Site icon Bangga Indonesia

Raih Adiwiyata, Obsesi Soebintarto Jadi Kepala Sekolah

Bangga Indonesia, Bojonegoro – SPANDUK berukuran besar itu masih bertengger menyolok di halaman depan masjid SMA Negeri 1 Sumberrjo Bojonegoro. Bertuliskan huruf balok berbunyi: Anugerah Adiwiyata Mandiri, warna hurufnya tegas: Merah. Dilanjut dengan kalimat di bawahnya: Bagi SMAN 1 Sumberejo Bojonegoro, 13 Desember 2019 di Jakarta.

Siapapun yang berkunjung di sekolah yang dibangun di pinggir jalan raya menuju Lamongan dan Kota Kue Ledre ini, pasti terkesima dengan bentangan spanduk tersebut. Tak terkecuali penulis, yang berkunjung bersama rekan-rekan alumni SMPP Negeri Surabaya 1983 (kini SMA Negeri 16 Surabaya, akhir Agustus lalu.

Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Sumbererejo Drs H Soebintarto MM, yang juga alumni SMPP Surabaya ini, lantas banyak bercerita seputar sukses sekolahnya. Gelar prestasi yang diraih sekolah favorit di Bojonegoro ini sangat bergengsi. Spektakuler!

Inilah obsesi seorang Soebintarto di kala menjadi kepala sekolah. Niat dan hasratnya saat kuat. Suatu saat pasti impiannya itu menjadi kenyataan.

Menurut Pak Bin, sapaan kepala sekolah yang juga guru Ilmu Fisika ini, bahwa gelar sekolah Adiwiyata itu hanya diberikan kepada sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan.

Sekolah Adiwiyata juga merupakan gelar bagi sekolah yang dianggap sudah baik dan ideal. Terutama sebagai tempat untuk mendapatkan ilmu pengetahuan serta norma dan etika bagi siswa-siswinya. Sehingga dapat menjadi dasar bagi terciptanya kesejahteraan.

Adiwiyata merupakan sebuah program yang bertujuan untuk mewujudkan sekolah yang mengutamakan prinsip: edukatif, partisipatif dan berkelanjutan. Keutamaan ini ditanamkan kepada murid sekolah tersebut.

Itu sebabanya,  Pak Bin bertekad mempertahankan Adiwiyata Mandiri, yang diraihnya pada 13 Desember 2019. Ia merasakan bahwa untuk meraih sukses besar itu tidak mudah. Perlu komitmen yang kental.

Prinsip edukatif. Menurutnya. harus terjadi karena program ini memberikan informasi baru yang bermanfaat bagi seluruh warga sekolah. Seluruh warga sekolah terlibat dalam keseluruhan proses (perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi) pada program ini.

“Inilah yang dimaksud dengan prinsip partisipatif,” tegas bapak tiga putra ini sembari mengajak rekan-rekannya keliling kebun di area khusus yang terletak sebelah kiri gedung sekolah. “Lahan ini dulu lahar mati. Tidak berfungsi. Kini jadi  produktif,” imbuhnya.

Karena itu, sejak gelar Adiwiyata Mandiri berhasil diraihnya, perawatan kebun dan lingkungan hijau di sekolahnya harus tetap dijalankan. Inilah prinsip berkelanjutan yang harus ditunjukkan.

Kegiatan-kegiatan tersebut, menurut dia, harus dilakukan dengan perencanaan yang baik. Sehingga dapat terus dilakukan secara terus-menerus.

Program Adiwiyata punya banyak manfaat, di antaranya dapat menggalakkan pelestarian lingkungan yang begitu penting untuk dilakukan di sekolah. Karenanya, risiko dampak lingkungan pun dapat dikurangi. Secara jangka panjang.

“Program ini akan menciptakan suasana yang lebih nyaman dan kondusif  bagi seluruh warga sekolah,” jelas tamatan IKIP Negeri Surabaya  (kini Unesa) 1988 itu.

Tidak hanya itu, menurut Pak Bin, kebiasaan baik yang dibiasakan warga sekolah, sangat berguna bila diterapkan saat mereka tidak ada di dalam lingkungan sekolah sekalipun.

