Senin, 25 November 2024

Agung Nugroho, Guru Besar Termuda ULM Miliki 4 Paten Bidang Pertanian

Bangga Indonesia, Banjarmasin  – Merengkuh jenjang karier tertinggi di bidang akademik bukanlah cita-cita yang diimpikannya sejak awal. Apalagi pencapaian prestasi gemilang di perguruan tinggi itu dapat diraih di usia relatif muda, tentu jauh dari angan-angan.

Namun, takdir berkata lain. Pemilik nama lengkap Prof. Agung Nugroho, S.TP, M.Sc., Ph.D. ini sekarang justru mencatatkan namanya dalam tinta emas sejarah Universitas Lambung Mangkurat (ULM) sebagai guru besar termuda berusia 37 tahun.

Agung menjadi guru besar Fakultas Pertanian ULM memecahkan rekor Prof. Dr. Abdul Halim Barkatullah yang dikukuhkan sebagai guru besar termuda ULM pada bulan Juni 2019 ketika Dekan Fakultas Hukum ini berusia 42 tahun.

Bersamaan dengan Agung, ada Prof. Meilana Dharma Putra dari Fakultas Teknik berusia 38 tahun yang juga dikukuhkan oleh Rektor ULM Prof. Dr. H. Sutarto Hadi.

Apa yang telah berhasil ditorehkan pria kelahiran Karanganyar, 19 Juli 1983, ini memang spesial. Dia loncat jabatan dari lektor langsung menjadi guru besar tanpa menduduki lektor kepala.

Persyaratan jumlah angka kredit dosen yang dimiliki Agung memang telah terpenuhi untuk dia dinobatkan sebagai profesor. Tercatat ada 60 publikasi artikel pada jurnal ilmiah yang telah dibuatnya.

Kemudian empat paten sebagai hak kekayaan intelektual yang tercatat di Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (Dirjen KI), Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia juga diciptakannya dari hasil riset bidang pertanian.

Adapun empat paten tersebut, yaitu Proses Pembuatan Gula Semut Aren Warna Krem dan Rendah Karamel dengan Metode Wajan Terbuka (S00201910311), Formulasi Madu dengan Ekstrak Kaya Flavonoid dari Patikan Kebo (Euphorbia hirta) (S00201910513), Proses Pembuatan Ekstrak Kaya Flavonoid dari Simplisia Patikan Kebo (Euphorbia hirta) (S00201910512), serta Alat Pembuatan Gula Semut Jenis Golden Sugar (S00201910312).

Bagi Agung, menjadi guru besar merupakan anugerah. Namun, diakuinya bukanlah menjadi target khusus, melainkan telah menjadi skenario Tuhan. Apalagi, loncat jabatan yang dicapainya adalah buah dari perjuangan panjang tanpa kelah menyerah.

“Tidak ada yang tidak mungkin asalkan kita fokus pasti akan kita capai. Semoga ini menjadi motivasi bagi teman-teman yang lain karena mekanisme loncat jabatan sangat dimungkinkan asalkan bisa memenuhi seluruh aspek penilaian yang disyaratkan dalam kebijakan jabatan menjadi guru besar,” tuturnya, Senin.

Anak Petani

Agung merupakan anak dari petani pasangan H. Sartono dan Hj. Sri Purwanti. Ayahnya seorang penyuluh pertanian yang juga memiliki lahan sawah sendiri.

Alhasil, Agung sejak kecil ikut orang tuanya berladang membantu menanam, memanen, memasarkan ke pasar, dan sebagainya di Karanganyar, Jawa Tengah.

Meski begitu, diakui dia tidak ada cita-cita sebagai seorang petani. Namun, setelah lulus Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Karanganyar pada tahun 2001, Agung memutuskan kuliah Program Sarjana Departemen Teknologi Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor, kemudian lulus pada tahun 2005.

