliki potensi krisis air yang besar di masa depan.”

Bangga Indonesia, Jakarta – Direktur Perencanaan dan Evaluasi Pengendalian Daerah Aliran Sungai, Saparais Sodarjanto mengatakan pemerintah terus memperkuat daya dukung daerah aliran sungai (DAS) untuk mengurangi bencana hidrometeorologi.

“Upaya pemulihan ini dilakukan secara fisik melalui rehabilitasi hutan dan lahan (RLH),  pembuatan bangunan sipil teknis, dan meningkatkan kesadaran dan peran masyarakat, pemerintah daerah, dan swasta,” kata Saparis dalam webinar “Konservasi Air Demi Masa Depan” kerja sama Danone Indonesia dan Katadata, Kamis.

Saparis juga menyampaikan aspirasinya atas keterlibatan swasta yang selalu mengedepankan prinsip-prinsip keberlanjutan dan terus berinovasi dalam mengembangkan berbagai inisiatif untuk bersama menjaga kualitas dan kuantitas air.

Webinar digelar dalam rangka memperingati Hari Bumi 2021 sekaligus sebagai sarana edukasi untuk bersama mewujudkan upaya pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan melalui kolaborasi lintas pemangku kepentingan,

Menurut data World Resources Institute (WRI) pada tahun 2013 lalu, terdapat 36 negara dengan tingkat stres air (water stress – situasi ketika cadangan air tidak mencukupi jumlah permintaan air di negara tersebut) yang sangat tinggi.

Meski Indonesia bukanlah salah satunya, tetapi dalam data stres air WRI tersebut, Indonesia tergolong sebagai negara dengan tingkat stres air yang cukup tinggi, yang berarti Indonesia juga memiliki potensi krisis air yang besar di masa depan.

Dengan kondisi seperti saat ini, konservasi air menjadi sesuatu yang wajib dilakukan di Indonesia, terutama di wilayah-wilayah yang memang rentan kekeringan seperti Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara dan untuk itu diperlukan kerjasama dan kolaborasi seluruh pemangku kepentingan.

Sementara itu terkait peran sektor swasta tersebut, Head of Climate & Water Stewardship Danone Indonesia, Ratih Anggraeni menjelaskan, Danone Indonesia bersama masyarakat dan para mitra terus berkomitmen dan telah melakukan berbagai inisiatif pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan melalui berbagai upaya konservasi, pertanian ramah lingkungan, serta penyediaan akses air bersih baik bagi masyarakat.

Selain itu, Danone juga selalu berupaya untuk menargetkan penghematan dan pemanfaatan kembali air, serta menjalankan praktik bisnis yang bertanggung jawab dan sesuai dengan regulasi terkait penggunaan sumber daya air yang ditetapkan oleh pemerintah.

Menurut Ratih, berkat kemitraan yang terbangun bersama dengan pemerintah pusat dan lokal, masyarakat, serta LSM, hingga saat ini, Danone Indonesia tercatat telah berhasil menanam hingga lebih dari 2,4 juta pohon, membangun lebih dari 1.900 sumur resapan, membangun lebih dari 80.000 lubang biopori, membangun fasilitas panen hujan, serta membuka akses air bersih dan sanitasi (WASH) yang menjangkau lebih dari 361.000 orang.

Bekerja dengan para ahli dan pemangku kepentingan lokal, Danone Indonesia juga berupaya untuk melakukan mitigasi dampak penurunan sumber daya air akibat perubahan iklim seperti yang dilakukan di DAS Rejoso, Jawa Timur.

Inisiatif ini diharapkan dapat memulihkan DAS tersebut yang saat ini mengalami tekanan dengan perubahan tutupan lahan dan penggunaan air yang tidak bertanggung jawab.

Selain itu, Danone Indonesia juga bergabung dan menjalin kolaborasi bersama Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN), Yayasan Aliansi Wali Sumber Daya Air Indonesia (AWS Indonesia), PT Coca-Cola Indonesia, Global Water Partnership Southeast Asia, PT L’Oréal Indonesia, PT Multi Bintang Indonesia, PT Nestlé Indonesia, dan PT Unilever Indonesia, Tbk untuk mengembangkan Koalisi Air Indonesia yang menjadi bentuk kemitraan multipihak untuk penatalayanan air melalui aksi kolektif, penerapan standar keberlanjutan dan praktek terbaik, serta upaya menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pengelolaan sumber daya air di wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) yang didalamnya turut mengatur mengenai tata kelola dan mekanisme pembiayaan.

“Kami berharap, kedepannya seluruh pihak termasuk seluruh pengguna air dapat memaknai betapa berharganya air dan memanfaatkannya secara bijak sekaligus menjaga kelestariannya lebih baik lagi sehingga kualitas, kuantitas dan keberlanjutannya dapat terus terjaga,” tutup Ratih.(ant)

“Indonesia tergolong sebagai negara dengan tingkat stres air yang cukup tinggi, yang berarti Indonesia juga memiliki potensi krisis air yang besar di masa depan.”

