Site icon Bangga Indonesia

Saatnya Jadikan Teh Sebagai Daya Tarik Wisata

Ragam pembuatan teh termasuk menggunakan poci tanah liat

Bangga Indonesia, Jakarta – Indonesia hingga saat ini dikenal sebagai negara produsen teh nomor tujuh di dunia.

Produk dan jenis teh koleksi tanah air pun sudah diakui dunia dan ini adalah tantangan tersendiri yang tidak ringan, khususnya untuk mempertahankan pasar luar negeri.

Peringatan Hari Teh Internasional yang jatuh pada Jumat (21/5) seharusnya menggugah seluruh pemangku kepentingan agar kembali menggairahkan perkebunan dan industri teh di tanah air meskipun tekanan ekonomi akibat pandemi COVID-19 masih membayangi.

Beragamnya produk teh kemasan ternyata tidak membuat pemilik perkebunan teh bergairah.

Hal itu terbukti karena data memperlihatkan luas perkebunan teh dalam lima tahun terakhir mengalami penurunan.

Luas perkebunan areal teh pada 2014 yang mencapai 118.899 hektare, turun menjadi 104.420 ha pada 2018.

Tak hanya itu, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, produksi daun teh kering dalam negeri bergerak fluktuatif dalam lima tahun terakhir.

Produksi tertinggi daun teh kering sebanyak 154.369 ton yang terjadi pada 2014. Setelah itu, produksi teh di dalam negeri hanya berada pada kisaran 130.000 – 140.000. Bahkan, produksinya hanya sekali menyentuh angka 140.000 ton, yakni pada 2017.

Turunnya luas lahan perkebunan teh tersebut perlu ditelusuri lebih jauh penyebabnya.

Kebijakan perpajakan (PPN) untuk produk primer teh diduga membuat pemilik kebun kurang bergairah sehingga perlu insentif di bidang perpajakan untuk kembali menggairahkan komoditi ini.

Seperti diketahui, sampai saat ini permintaan teh dan harga teh dunia terus membaik, serta peluang ekspor selalu terbuka.

Mungkin Indonesia dapat meniru Jepang, China, dan Taiwan minum teh bukan sekedar menyeduh dan meminumnya.

Banyak tahapan-tahapan untuk menyeduh teh bahkan ada upacaranya yang menjadi daya tarik pariwisata.

Seperti di Jepang, turis yang berkunjung disajikan tontonan upacara minum teh, termasuk untuk mempraktikannya.

Setelah usai pertunjukan tersebut disepanjang koridor disajikan aneka ragam teh, tentunya untuk dijual.

Tak hanya itu pernak-pernik untuk minum teh juga turut dijual tentunya harganya mahal seperti cangkir, poci, pengaduk, dan sebagainya.

Tak hanya di negara Asia, di Eropa penyajian teh juga beragam. Bahkan di Inggris ada waktu tertentu untuk minum teh. Biasanya di negara tersebut teh disajikan bersama susu dan biskuit.

Kembali ke Indonesia, tentunya dengan produksi teh yang melimpah banyak peluang yang dapat dikembangkan, termasuk cara-cara penyajian di berbagai daerah di Indonesia yang berbeda-beda.

Manfaat
Tak hanya sekedar minuman, teh dengan nama latin camellia sinensis ini ternyata juga mengandung banyak manfaat bagi kesehatan.

Manfaatnya antara lain mulai dari membuang racun, memiliki efek menenangkan, menurunkan kadar kolesterol, menyehatkan jantung, menjaga kesehatan mata dan terakhir ternyata juga bisa meningkatkan imun tubuh.

Teh di Indonesia, menurut Asisten Marketing Communication PT Gunung Sarihijau Enam Tiga, Jawa Barat, Rere Panjaitan, terdapat beragam jenis serta masing-masing memiliki manfaat dan juga sudah punya penggemar.