“Jadi, saya telah tersesat di jalan yang benar. Karena Prodi Teknologi Industri Pertanian ternyata sangat bagus, proses pascapanen untuk meningkatkan nilai tambah dari produk yang harganya murah menjadi lebih tinggi dengan memanfaatkan teknologi,” kata suami dari Yeprimar Risnawati itu.

Setelah bergelar sarjana, Agung yang sempat bekerja di System Analyst PT TPS Food Tbk. Solo kemudian bergabung di ULM sebagai dosen pada tahun 2006.

Status dosen ini ternyata makin motivasinya untuk mendalami ilmu pertanian. Dia lantas menempuh Program Master of Science, bidang Ilmu dan Teknologi Produk Alam, Sangji University, Korea Selatan lulus 2009.

Selanjutnya, Program Doctor of Philosophy, bidang Ilmu dan Teknologi Produk Alam di universitas yang sama hingga lulus tahun 2014. Agung menerima penghargaan The Most Excellence Graduate pada Wisuda Periode I Sangji University tahun 2014.

Kesempatan untuk terus menambah ilmu pun dilakukan Agung dengan menyelesaikan Program Profesi Insinyur, Pendidikan Profesi Insinyur, Fakultas Teknik, Universitas Lambung Mangkurat tahun 2018.

Wujud profesionalitas dan totalitasnya sebagai staf pengajar di ULM sebagai perguruan tinggi negeri terbaik di Pulau Kalimantan dengan akreditasi A tersebut, ayah dari Mufida Hana dan Aqila Ayumi ini menerima penghargaan Dosen Berprestasi II ULM tahun 2019.

Penghargaan lainnya, PATPI Award Winner (Terbaik 1) tahun 2019 oleh Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia di Bandung serta penghargaan The Excellent Presentation Award pada International Conference of Korea Association of Herbology JINR tahun 2018.

Target Cetak 100 Guru Besar

Di akhir tahun 2020i, ULM kembali menambah empat guru besar, termasuk Prof. Agung Nugroho. Kini ULM yang menjadi satu-satunya perguruan tinggi di Kalimantan yang masuk klaster 2 dan berada pada peringkat 47 dari 2.136 perguruan tinggi negeri dan swasta yang ada di Indonesia memiliki 59 profesor aktif.

Pencapaian tersebut telah melampaui target Rektor ULM Prof. Dr. H. Sutarto Hadi yang mengharapkan minimal ada 10 orang dalam 1 tahun dikukuhkan sebagai guru besar.

Sementara itu, targetnya selama dua periode masa kepemimpinan, Sutarto menginginkan mencetak 100 guru besar hingga 2022.

Sutarto yakin dan optimis target itu bisa dicapai karena masih banyak stok dosen berprestasi yang terus meningkatkan publikasinya hingga menuju pengajuan penilaian untuk mendapatkan guru besar.

Saat ini masih ada 10 orang dosen yang proses di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk pengusulan guru besar dan tujuh orang proses pada tahap universitas.

“Di awal tahun depan, ULM mendapatkan tambahan guru besar lagi dalam jumlah cukup signifikan dari sejumlah nama yang sudah proses di kementerian,” kata Sutarto.

Apalagi, trennya sekarang semakin bagus. Guru besar sudah di bawah usia 40 tahun. Menurut Sutarto, hal itu wujud kemajuan luar biasa bagi ULM. Bahkan, pada masa pandemi COVID-19 sekalipun, diakui Sutarto kinerja civitas academica ULM tidak menurun. Semua masih berjalan normal seperti biasa, justru menjadi motivasi tersendiri bagi para dosen berprestasi.

“Riset terus dikembangkan. Publikasi ilmiah terus meningkat, termasuk penambahan guru besar yang signifikan sepanjang tahun ini,” pungkas

Bangga Indonesia, Banjarmasin  – Merengkuh jenjang karier tertinggi di bidang akademik bukanlah cita-cita yang diimpikannya sejak awal. Apalagi pencapaian prestasi gemilang di perguruan tinggi itu dapat diraih di usia relatif muda, tentu jauh dari angan-angan.

