Site icon Bangga Indonesia

Udang Lobster Berpotensi Jadi Andalan Penghasilan Pesisir Selatan Lebak Banten

Udang lobster berpotensi menjadi andalan ekonomi penduduk pesisir selatan Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.

“Populasi udang lobster pesisir selatan Lebak memiliki spesifik tersendiri dibandingkan dengan daerah lain di Tanah Air”

Bangga Indonesia, Lebak – Udang lobster berpotensi menjadi andalan ekonomi penduduk di sekitar pesisir selatan Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, lantaran populasinya melimpah.

“Kami yakin udang lobster dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi masyarakat pesisir,” kata Kepala Seksi Peningkatan Kapasitas Nelayan Kecil Dinas Perikanan Kabupaten Lebak, Rizal Ardiansyah di Lebak, Sabtu.

Dia mengatakan populasi udang lobster yang berada di pesisir selatan itu masuk kategori terbaik mulai Pantai Binuangeun sampai Ujung Panto.

Selama ini, kata dia, masyarakat pesisir belum optimal mengembangkan budidaya udang lobster tersebut.

“Kami mendorong Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) agar pesisir selatan Lebak dijadikan lumbung udang lobster,” katanya menjelaskan.

Ia mengatakan, populasi udang lobster pesisir selatan Lebak memiliki spesifik tersendiri dibandingkan dengan daerah lain di Tanah Air.

Lobster Lebak memiliki nilai ekonomi cukup tinggi, seperti udang lobster jenis mutiara dijual Rp1,2 juta/Kg, jenis pasir Rp500 ribu/Kg dan jenis batu Rp400 ribu/Kg.

“Kami berharap ke depan udang lobster menjadikan unggulan ekonomi nelayan Lebak,” katanya.

Sandi (45), seorang nelayan pesisir Pantai Binuangeun Kabupaten Lebak mengatakan dirinya selama empat hari memburu udang lobster bisa pulang ke rumah membawa uang Rp5 juta.

Penangkapan udang lobster di kawasan Pulau Tinjil yang berhadapan dengan Perairan Samudra Hindia memasuki musim panen.

Untuk tangkap lobster, kata dia, dirinya menyelam di kegelapan malam hingga ke dasar laut di sekitar Pulau Tinjil, dimana populasi udang lobster itu mudah ditangkap setelah dilakukan pemasangan jebakan dengan perangkat jodang yang terbuat dari besi.

Dalam perangkap jodang itu diberi umpan agar udang lobster masuk ke dalam perangkap tersebut.

“Kami sudah belasan tahun di sini menghidupi keluarga dari tangkapan lobster itu,” katanya menjelaskan.

Sementara itu, Asdep Pengembangan Perikanan Budidaya Kemenko Maritim dan Investasi Rahmat Mulianda mengatakan bahwa pesisir selatan Lebak sangat cocok dikembangkan budidaya udang lobster sehingga bisa memenuhi pasar domistik hingga mancangara.

Pesisir selatan Lebak terdapat Perairan Samudera Hindia sebagai tempat populasi ikan migrasi.

“Kita optimistis pengembangan udang di Banten bisa merajai pasar dunia,” katanya.(ant)

“Populasi udang lobster pesisir selatan Lebak memiliki spesifik tersendiri dibandingkan dengan daerah lain di Tanah Air”

Bangga Indonesia, Lebak – Udang lobster berpotensi menjadi andalan ekonomi penduduk di sekitar pesisir selatan Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, lantaran populasinya melimpah.

“Kami yakin udang lobster dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi masyarakat pesisir,” kata Kepala Seksi Peningkatan Kapasitas Nelayan Kecil Dinas Perikanan Kabupaten Lebak, Rizal Ardiansyah di Lebak, Sabtu.

Dia mengatakan populasi udang lobster yang berada di pesisir selatan itu masuk kategori terbaik mulai Pantai Binuangeun sampai Ujung Panto.

Selama ini, kata dia, masyarakat pesisir belum optimal mengembangkan budidaya udang lobster tersebut.