PT Gunung Sarihijau Enam Tiga sendiri merupakan salah satu produsen teh yang telah berusia 25 tahun serta telah mengembangkan dan melestarikan hampir seluruh jenis teh yang ada di Indonesia.

Sebagai negara penghasil teh ketujuh di dunia, Indonesia diakui sebagai salah satu negara penghasil teh terbaik.

Teh yang sangat terkenal dan sering ditemui di masyarakat Indonesia yaitu jenis teh hitam (black tea). Teh ini digemari karena rasanya lebih ringan dan tidak terlalu pahit.

Teh sama halnya kopi dan cokelat ternyata juga mengandung kafein. Meskipun kandungannya lebih rendah dibandingkan kopi.

Teh yang memiliki kandungan kafien paling rendah yakni black tea 30 persen, oolong tea 50 persen dan green tea 70 persen.

Dalam kondisi pandemi saat ini, teh menjadi salah satu pilihan minuman herbal yang telah dibuktikan memiliki khasiat untuk meningkatkan daya dahan tubuh.

Dilansir dari laman doktersehat.com, teh memiliki kandungan utama polifenol (katekin), asam amino dan juga asam lemak omega-3 dan omega-6.

Teh juga memiliki kandungan asam folat dan beberapa mineral seperti magnesium, fosfor, kalium, mangan dan “fluoride”.

Karyawan memperagakan tata cara pembuatan teh. 

Kandungan tersebut memiliki beragam manfaat untuk kesehatan seperti meningkatkan konsentrasi, mencegah kanker, menjaga fungsi kognitif otak, kesehatan gigi dan mulut.

Dari semua jenis teh, ternyata teh yang paling mahal yaitu white tea. Teh ini mahal karena dipetik hanya satu pucuk teratas dengan teknik pemetikan sebelum matahari terbenam.

Teh ini hanya bisa tumbuh di pegunungan Taiwan serta memiliki kadar antioksidan tinggi bahkan dengan mengonsumsi satu gelas seduhan white tea setara dengan sepuluh gelas jus apel.

Tradisi
Teh di Indonesia juga merupakan bagian dari tradisi. Memang sebagian masyarakat Indonesia sedang tren mengonsumsi kopi.

Namun banyak juga masyarakat yang masih mempertahankan mengonsumsi teh.

Seperti ketika kita memasuki Kabupaten Tegal, Jawa Tengah maka banyak ditemukan rumah makan yang memiliki menu teh poci yakni teh yang disajikan menggunakan teko dan cangkir dari tanah liat. Biasanya di dalam cangkir sudah disajikan gula batu.

Orang banyak yang menyebutkan teh asal Tegal itu sebagai nasgitel yang berarti panas, legi (manis), dan kentel (kental).

Dengan rasa teh yang khas di dalam poci tanah liat membuat teh itu lebih kental dengan perpaduan gula batu memang membuat rasanya lebih nikmat.

Namun berbeda dengan penyajian di daerah-daerah Jawa Barat. Ketika memasuki restoran Sunda umumnya akan disajikan segelas teh panas tanpa gula.

Banyak tradisi yang berbeda-beda di masyarakat Indonesia dalam mengonsumsi teh. Bahkan dalam minum-minuman kekinian yang banyak dijual saat ini, juga menyelipkan produk teh tentunya disajikan dengan tambahan susu, gula aren, dan tentunya boba.

Dengan masih tingginya konsumsi teh di Indonesia membuat komoditi ini masih memiliki prospek menjanjikan ke depannya.

Meski tantangan yang dihadapi juga tidak sedikit, contohnya perkebunan teh di Puncak, Bogor yang kian berkurang karena harus berlomba dengan restoran, hotel dan tempat hiburan.

Sepertinya ke depan teh ini masih akan menjadi produk unggulan. Bahkan, bisa ditingkatkan kembali dengan meniru negara tetangga yang menjadikan teh sebagai pendukung pengembangan wisata.(ant)

Exit mobile version