Namun, takdir berkata lain. Pemilik nama lengkap Prof. Agung Nugroho, S.TP, M.Sc., Ph.D. ini sekarang justru mencatatkan namanya dalam tinta emas sejarah Universitas Lambung Mangkurat (ULM) sebagai guru besar termuda berusia 37 tahun.

Agung menjadi guru besar Fakultas Pertanian ULM memecahkan rekor Prof. Dr. Abdul Halim Barkatullah yang dikukuhkan sebagai guru besar termuda ULM pada bulan Juni 2019 ketika Dekan Fakultas Hukum ini berusia 42 tahun.

Bersamaan dengan Agung, ada Prof. Meilana Dharma Putra dari Fakultas Teknik berusia 38 tahun yang juga dikukuhkan oleh Rektor ULM Prof. Dr. H. Sutarto Hadi.

Apa yang telah berhasil ditorehkan pria kelahiran Karanganyar, 19 Juli 1983, ini memang spesial. Dia loncat jabatan dari lektor langsung menjadi guru besar tanpa menduduki lektor kepala.

Persyaratan jumlah angka kredit dosen yang dimiliki Agung memang telah terpenuhi untuk dia dinobatkan sebagai profesor. Tercatat ada 60 publikasi artikel pada jurnal ilmiah yang telah dibuatnya.

Kemudian empat paten sebagai hak kekayaan intelektual yang tercatat di Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (Dirjen KI), Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia juga diciptakannya dari hasil riset bidang pertanian.

Adapun empat paten tersebut, yaitu Proses Pembuatan Gula Semut Aren Warna Krem dan Rendah Karamel dengan Metode Wajan Terbuka (S00201910311), Formulasi Madu dengan Ekstrak Kaya Flavonoid dari Patikan Kebo (Euphorbia hirta) (S00201910513), Proses Pembuatan Ekstrak Kaya Flavonoid dari Simplisia Patikan Kebo (Euphorbia hirta) (S00201910512), serta Alat Pembuatan Gula Semut Jenis Golden Sugar (S00201910312).

Bagi Agung, menjadi guru besar merupakan anugerah. Namun, diakuinya bukanlah menjadi target khusus, melainkan telah menjadi skenario Tuhan. Apalagi, loncat jabatan yang dicapainya adalah buah dari perjuangan panjang tanpa kelah menyerah.

“Tidak ada yang tidak mungkin asalkan kita fokus pasti akan kita capai. Semoga ini menjadi motivasi bagi teman-teman yang lain karena mekanisme loncat jabatan sangat dimungkinkan asalkan bisa memenuhi seluruh aspek penilaian yang disyaratkan dalam kebijakan jabatan menjadi guru besar,” tuturnya, Senin.

Anak Petani

Agung merupakan anak dari petani pasangan H. Sartono dan Hj. Sri Purwanti. Ayahnya seorang penyuluh pertanian yang juga memiliki lahan sawah sendiri.

Alhasil, Agung sejak kecil ikut orang tuanya berladang membantu menanam, memanen, memasarkan ke pasar, dan sebagainya di Karanganyar, Jawa Tengah.

Meski begitu, diakui dia tidak ada cita-cita sebagai seorang petani. Namun, setelah lulus Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Karanganyar pada tahun 2001, Agung memutuskan kuliah Program Sarjana Departemen Teknologi Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor, kemudian lulus pada tahun 2005.

“Jadi, saya telah tersesat di jalan yang benar. Karena Prodi Teknologi Industri Pertanian ternyata sangat bagus, proses pascapanen untuk meningkatkan nilai tambah dari produk yang harganya murah menjadi lebih tinggi dengan memanfaatkan teknologi,” kata suami dari Yeprimar Risnawati itu.

Setelah bergelar sarjana, Agung yang sempat bekerja di System Analyst PT TPS Food Tbk. Solo kemudian bergabung di ULM sebagai dosen pada tahun 2006.

