Tangkap Pesan Ramadhan untukmu
by.Engkus Kusriah, S.Pd. M.Psi
Sudahkan kita menjadi orang yang pandai menangkap pesan ? Komunikasi akan menjadi baik dan lancar jika pandai menangkap pesan lawan bicara kita. Pembaca yang cerdas adalah mereka yang pandai mengambil pesan tersurat dan tersirat dari tulisan yang dibacanya. Begitu pula dengan setiap peristiwa yang terjadi di sekitar kita ada pesan yang tersimpan yang harus kita mengerti. Penomena alam adalah cara Allah berkomunikasi dengan makhluknya, dan bagi hamba yang berakal dan beriman akan pendai menangkap pesan di balik setiap kejadian dan keadaan.
Ramadhan menanti di depan mata, tinggal beberapa saat ia kan tiba, jaraknya sudah dekat dalam hitungan jari tangan saja. sudahkah kita bertanya, pada hati yang paling dalam, betulkah kita menunggunya? Sudahkan kita berbisik pada jiwa bahwa kita merindukan kehadirannya?
Ramadhan kali ini berbeda dengan sebelumnya, meski tak ada pawai meriah di jalan raya, tak ada acara buka bersama, tak ada berbagi kurma di lampu merah saat maghrib tiba, tetaplah ia bulan mulia. Inilah saatnya kreativitas baru dicipta, bahwa rutinitas belum tentu tanda keimanan di dada. Ramadhan tahun ini kita di rumah saja, tapi bukan berarti aktivitas menjadi biasa dan sederhana. Saatnya mencari banyak hal kebaikan dan tetap berlomba mengumpulkan pahala.
Ramadhan kali ini Allah inginkan kita lebih mendekat pada-Nya. Bahwa Ramadhan tidak melulu dengan menunggu berbuka, ngabuburit di jalan membuat kemacetan semata. Allah tutup pintu-pintu kemaksiatan agar kita sempurna dalam meraih pahala. Allah ingin kita berdiam diri di rumah dengan banyak membaca Sirah Nabi yang sudah dilupa. Allah ingin kita bisa mengkhatamkan alquran berulang kali. Allah ingin bulan suci ini kita cukup merenung dan bermuhasabah diri atas segala kesalahan dan dosa. Saatnya ‘me time, cukup antara kita dan Allah saja.
Tangkaplah pesan Allah untuk kebaikan kita. Tinggal di rumah berlama-lama memang bukan hal yang nyaman, tapi itulah Allah sedang memberikan pembelajaran, bahwa apa yang menurut kita buruk belum tentu menurut Allah, karena Dialah yang maha tahu yang terbaik buat kita. ”Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui (Q.S Albaqarah: 216).
Bulan Ramadhan ini tetap istimewa, buatkah program istimewa. Banyak hal yang bisa kita lakukan di rumah, tetap jalin silaturahami dan saling menasehati sahabat dan kerabat dengan media online. Mengisi kekosongan batiniah dan pikiran dengan kembali pada alquran dan Sunah Rasulullah, dalam kesendirian tanpa harus rame-rame di masjid dan mushola. Allah ingin menyaksikan kesungguhan kita tanpa harus ada lingkungan yang mendorong kita, tanpa situasi yang menyemangati, bukan pula amalan yang disaksikan di depan manusia lain, tapi sejauh mana hati ini terpanggil, sedalam apa iman yang kita punya. Saatnya kita mengukur siapa kita.
Ramadhan kali ini tetap mulia, dan Allah sendiri yang mengembalikan hakekat kemuliaan itu. Mungkin selama ini penyambutan Ramadhan telah bergeser dari syariat islam. Penyambutan bercampur denga kemaksiatan, keriuhan dan kemeriahan. Allah tutup mall juga rumah makan, saatnya berbuka sederhana seperti yang diajarkan nabi, tidak berlebihan dan konsumtif. Cukuplah dengan masakan rumah yang sehat. Saatnya kini mengukuhkan kembali iman dan islam anggota keluarga kita, karena rumah-rumah itulah yang akan menciptakan masyarakat yang baik. Jika masyarakatnya membaik maka negara pun baik. Ramadhan kali ini, Allah ingin menjadikan rumah kita seperti masjid, dipenuhi dengan agenda ibadah dan merasakan kehadiran Allah didalamnya. Allah mengembalikan manusia ke rumah masing-masing untuk belajar mentauhidkan-Nya.
Ramadhan kali ini menjadi ajang bersyukur sepenuh hati. Menyadarkan kita betapa besar nikmat sehat, betapa pentingnya menjaga pola hidup sehat dan kebersihan lingkungan. Betapa indahnya nikmat silaturahmi, tersadar kini setelah ada jarak menghalangi. Nabi kita mengajakarkan untuk selalu bersyukur dalam setiap keadaan dengan mengucapkan “Alhamdulillaah ala kulli hal, segala puji milik Allah atas setiap keadaan. Tetap besyukur dan selalu ingat masih banyak karunia Allah yang lain yang kita lupakan keberadaannya.
Ujian covid ini menguji penghambaan kita pada-Nya dengan menyambut Romadhan yang lebih khusyu dan khidmat dari rumah kita masing-masing. Semoga kita bisa mengambil hikmahnya. Ingatlah kisah orang-orang sukses justru menjadi lebih baik pada saat mereka dibatasi kebebasannya, punya banyak waktu untuk introspeksi diri, kreatif dan berkarya . Dipenjara tapi tidak membuat ide cemerlang dan semangat dakwahnya menurun. Semoga Ramadhan ini menjadi Ramadhan terbaik kita, dengan situasi seperti ini, kita berharap mendapatkan pahala yang lebih besar.
Surabaya, 20 Apr. 20
#90HariMenulisBuku
#MarhabanYaRamadhan
#InspirasiIndonesiaMenulis