Itulah kunci semangatnya setiap kali menjabat sebagai kepala sekolah. Setiap kali mendapat tugas menjadi kepala sekolah, saat itu pula Pak Bin ingin mengejawantahkan obsesinya agar di tempatnya bertugas harus memiliki wawasan yang peduli terhadap lingkungan dan alam sekitar.

Siapa sebenarnya Soebintarto yang saat sekolahnya meraih Adiwiyata Mandiri memperoleh anugerah langsung dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar ini? Berikut kisah perjalanan karirnya yang ditulis secara bertutur:

Pecinta Alam Sejati

Aku dilahirkan di Surabaya. Tepatnya di Asrama Polisi Ketintang  pada tanggal 27 september 1963. Aku adalah anak ke delapan  dari sembilan  bersaudara. Aku lahir dari keluarga yang sangat disiplin dan taat beribadah. Ayah dan ibuku selalu menanamkan nilai – nilai kedisiplinan dalam berbagai hal dan selalu memberi teladan dalam menjalani  kehidupan.

Sejak SD, ayah dan ibuku selalu mendidik aku, dan saudara-saudaraku untuk selalu belajar dan bekerja keras. Pembentukan karakter dalam keluargaku sudah dimulai sejak kami duduk di bangku sekolah dasar.

Sehingga ketika aku duduk di bangku SMP, pembentukan mental menghadapi tantangan pembelajaran yang lebih berat sudah terbiasa aku hadapi.

Ketika memasuki jenjang pendidikan SMA, pengalaman yang paling tidak bisa aku lupakan adalah ketika aku harus tetap tekun belajar dan di sisi lain aku harus aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, terutama seni bela diri.

Dari situ aku belajar managemen waktu dan emosional. Waktu SMA aku bersekolah di SMPP Negeri Surabaya pada tahun 1983, yang sekarang sekolah kesayangan tersebut berubah menajdi SMA Negeri 16  Surabaya, satu angkatan dengan Cak Amu. Sapaan Abdul Muis, seorang sahabat karib yang sekarang menjadi wartawan senior Jawa Pos.

Pada tahun 1984 aku memulai mengenyam pendidikan di perguruan tinggi yaitu di IKIP Negeri Surabaya Jurusan Fisika. Selama menjalani perkuliahan, aku juga aktif di kegiatan Himpunan Mahasiswa Pecinta Alam atau HIMAPALA.

Aku sendiri tak pernah menyangka bahwa kegiatan di Himapala yang aku geluti semasa kuliah, akan menjadi cikal bakal kecintaan dan kepedulian lingkungan sekolah. Di mana aku mengabdi di kemudian hari, yang berbuah jadi prestasi.

Setelah lulus kuliah pada tahun 1988, aku mengikuti tes CPNS dan berhasil di terima menjadi PNS. Pada 1989 aku di tempatkan sebagai guru mata pelajaran fisika di SMA Negeri 1 Sumberrejo Bojonegoro.

Allah mungkin memang sudah mentakdirkan aku untuk memiliki karier yang luar biasa. Yaitu bertugas di berbagai daerah di seluruh pelosok Bojonegoro.

Pada 1991 aku dipindahtugaskan di SMA Negeri 1 Kedungadem dan aku bertugas selama kurang lebih 14 tahun. Kemudian ada tes penerimaan kepala sekolah dan aku berhasil diterima. Aku ditempattugaskan di SMA Negeri 1 Gondang pada tahun 2005.

Dua tahun berselang, tepatnya pada tahun 2007, aku kembali melanjutkan safari pengabdianku. Mendapatkan tugas baru. Memimpin SMA Negeri 1 Kasiman. Aku bertugas selama kurang lebih tiga setengah tahun di sekolah tersebut, sampai akhirnya pemerintah memindahtugaskan aku kembali ke SMA Negeri 1 Kedungadem tepat pada tahun 2010.