Status dosen ini ternyata makin motivasinya untuk mendalami ilmu pertanian. Dia lantas menempuh Program Master of Science, bidang Ilmu dan Teknologi Produk Alam, Sangji University, Korea Selatan lulus 2009.

Selanjutnya, Program Doctor of Philosophy, bidang Ilmu dan Teknologi Produk Alam di universitas yang sama hingga lulus tahun 2014. Agung menerima penghargaan The Most Excellence Graduate pada Wisuda Periode I Sangji University tahun 2014.

Kesempatan untuk terus menambah ilmu pun dilakukan Agung dengan menyelesaikan Program Profesi Insinyur, Pendidikan Profesi Insinyur, Fakultas Teknik, Universitas Lambung Mangkurat tahun 2018.

Wujud profesionalitas dan totalitasnya sebagai staf pengajar di ULM sebagai perguruan tinggi negeri terbaik di Pulau Kalimantan dengan akreditasi A tersebut, ayah dari Mufida Hana dan Aqila Ayumi ini menerima penghargaan Dosen Berprestasi II ULM tahun 2019.

Penghargaan lainnya, PATPI Award Winner (Terbaik 1) tahun 2019 oleh Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia di Bandung serta penghargaan The Excellent Presentation Award pada International Conference of Korea Association of Herbology JINR tahun 2018.

Target Cetak 100 Guru Besar

Di akhir tahun 2020i, ULM kembali menambah empat guru besar, termasuk Prof. Agung Nugroho. Kini ULM yang menjadi satu-satunya perguruan tinggi di Kalimantan yang masuk klaster 2 dan berada pada peringkat 47 dari 2.136 perguruan tinggi negeri dan swasta yang ada di Indonesia memiliki 59 profesor aktif.

Pencapaian tersebut telah melampaui target Rektor ULM Prof. Dr. H. Sutarto Hadi yang mengharapkan minimal ada 10 orang dalam 1 tahun dikukuhkan sebagai guru besar.

Sementara itu, targetnya selama dua periode masa kepemimpinan, Sutarto menginginkan mencetak 100 guru besar hingga 2022.

Sutarto yakin dan optimis target itu bisa dicapai karena masih banyak stok dosen berprestasi yang terus meningkatkan publikasinya hingga menuju pengajuan penilaian untuk mendapatkan guru besar.

Saat ini masih ada 10 orang dosen yang proses di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk pengusulan guru besar dan tujuh orang proses pada tahap universitas.

“Di awal tahun depan, ULM mendapatkan tambahan guru besar lagi dalam jumlah cukup signifikan dari sejumlah nama yang sudah proses di kementerian,” kata Sutarto.

Apalagi, trennya sekarang semakin bagus. Guru besar sudah di bawah usia 40 tahun. Menurut Sutarto, hal itu wujud kemajuan luar biasa bagi ULM. Bahkan, pada masa pandemi COVID-19 sekalipun, diakui Sutarto kinerja civitas academica ULM tidak menurun. Semua masih berjalan normal seperti biasa, justru menjadi motivasi tersendiri bagi para dosen berprestasi.

“Riset terus dikembangkan. Publikasi ilmiah terus meningkat, termasuk penambahan guru besar yang signifikan sepanjang tahun ini,” pungkas

Bangga Indonesia, Banjarmasin  – Merengkuh jenjang karier tertinggi di bidang akademik bukanlah cita-cita yang diimpikannya sejak awal. Apalagi pencapaian prestasi gemilang di perguruan tinggi itu dapat diraih di usia relatif muda, tentu jauh dari angan-angan.

Namun, takdir berkata lain. Pemilik nama lengkap Prof. Agung Nugroho, S.TP, M.Sc., Ph.D. ini sekarang justru mencatatkan namanya dalam tinta emas sejarah Universitas Lambung Mangkurat (ULM) sebagai guru besar termuda berusia 37 tahun.

Agung menjadi guru besar Fakultas Pertanian ULM memecahkan rekor Prof. Dr. Abdul Halim Barkatullah yang dikukuhkan sebagai guru besar termuda ULM pada bulan Juni 2019 ketika Dekan Fakultas Hukum ini berusia 42 tahun.