Bangga Indonesia, Jakarta – Direktur Perencanaan dan Evaluasi Pengendalian Daerah Aliran Sungai, Saparais Sodarjanto mengatakan pemerintah terus memperkuat daya dukung daerah aliran sungai (DAS) untuk mengurangi bencana hidrometeorologi.

“Upaya pemulihan ini dilakukan secara fisik melalui rehabilitasi hutan dan lahan (RLH),  pembuatan bangunan sipil teknis, dan meningkatkan kesadaran dan peran masyarakat, pemerintah daerah, dan swasta,” kata Saparis dalam webinar “Konservasi Air Demi Masa Depan” kerja sama Danone Indonesia dan Katadata, Kamis.

Saparis juga menyampaikan aspirasinya atas keterlibatan swasta yang selalu mengedepankan prinsip-prinsip keberlanjutan dan terus berinovasi dalam mengembangkan berbagai inisiatif untuk bersama menjaga kualitas dan kuantitas air.

Webinar digelar dalam rangka memperingati Hari Bumi 2021 sekaligus sebagai sarana edukasi untuk bersama mewujudkan upaya pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan melalui kolaborasi lintas pemangku kepentingan,

Menurut data World Resources Institute (WRI) pada tahun 2013 lalu, terdapat 36 negara dengan tingkat stres air (water stress – situasi ketika cadangan air tidak mencukupi jumlah permintaan air di negara tersebut) yang sangat tinggi.

Meski Indonesia bukanlah salah satunya, tetapi dalam data stres air WRI tersebut, Indonesia tergolong sebagai negara dengan tingkat stres air yang cukup tinggi, yang berarti Indonesia juga memiliki potensi krisis air yang besar di masa depan.

Dengan kondisi seperti saat ini, konservasi air menjadi sesuatu yang wajib dilakukan di Indonesia, terutama di wilayah-wilayah yang memang rentan kekeringan seperti Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara dan untuk itu diperlukan kerjasama dan kolaborasi seluruh pemangku kepentingan.

Sementara itu terkait peran sektor swasta tersebut, Head of Climate & Water Stewardship Danone Indonesia, Ratih Anggraeni menjelaskan, Danone Indonesia bersama masyarakat dan para mitra terus berkomitmen dan telah melakukan berbagai inisiatif pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan melalui berbagai upaya konservasi, pertanian ramah lingkungan, serta penyediaan akses air bersih baik bagi masyarakat.

Selain itu, Danone juga selalu berupaya untuk menargetkan penghematan dan pemanfaatan kembali air, serta menjalankan praktik bisnis yang bertanggung jawab dan sesuai dengan regulasi terkait penggunaan sumber daya air yang ditetapkan oleh pemerintah.

Menurut Ratih, berkat kemitraan yang terbangun bersama dengan pemerintah pusat dan lokal, masyarakat, serta LSM, hingga saat ini, Danone Indonesia tercatat telah berhasil menanam hingga lebih dari 2,4 juta pohon, membangun lebih dari 1.900 sumur resapan, membangun lebih dari 80.000 lubang biopori, membangun fasilitas panen hujan, serta membuka akses air bersih dan sanitasi (WASH) yang menjangkau lebih dari 361.000 orang.

Bekerja dengan para ahli dan pemangku kepentingan lokal, Danone Indonesia juga berupaya untuk melakukan mitigasi dampak penurunan sumber daya air akibat perubahan iklim seperti yang dilakukan di DAS Rejoso, Jawa Timur.

Inisiatif ini diharapkan dapat memulihkan DAS tersebut yang saat ini mengalami tekanan dengan perubahan tutupan lahan dan penggunaan air yang tidak bertanggung jawab.

Selain itu, Danone Indonesia juga bergabung dan menjalin kolaborasi bersama Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN), Yayasan Aliansi Wali Sumber Daya Air Indonesia (AWS Indonesia), PT Coca-Cola Indonesia, Global Water Partnership Southeast Asia, PT L’Oréal Indonesia, PT Multi Bintang Indonesia, PT Nestlé Indonesia, dan PT Unilever Indonesia, Tbk untuk mengembangkan Koalisi Air Indonesia yang menjadi bentuk kemitraan multipihak untuk penatalayanan air melalui aksi kolektif, penerapan standar keberlanjutan dan praktek terbaik, serta upaya menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pengelolaan sumber daya air di wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) yang didalamnya turut mengatur mengenai tata kelola dan mekanisme pembiayaan.

“Kami berharap, kedepannya seluruh pihak termasuk seluruh pengguna air dapat memaknai betapa berharganya air dan memanfaatkannya secara bijak sekaligus menjaga kelestariannya lebih baik lagi sehingga kualitas, kuantitas dan keberlanjutannya dapat terus terjaga,” tutup Ratih.(ant)

“Indonesia tergolong sebagai negara dengan tingkat stres air yang cukup tinggi, yang berarti Indonesia juga memiliki potensi krisis air yang besar di masa depan.”

