Site icon Bangga Indonesia

Wahai Pengemban Dakwah Istiqomahlah di jalan Allah!

Wahai Pengemban Dakwah Istiqomahlah di jalan Allah!

“ Di mana  ada  hukum  syara’  di sana  pasti  ada  maslahat.”

Sobat. Seorang  pengemban  dakwah  menurut  syara’  dituntut  bersikap  terus  terang  dan  berani, kuat  dalam  pemikiran, menantang  apa  pun  yang  bertentangan  dengan Islam  serta  berjuang  untuk  menjelaskan  kepalsuannya, tanpa  memperhatikan resiko  dan tidak lagi  mempedulikan  situasi.  Syara’  menuntut  agar  kedaulatan  mutlak  berada ditangan  mabda’ Islam, tanpa  memperhatikan lagi  apakah  sesuai  dengan  mayoritas  manusia  manusia  atau  bertentangan  dengan mereka, sejalan  dengan  adat istiada mereka atau tidak, apakah manusia menerima atau menolak, atau mungkin  melawannya.

Sobat. Pengemban  dakwah  tidak berbasa-basi  dengan  manusia dan tidak  bermanis muka  dengan  para  penguasa. Demikianlah  keadaan Rasulullah Saw  di dalam  dakwahnya. Beliau  beriman  dengan  kebenaran  yang  beliau  serukan, menantang dunia  seluruhnya, tidak memandang – walau  sebelah mata – pada  kebiasaan, adat istiadat, aqidah, agama, penguasa  atau rakyat, dan tidak  berpaling  sedikitpun kecuali  kepada  dakwah  dan risalah Islam.

Sobat. Ibnu Hisyam  telah  menyebutkan tindakan  Rasulullah Saw  tatkala  menjumpai  orang-orang Quraisy  dengan  menyebut Tuhan-Tuhan  mereka  dan mencelanya, kemudian menganggap  bodoh akal-akal  mereka  dan menganggap bapak-bapak (nenek moyang_ mereka  telah sesat. Akibatnya  mereka  membalas  beliau  dan sepakat  untuk menentang dan memusuhinya. Demikian  kiranya  dakwah  kaum  muslimin  saat ini. Hendaknya  dilakukan orang-orang  yang meneladani  sikap Rasulullah saw  dan  mengikuti  firman Allah SWT :

قُلۡ هَٰذِهِۦ سَبِيلِيٓ أَدۡعُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا۠ وَمَنِ ٱتَّبَعَنِيۖ وَسُبۡحَٰنَ ٱللَّهِ وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ

Katakanlah: “Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”.( QS. Yusuf (12) : 108 )

(Katakanlah) kepada mereka (“Inilah jalanku) pengertian jalan di sini dijelaskan oleh firman berikutnya; yaitu: (aku mengajak kepada) agama (Allah dengan hujah yang nyata) hujah yang jelas lagi gamblang (yaitu aku dan orang-orang yang mengikutiku) orang-orang yang beriman kepadaku. Lafal man diathafkan kepada lafal ana yang berkedudukan menjadi mubtada daripada khabar yang disebutkan sebelumnya (Maha Suci Allah) kalimat ini dimaksud mensucikan Allah daripada semua jenis sekutu (dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.”) kalimat ini termasuk ke dalam rangkaian keterangan daripada lafal sabiilii di atas.

( Spiritual Motivator – DR.N.Faqih Syarif  H, M.Si   Penulis  Buku “Buatlah Tanda di Alam Semesta” )

Exit mobile version