Site icon Bangga Indonesia

Pemkab Banyuwangi Bersama BI Teken MoU Pengembangan Batik dan Beras

Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani Azwar Anas dan Kepala Perwakilan BI Jember Hestu Wibowo usai tandatangani MoU pengembangan batik dan beras Banyuwangi.

Bangga Indonesia, Banyuwangi – Pemerintah Kabupaten Banyuwangi bersama Bank Indonesia perwakilan Jember menandatangani nota kesepahaman untuk pengembangan komoditas batik dan beras di daerah.

“MoU sudah kami teken. Ini merupakan bagian dari pemulihan ekonomi, ada beberapa kelompok usaha yang didampingi, mulai dari soal teknis pengembangan, perluasan pemasaran, hingga akses pembiayaan,” kata Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani Azwar Anas di Banyuwangi, Jawa Timur, Selasa.

Menurut dia, kolaborasi dengan Bank Indonesia semakin melengkapi berbagai upaya yang dilakukan Pemkab Banyuwangi untuk memulihkan ekonomi lokal, terutama UMKM dan sektor pertanian serta perikanan.

Seperti pendampingan UMKM, pemberian alat usaha produktif gratis, warung naik kelas, gerakan Hari Belanja ke Pasar dan UMKM, bantuan pupuk organik, hadirnya gerai pelayanan publik khusus nelayan, dan sebagainya.

“Kami terus berupaya mendorong ekonomi arus bawah agar pulih. Terima kasih Bank Indonesia berkolaborasi terjun ke Banyuwangi membantu UMKM dan pertanian kami,” kata Bupati Ipuk.

Sementara itu, Kepala Perwakilan BI Jember Hestu Wibowo menyampaikan pengembangan komoditas beras dan batik Banyuwangi merupakan bagian dari upaya percepatan pemulihan ekonomi nasional melalui pariwisata dan stabilisasi harga di daerah.

“Dengan menjaga ketersediaan beras sebagai salah satu klaster pangan, kami berharap stabilisasi harga pangan dapat terjaga, sehingga inflasi dari klaster ini dapat dikendalikan,” tuturnya.

Untuk pengembangan batik, lanjut Hestu, dilakukan melalui kerja sama dengan asosiasi batik Sekar Jagad Blambangan. Sementara komoditas beras dikembangkan bersama gabungan kelompok tani Rukun Tani di Kelurahan Segobang, Kecamatan Licin.

“Pengembangan batik diharapkan dapat mendukung upaya Pemkab Banyuwangi, untuk mendorong sektor ekonomi kreatif tumbuh dan terus membuka lapangan kerja. Banyuwangi memiliki beragam motif batik dan cerita di baliknya, membuatnya berpeluang menjadi komoditas unggulan,” ujarnya.

Sementara komoditas beras karena mempertimbangkan posisi Banyuwangi sebagai sentra produksi beras. Banyuwangi selalu mencatatkan surplus produksi beras. Bahkan 2020 lalu surplus beras Banyuwangi mencapai 329.668 ton.

“Banyuwangi diharapkan dapat menjadi penyangga komoditas beras nasional untuk memasok kebutuhan beras di daerah lain yang mengalami defisit produksi. Dengan demikian, Banyuwangi juga berkontribusi dalam pengendalian inflasi di Indonesia,” kata Hestu.

Untuk mengembangkan batik dan beras Banyuwangi, kata dia, BI akan memfasilitasi bantuan teknis berupa pelatihan kewirausahaan, pengembangan kelembagaan, perluasan pemasaran, hingga fasilitasi peningkatan akses pembiayaan.

“Kami juga akan mendukung sarana dan prasarana usaha sehingga mereka dapat  memenuhi tingkat produksi dan mutu yang disyaratkan pasar,” ucapnya.

Hestu menmabahkan, BI juga telah merealisasikan program sosial BI kepada gapoktan Turi Putih asal Desa Jambewangi, Kecamatan Sempu, berupa satu unit truk untuk membantu kelancaran distribusi dan memperluas akses pemasaran komoditas berasnya. Kapasitas produksi beras gapoktan Turi Putih ini mencapai 50-70 ton per bulan.(ant)

Exit mobile version