Bangga Indonesia, Jakarta – Direktur Perencanaan dan Evaluasi Pengendalian Daerah Aliran Sungai, Saparais Sodarjanto mengatakan pemerintah terus memperkuat daya dukung daerah aliran sungai (DAS) untuk mengurangi bencana hidrometeorologi.

“Upaya pemulihan ini dilakukan secara fisik melalui rehabilitasi hutan dan lahan (RLH),  pembuatan bangunan sipil teknis, dan meningkatkan kesadaran dan peran masyarakat, pemerintah daerah, dan swasta,” kata Saparis dalam webinar “Konservasi Air Demi Masa Depan” kerja sama Danone Indonesia dan Katadata, Kamis.

Saparis juga menyampaikan aspirasinya atas keterlibatan swasta yang selalu mengedepankan prinsip-prinsip keberlanjutan dan terus berinovasi dalam mengembangkan berbagai inisiatif untuk bersama menjaga kualitas dan kuantitas air.

Webinar digelar dalam rangka memperingati Hari Bumi 2021 sekaligus sebagai sarana edukasi untuk bersama mewujudkan upaya pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan melalui kolaborasi lintas pemangku kepentingan,

Menurut data World Resources Institute (WRI) pada tahun 2013 lalu, terdapat 36 negara dengan tingkat stres air (water stress – situasi ketika cadangan air tidak mencukupi jumlah permintaan air di negara tersebut) yang sangat tinggi.

Meski Indonesia bukanlah salah satunya, tetapi dalam data stres air WRI tersebut, Indonesia tergolong sebagai negara dengan tingkat stres air yang cukup tinggi, yang berarti Indonesia juga memiliki potensi krisis air yang besar di masa depan.

Dengan kondisi seperti saat ini, konservasi air menjadi sesuatu yang wajib dilakukan di Indonesia, terutama di wilayah-wilayah yang memang rentan kekeringan seperti Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara dan untuk itu diperlukan kerjasama dan kolaborasi seluruh pemangku kepentingan.

Sementara itu terkait peran sektor swasta tersebut, Head of Climate & Water Stewardship Danone Indonesia, Ratih Anggraeni menjelaskan, Danone Indonesia bersama masyarakat dan para mitra terus berkomitmen dan telah melakukan berbagai inisiatif pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan melalui berbagai upaya konservasi, pertanian ramah lingkungan, serta penyediaan akses air bersih baik bagi masyarakat.

Selain itu, Danone juga selalu berupaya untuk menargetkan penghematan dan pemanfaatan kembali air, serta menjalankan praktik bisnis yang bertanggung jawab dan sesuai dengan regulasi terkait penggunaan sumber daya air yang ditetapkan oleh pemerintah.

Menurut Ratih, berkat kemitraan yang terbangun bersama dengan pemerintah pusat dan lokal, masyarakat, serta LSM, hingga saat ini, Danone Indonesia tercatat telah berhasil menanam hingga lebih dari 2,4 juta pohon, membangun lebih dari 1.900 sumur resapan, membangun lebih dari 80.000 lubang biopori, membangun fasilitas panen hujan, serta membuka akses air bersih dan sanitasi (WASH) yang menjangkau lebih dari 361.000 orang.

Bekerja dengan para ahli dan pemangku kepentingan lokal, Danone Indonesia juga berupaya untuk melakukan mitigasi dampak penurunan sumber daya air akibat perubahan iklim seperti yang dilakukan di DAS Rejoso, Jawa Timur.

Inisiatif ini diharapkan dapat memulihkan DAS tersebut yang saat ini mengalami tekanan dengan perubahan tutupan lahan dan penggunaan air yang tidak bertanggung jawab.

Selain itu, Danone Indonesia juga bergabung dan menjalin kolaborasi bersama Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN), Yayasan Aliansi Wali Sumber Daya Air Indonesia (AWS Indonesia), PT Coca-Cola Indonesia, Global Water Partnership Southeast Asia, PT L’Oréal Indonesia, PT Multi Bintang Indonesia, PT Nestlé Indonesia, dan PT Unilever Indonesia, Tbk untuk mengembangkan Koalisi Air Indonesia yang menjadi bentuk kemitraan multipihak untuk penatalayanan air melalui aksi kolektif, penerapan standar keberlanjutan dan praktek terbaik, serta upaya menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pengelolaan sumber daya air di wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) yang didalamnya turut mengatur mengenai tata kelola dan mekanisme pembiayaan.

“Kami berharap, kedepannya seluruh pihak termasuk seluruh pengguna air dapat memaknai betapa berharganya air dan memanfaatkannya secara bijak sekaligus menjaga kelestariannya lebih baik lagi sehingga kualitas, kuantitas dan keberlanjutannya dapat terus terjaga,” tutup Ratih.(ant)

Exit mobile version