“Kami mendorong Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) agar pesisir selatan Lebak dijadikan lumbung udang lobster,” katanya menjelaskan.

Ia mengatakan, populasi udang lobster pesisir selatan Lebak memiliki spesifik tersendiri dibandingkan dengan daerah lain di Tanah Air.

Lobster Lebak memiliki nilai ekonomi cukup tinggi, seperti udang lobster jenis mutiara dijual Rp1,2 juta/Kg, jenis pasir Rp500 ribu/Kg dan jenis batu Rp400 ribu/Kg.

“Kami berharap ke depan udang lobster menjadikan unggulan ekonomi nelayan Lebak,” katanya.

Sandi (45), seorang nelayan pesisir Pantai Binuangeun Kabupaten Lebak mengatakan dirinya selama empat hari memburu udang lobster bisa pulang ke rumah membawa uang Rp5 juta.

Penangkapan udang lobster di kawasan Pulau Tinjil yang berhadapan dengan Perairan Samudra Hindia memasuki musim panen.

Untuk tangkap lobster, kata dia, dirinya menyelam di kegelapan malam hingga ke dasar laut di sekitar Pulau Tinjil, dimana populasi udang lobster itu mudah ditangkap setelah dilakukan pemasangan jebakan dengan perangkat jodang yang terbuat dari besi.

Dalam perangkap jodang itu diberi umpan agar udang lobster masuk ke dalam perangkap tersebut.

“Kami sudah belasan tahun di sini menghidupi keluarga dari tangkapan lobster itu,” katanya menjelaskan.

Sementara itu, Asdep Pengembangan Perikanan Budidaya Kemenko Maritim dan Investasi Rahmat Mulianda mengatakan bahwa pesisir selatan Lebak sangat cocok dikembangkan budidaya udang lobster sehingga bisa memenuhi pasar domistik hingga mancangara.

Pesisir selatan Lebak terdapat Perairan Samudera Hindia sebagai tempat populasi ikan migrasi.

“Kita optimistis pengembangan udang di Banten bisa merajai pasar dunia,” katanya.(ant)

“Populasi udang lobster pesisir selatan Lebak memiliki spesifik tersendiri dibandingkan dengan daerah lain di Tanah Air”

Bangga Indonesia, Lebak – Udang lobster berpotensi menjadi andalan ekonomi penduduk di sekitar pesisir selatan Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, lantaran populasinya melimpah.

“Kami yakin udang lobster dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi masyarakat pesisir,” kata Kepala Seksi Peningkatan Kapasitas Nelayan Kecil Dinas Perikanan Kabupaten Lebak, Rizal Ardiansyah di Lebak, Sabtu.

Dia mengatakan populasi udang lobster yang berada di pesisir selatan itu masuk kategori terbaik mulai Pantai Binuangeun sampai Ujung Panto.

Selama ini, kata dia, masyarakat pesisir belum optimal mengembangkan budidaya udang lobster tersebut.

“Kami mendorong Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) agar pesisir selatan Lebak dijadikan lumbung udang lobster,” katanya menjelaskan.

Ia mengatakan, populasi udang lobster pesisir selatan Lebak memiliki spesifik tersendiri dibandingkan dengan daerah lain di Tanah Air.

Lobster Lebak memiliki nilai ekonomi cukup tinggi, seperti udang lobster jenis mutiara dijual Rp1,2 juta/Kg, jenis pasir Rp500 ribu/Kg dan jenis batu Rp400 ribu/Kg.

“Kami berharap ke depan udang lobster menjadikan unggulan ekonomi nelayan Lebak,” katanya.

Sandi (45), seorang nelayan pesisir Pantai Binuangeun Kabupaten Lebak mengatakan dirinya selama empat hari memburu udang lobster bisa pulang ke rumah membawa uang Rp5 juta.

Penangkapan udang lobster di kawasan Pulau Tinjil yang berhadapan dengan Perairan Samudra Hindia memasuki musim panen.