Bersamaan dengan Agung, ada Prof. Meilana Dharma Putra dari Fakultas Teknik berusia 38 tahun yang juga dikukuhkan oleh Rektor ULM Prof. Dr. H. Sutarto Hadi.

Apa yang telah berhasil ditorehkan pria kelahiran Karanganyar, 19 Juli 1983, ini memang spesial. Dia loncat jabatan dari lektor langsung menjadi guru besar tanpa menduduki lektor kepala.

Persyaratan jumlah angka kredit dosen yang dimiliki Agung memang telah terpenuhi untuk dia dinobatkan sebagai profesor. Tercatat ada 60 publikasi artikel pada jurnal ilmiah yang telah dibuatnya.

Kemudian empat paten sebagai hak kekayaan intelektual yang tercatat di Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (Dirjen KI), Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia juga diciptakannya dari hasil riset bidang pertanian.

Adapun empat paten tersebut, yaitu Proses Pembuatan Gula Semut Aren Warna Krem dan Rendah Karamel dengan Metode Wajan Terbuka (S00201910311), Formulasi Madu dengan Ekstrak Kaya Flavonoid dari Patikan Kebo (Euphorbia hirta) (S00201910513), Proses Pembuatan Ekstrak Kaya Flavonoid dari Simplisia Patikan Kebo (Euphorbia hirta) (S00201910512), serta Alat Pembuatan Gula Semut Jenis Golden Sugar (S00201910312).

Bagi Agung, menjadi guru besar merupakan anugerah. Namun, diakuinya bukanlah menjadi target khusus, melainkan telah menjadi skenario Tuhan. Apalagi, loncat jabatan yang dicapainya adalah buah dari perjuangan panjang tanpa kelah menyerah.

“Tidak ada yang tidak mungkin asalkan kita fokus pasti akan kita capai. Semoga ini menjadi motivasi bagi teman-teman yang lain karena mekanisme loncat jabatan sangat dimungkinkan asalkan bisa memenuhi seluruh aspek penilaian yang disyaratkan dalam kebijakan jabatan menjadi guru besar,” tuturnya, Senin.

Anak Petani

Agung merupakan anak dari petani pasangan H. Sartono dan Hj. Sri Purwanti. Ayahnya seorang penyuluh pertanian yang juga memiliki lahan sawah sendiri.

Alhasil, Agung sejak kecil ikut orang tuanya berladang membantu menanam, memanen, memasarkan ke pasar, dan sebagainya di Karanganyar, Jawa Tengah.

Meski begitu, diakui dia tidak ada cita-cita sebagai seorang petani. Namun, setelah lulus Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Karanganyar pada tahun 2001, Agung memutuskan kuliah Program Sarjana Departemen Teknologi Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor, kemudian lulus pada tahun 2005.

“Jadi, saya telah tersesat di jalan yang benar. Karena Prodi Teknologi Industri Pertanian ternyata sangat bagus, proses pascapanen untuk meningkatkan nilai tambah dari produk yang harganya murah menjadi lebih tinggi dengan memanfaatkan teknologi,” kata suami dari Yeprimar Risnawati itu.

Setelah bergelar sarjana, Agung yang sempat bekerja di System Analyst PT TPS Food Tbk. Solo kemudian bergabung di ULM sebagai dosen pada tahun 2006.

Status dosen ini ternyata makin motivasinya untuk mendalami ilmu pertanian. Dia lantas menempuh Program Master of Science, bidang Ilmu dan Teknologi Produk Alam, Sangji University, Korea Selatan lulus 2009.

Selanjutnya, Program Doctor of Philosophy, bidang Ilmu dan Teknologi Produk Alam di universitas yang sama hingga lulus tahun 2014. Agung menerima penghargaan The Most Excellence Graduate pada Wisuda Periode I Sangji University tahun 2014.

