Bangga Indonesia

Si “Leholeh”, Penghafal Al Quran Itu Menginspirasi Peserta CEO Mastermind

Aktivitas karyawan di perusahaan milik Gifari Zakka Adha. Dok Istimewa

Bangga Indonesia, Jakarta – Gifari Zakka Adha! Nama penghafal Al Quran 30 juz itu. Ia bagai bintang yang menerangi semangat pebisnis baru saat menghadiri CEO MASTERMIND di Jakarta akhir pekan lalu.

Pemuda berusia 23 tahun ini, menjadi perhatian bukan lantaran piawai melantunkan ayat-ayat Al Quran. Bukan.

Gifari saat memaparkan bisnisnya, membuat dua ratus pengusaha yang hadir dalam acara tiga hari penuh itu, terinspirasi. Ideanya brilian.

Apa?

Di saat pandemi COVID-19 menghantam dunia bisnis dan sebagainya, Gifari hadir dengan merangkul penjual oleh-oleh di Bumi Nusantara melalui aplikasinya. Ia mengibarkan bendera PT. Leholeh Rasa Nusantara Jaya.

Aplikasi milik Akang Priyangan ini, bunyinya tidak neko-neko (Jawa: macam-macam. Red). Sederhana saja. Simple: “Leholeh.co.id”.

Leholeh benar-benar lahir dari kota belanja: Bandung, Jawa Barat. Ia muncul di saat yang tepat.

Ketika masyarakat bisnis kuliner kehilangan pelanggan, karena dunia pariwisata berantakan, Gifari mampu memberi ruang mereka berjualan.

“Leholeh berhasil menjawab kesulitan itu. Kini pusat oleh-oleh berada di tangan Leholeh. Dia bagai market place,” ujar Kang Didin, sapaan Muhammad Agus Burhanudin, Bos Bangga Grup yang hadir di acara CEO Mastermind itu.

Menurut Founder banggaindonesia.com ini, Leholeh bukan hanya berisi produk oleh-oleh dari Bandung. Leholeh sudah menjadi ladang jualan oleh-oleh khas daerah lain.

“Malah kata Gifari, kini lebih banyak produk dari Jogjakarta yang diminati pembeli. Saya salut dengan mindset anak muda ini,” puji pengusaha creative agency “Dego Creative” dan kuliner “Fresh Milk” ini.

Ide brilian jebolan Universitas Telkom Bandung ini tidak lepas dari inspirasi yang dilakukan perusahaan market place yang telah sukses. Apalagi saat pandemi ini, penjual kuliner oleh-oleh belum ada yang menampung.

Gifari saat mengikuti CEO Mastermind di Jakarta 12 Februari 2021. FOTO ISTIMEWA

Nah, dari sinilah tahun 2020, tepatnya pada 10 Oktober, alumunus tahun 2017 ini, membuat wadahnya di Leholeh. Ia yakin sekali melihat pertumbuhan internet dan layanan belanja online yang terus meningkat, perusahaannya juga turut meroket.

“Ini sebuah inovasi yang menginspirasi saya. Mempertemukan para penjual dan pembeli oleh-oleh melalui media digital itu, sangat efektif,” akui Kang Didin yang kini menyiapkan Bangga Mall.

Bukan hanya Kang Didin. Peserta lain di acara CEO Mastermind juga mengapresiasi anak muda ini. Sandiaga Uno, pemateri acara CEO MASTERMIND, menilai Gifari termasuk sosok pebisnis baru yang jeli melihat peluang pasar.

Filosofi nama dan logo yang diangkat Gifari juga sangat sederhana tapi mengena. Leholeh berlogo sebuah tas berbentuk kotak. Ia menggambarkan tas belanja. Yang identik dengan aktivitas berbelanja oleh-oleh.

Kotak tas tersebut dilambangkan dengan dua huruf “L” berbalik. Ini melambangkan inisial dari brand Leholeh.

Lantas, di tengah tas itu ada lobang kotak kecil yang diartikan tanda panah ke atas yang menggambarkan misi sosial. Yang dibawa oleh Leholeh untuk #TumbuhBersama pelaku kuliner nusantara.

Logo tersebut dibalut dengan warna cerah ceria. Kombinasi warna merah dan kuning yang menggambarkan semangat dalam meraih harapan untuk menjadikan #RasaNusantaraMendunia.

SANDIAGA UNO

Kreativitas Gifari ternyata tidak bertepuk sebelah tangan. Dr. H Sandiaga Salahudin Uno BBA, MBA yang menjadi nara sumber di acara tersebut sangat antusias dengan gagasannya. Malah Sandiagalah yang meresmikan pendirian perusahaannya di Bandung, tempo hari.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengaku salut. Ia menyebut Gifari bukan hanya berhasil membuka usaha di tengah pandemi.

Gifari juga berhasil mengembangkan aplikasi yang mengadopsi kearifan lokal. Khususnya kuliner nasional.

Sandi menyebut budaya lokal tidak identik dengan tradisional. Namun melalui sebuah inovasi, budaya lokal tersebut mampu membuka peluang bisnis yang potensial. Sekaligus menciptakan lapangan pekerjaan.

Lewat sebuah aplikasi, menurut Founder Majalah OK OC ini, semua bisa terhubung secara digital, antara penjual dan pembeli. “Terciptanya ekosistem baru ini akan memicu geliat usaha di akar rumput yang berdampak pada pemulihan ekonomi,” jelasnya saat meresmikan Leholeh yang dilansir berbagai media. (aba)

Exit mobile version