Babak Baru

Babak baru dalam perjalanan pengabdianku terhadap negeri ini di bidang pendidikan di mulai lagi. Tidak lama bertugas di SMA Negeri 1 Kedungadem, aku kembali mendapatkan mandat untuk memimpin sekolah baru yaitu SMA Negeri 1 Sumberrejo tepat pada tahun 2011.

Selama bertugas di SMA Negeri 1 Sumberrejo adalah menjadi pengalaman yang luar biasa bagiku. Pertama, adalah aku diberi kepercayaan merangkap menjadi PLT untuk SMA N 1 Sugihwaras selama 7 bulan.

Yang kedua, untuk pertama kali sejak Program Adiwiyata dicanangkan oleh pemerintah, aku dan semua stakeholder di SMA Negeri 1 Sumberrejo bahu membahu dan bekerja keras guna meraih predikat sekolah adiwiyata.

Yaitu sebuah program pemberdayaan dan pembudayaan peduli dan cinta lingkungan yang melibatkan semua warga sekolah.

Kegiatan inilah yang aku sebut dengan cikal bakal prestasi ketika aku aktif mengikuti kegiatan himpunan mahasiswa pecinta Lingkungan semasa kuliah. Karena kegiatan serupa sudah menjadi karakter dalam perjalanan pengabdianku.

Predikat Adiwiyata Pertama yang kami raih adalah Adiwiyata Kabupaten pada tahun 2014. Tidak lama berselang pada tahun yang sama, SMA Negeri 1 Sumberrejo kembali menyabet predikat sekolah Adiwiyata Provinsi.

Tepat setahun kemudian yaitu pada tahun 2016, SMA Negeri 1 Sumberrejo berhasil meraih predikat sekolah Adiwiyata Nasional. Sebuah pencapaian yang luar biasa, karena SMA Negeri 1 Sumberrejo menjadi satu-satunya SMA di wilayah kabupaten Bojonegoro yang berhasil meraih gelar predikat tersebut.

Safari pengabdian tugasku terus berlanjut. Tepat tahun 2017 aku di pindahtugaskan di SMA Negeri 4 Bojonegoro. Jiwa cinta lingkunganku tidak lantas padam hanya karena bertugas di tempat yang berbeda.

Dengan semangat peduli dan cinta lingkungan aku dan semua stakeholder SMA Negeri 4 Bojonegoro, berhasil menyabet predikat Adiwiyata Kabupaten untuk sekolah tersebut.

Pada saat itu aku masih sangat menikmati bekerja keras dengan semua warga SMA Negeri 4 Bojonegoro untuk terus melanjutkan perjuangan untuk meraih predikat Adiwiyata Propinsi untuk SMA Negeri 4, akan tetapi garis waktu kembali berbicara lain.

Pada tahun 2019 aku kembali di pindahtugaskan kembali di SMA Negeri 1 Sumberrejo. Kembali ke Sekolah Adiwiyata Nasional yang aku tinggalkan 2 tahun lalu.

Hidup penuh misteri dan keajaiban. Itulah yang aku rasakan. Kembali bertugas di SMA Negeri 1 Sumberrejo pada tahun 2019, terasa kembali pulang ke rumah sendiri.

Tanpa berfikir panjang, aku melanjutkan kembali perjuangan dan tanpa bersusah payah karena kekompakan yang dulu pernah kita buat bersama – sama, maka pada tahun itu pula aku dan SMA Negeri 1 Sumberrejo berhasil meraih predikat Adiwiyata Mandiri. Sebuah pencapaian tertinggi di antara semua sekolah SMA maupun SMK di seluruh wilayah Kabupaten Bojonegoro.

Tak terasa, aku telah membawa dua sekolah sekaligus meraih gelar sekolah Adiwiyata di level masing – masing. Sebuah kebanggaan dan kebahagiaan bisa bersinergi dan membawa energi karakter positif cinta dan peduli lingkungan yang bisa kita tularkan kepada anak didik generasi berikutnya.

Sekarang tahun 2020 dan selanjutnya akan menjadi tahun – tahun meniti masa depan yang lebih baik dan lebih maju lagi bagi SMA N 1 Sumberrejo.

Exit mobile version