Kesempatan untuk terus menambah ilmu pun dilakukan Agung dengan menyelesaikan Program Profesi Insinyur, Pendidikan Profesi Insinyur, Fakultas Teknik, Universitas Lambung Mangkurat tahun 2018.

Wujud profesionalitas dan totalitasnya sebagai staf pengajar di ULM sebagai perguruan tinggi negeri terbaik di Pulau Kalimantan dengan akreditasi A tersebut, ayah dari Mufida Hana dan Aqila Ayumi ini menerima penghargaan Dosen Berprestasi II ULM tahun 2019.

Penghargaan lainnya, PATPI Award Winner (Terbaik 1) tahun 2019 oleh Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia di Bandung serta penghargaan The Excellent Presentation Award pada International Conference of Korea Association of Herbology JINR tahun 2018.

Target Cetak 100 Guru Besar

Di akhir tahun 2020i, ULM kembali menambah empat guru besar, termasuk Prof. Agung Nugroho. Kini ULM yang menjadi satu-satunya perguruan tinggi di Kalimantan yang masuk klaster 2 dan berada pada peringkat 47 dari 2.136 perguruan tinggi negeri dan swasta yang ada di Indonesia memiliki 59 profesor aktif.

Pencapaian tersebut telah melampaui target Rektor ULM Prof. Dr. H. Sutarto Hadi yang mengharapkan minimal ada 10 orang dalam 1 tahun dikukuhkan sebagai guru besar.

Sementara itu, targetnya selama dua periode masa kepemimpinan, Sutarto menginginkan mencetak 100 guru besar hingga 2022.

Sutarto yakin dan optimis target itu bisa dicapai karena masih banyak stok dosen berprestasi yang terus meningkatkan publikasinya hingga menuju pengajuan penilaian untuk mendapatkan guru besar.

Saat ini masih ada 10 orang dosen yang proses di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk pengusulan guru besar dan tujuh orang proses pada tahap universitas.

“Di awal tahun depan, ULM mendapatkan tambahan guru besar lagi dalam jumlah cukup signifikan dari sejumlah nama yang sudah proses di kementerian,” kata Sutarto.

Apalagi, trennya sekarang semakin bagus. Guru besar sudah di bawah usia 40 tahun. Menurut Sutarto, hal itu wujud kemajuan luar biasa bagi ULM. Bahkan, pada masa pandemi COVID-19 sekalipun, diakui Sutarto kinerja civitas academica ULM tidak menurun. Semua masih berjalan normal seperti biasa, justru menjadi motivasi tersendiri bagi para dosen berprestasi.

“Riset terus dikembangkan. Publikasi ilmiah terus meningkat, termasuk penambahan guru besar yang signifikan sepanjang tahun ini,” pungkas

Bangga Indonesia, Banjarmasin  – Merengkuh jenjang karier tertinggi di bidang akademik bukanlah cita-cita yang diimpikannya sejak awal. Apalagi pencapaian prestasi gemilang di perguruan tinggi itu dapat diraih di usia relatif muda, tentu jauh dari angan-angan.

Namun, takdir berkata lain. Pemilik nama lengkap Prof. Agung Nugroho, S.TP, M.Sc., Ph.D. ini sekarang justru mencatatkan namanya dalam tinta emas sejarah Universitas Lambung Mangkurat (ULM) sebagai guru besar termuda berusia 37 tahun.

Agung menjadi guru besar Fakultas Pertanian ULM memecahkan rekor Prof. Dr. Abdul Halim Barkatullah yang dikukuhkan sebagai guru besar termuda ULM pada bulan Juni 2019 ketika Dekan Fakultas Hukum ini berusia 42 tahun.

Bersamaan dengan Agung, ada Prof. Meilana Dharma Putra dari Fakultas Teknik berusia 38 tahun yang juga dikukuhkan oleh Rektor ULM Prof. Dr. H. Sutarto Hadi.

Apa yang telah berhasil ditorehkan pria kelahiran Karanganyar, 19 Juli 1983, ini memang spesial. Dia loncat jabatan dari lektor langsung menjadi guru besar tanpa menduduki lektor kepala.