Untuk tangkap lobster, kata dia, dirinya menyelam di kegelapan malam hingga ke dasar laut di sekitar Pulau Tinjil, dimana populasi udang lobster itu mudah ditangkap setelah dilakukan pemasangan jebakan dengan perangkat jodang yang terbuat dari besi.

Dalam perangkap jodang itu diberi umpan agar udang lobster masuk ke dalam perangkap tersebut.

“Kami sudah belasan tahun di sini menghidupi keluarga dari tangkapan lobster itu,” katanya menjelaskan.

Sementara itu, Asdep Pengembangan Perikanan Budidaya Kemenko Maritim dan Investasi Rahmat Mulianda mengatakan bahwa pesisir selatan Lebak sangat cocok dikembangkan budidaya udang lobster sehingga bisa memenuhi pasar domistik hingga mancangara.

Pesisir selatan Lebak terdapat Perairan Samudera Hindia sebagai tempat populasi ikan migrasi.

“Kita optimistis pengembangan udang di Banten bisa merajai pasar dunia,” katanya.(ant)

“Populasi udang lobster pesisir selatan Lebak memiliki spesifik tersendiri dibandingkan dengan daerah lain di Tanah Air”

Bangga Indonesia, Lebak – Udang lobster berpotensi menjadi andalan ekonomi penduduk di sekitar pesisir selatan Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, lantaran populasinya melimpah.

“Kami yakin udang lobster dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi masyarakat pesisir,” kata Kepala Seksi Peningkatan Kapasitas Nelayan Kecil Dinas Perikanan Kabupaten Lebak, Rizal Ardiansyah di Lebak, Sabtu.

Dia mengatakan populasi udang lobster yang berada di pesisir selatan itu masuk kategori terbaik mulai Pantai Binuangeun sampai Ujung Panto.

Selama ini, kata dia, masyarakat pesisir belum optimal mengembangkan budidaya udang lobster tersebut.

“Kami mendorong Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) agar pesisir selatan Lebak dijadikan lumbung udang lobster,” katanya menjelaskan.

Ia mengatakan, populasi udang lobster pesisir selatan Lebak memiliki spesifik tersendiri dibandingkan dengan daerah lain di Tanah Air.

Lobster Lebak memiliki nilai ekonomi cukup tinggi, seperti udang lobster jenis mutiara dijual Rp1,2 juta/Kg, jenis pasir Rp500 ribu/Kg dan jenis batu Rp400 ribu/Kg.

“Kami berharap ke depan udang lobster menjadikan unggulan ekonomi nelayan Lebak,” katanya.

Sandi (45), seorang nelayan pesisir Pantai Binuangeun Kabupaten Lebak mengatakan dirinya selama empat hari memburu udang lobster bisa pulang ke rumah membawa uang Rp5 juta.

Penangkapan udang lobster di kawasan Pulau Tinjil yang berhadapan dengan Perairan Samudra Hindia memasuki musim panen.

Untuk tangkap lobster, kata dia, dirinya menyelam di kegelapan malam hingga ke dasar laut di sekitar Pulau Tinjil, dimana populasi udang lobster itu mudah ditangkap setelah dilakukan pemasangan jebakan dengan perangkat jodang yang terbuat dari besi.

Dalam perangkap jodang itu diberi umpan agar udang lobster masuk ke dalam perangkap tersebut.

“Kami sudah belasan tahun di sini menghidupi keluarga dari tangkapan lobster itu,” katanya menjelaskan.

Sementara itu, Asdep Pengembangan Perikanan Budidaya Kemenko Maritim dan Investasi Rahmat Mulianda mengatakan bahwa pesisir selatan Lebak sangat cocok dikembangkan budidaya udang lobster sehingga bisa memenuhi pasar domistik hingga mancangara.

Pesisir selatan Lebak terdapat Perairan Samudera Hindia sebagai tempat populasi ikan migrasi.

“Kita optimistis pengembangan udang di Banten bisa merajai pasar dunia,” katanya.(ant)

Exit mobile version