Persyaratan jumlah angka kredit dosen yang dimiliki Agung memang telah terpenuhi untuk dia dinobatkan sebagai profesor. Tercatat ada 60 publikasi artikel pada jurnal ilmiah yang telah dibuatnya.

Kemudian empat paten sebagai hak kekayaan intelektual yang tercatat di Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (Dirjen KI), Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia juga diciptakannya dari hasil riset bidang pertanian.

Adapun empat paten tersebut, yaitu Proses Pembuatan Gula Semut Aren Warna Krem dan Rendah Karamel dengan Metode Wajan Terbuka (S00201910311), Formulasi Madu dengan Ekstrak Kaya Flavonoid dari Patikan Kebo (Euphorbia hirta) (S00201910513), Proses Pembuatan Ekstrak Kaya Flavonoid dari Simplisia Patikan Kebo (Euphorbia hirta) (S00201910512), serta Alat Pembuatan Gula Semut Jenis Golden Sugar (S00201910312).

Bagi Agung, menjadi guru besar merupakan anugerah. Namun, diakuinya bukanlah menjadi target khusus, melainkan telah menjadi skenario Tuhan. Apalagi, loncat jabatan yang dicapainya adalah buah dari perjuangan panjang tanpa kelah menyerah.

“Tidak ada yang tidak mungkin asalkan kita fokus pasti akan kita capai. Semoga ini menjadi motivasi bagi teman-teman yang lain karena mekanisme loncat jabatan sangat dimungkinkan asalkan bisa memenuhi seluruh aspek penilaian yang disyaratkan dalam kebijakan jabatan menjadi guru besar,” tuturnya, Senin.

Anak Petani

Agung merupakan anak dari petani pasangan H. Sartono dan Hj. Sri Purwanti. Ayahnya seorang penyuluh pertanian yang juga memiliki lahan sawah sendiri.

Alhasil, Agung sejak kecil ikut orang tuanya berladang membantu menanam, memanen, memasarkan ke pasar, dan sebagainya di Karanganyar, Jawa Tengah.

Meski begitu, diakui dia tidak ada cita-cita sebagai seorang petani. Namun, setelah lulus Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Karanganyar pada tahun 2001, Agung memutuskan kuliah Program Sarjana Departemen Teknologi Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor, kemudian lulus pada tahun 2005.

“Jadi, saya telah tersesat di jalan yang benar. Karena Prodi Teknologi Industri Pertanian ternyata sangat bagus, proses pascapanen untuk meningkatkan nilai tambah dari produk yang harganya murah menjadi lebih tinggi dengan memanfaatkan teknologi,” kata suami dari Yeprimar Risnawati itu.

Setelah bergelar sarjana, Agung yang sempat bekerja di System Analyst PT TPS Food Tbk. Solo kemudian bergabung di ULM sebagai dosen pada tahun 2006.

Status dosen ini ternyata makin motivasinya untuk mendalami ilmu pertanian. Dia lantas menempuh Program Master of Science, bidang Ilmu dan Teknologi Produk Alam, Sangji University, Korea Selatan lulus 2009.

Selanjutnya, Program Doctor of Philosophy, bidang Ilmu dan Teknologi Produk Alam di universitas yang sama hingga lulus tahun 2014. Agung menerima penghargaan The Most Excellence Graduate pada Wisuda Periode I Sangji University tahun 2014.

Kesempatan untuk terus menambah ilmu pun dilakukan Agung dengan menyelesaikan Program Profesi Insinyur, Pendidikan Profesi Insinyur, Fakultas Teknik, Universitas Lambung Mangkurat tahun 2018.

Wujud profesionalitas dan totalitasnya sebagai staf pengajar di ULM sebagai perguruan tinggi negeri terbaik di Pulau Kalimantan dengan akreditasi A tersebut, ayah dari Mufida Hana dan Aqila Ayumi ini menerima penghargaan Dosen Berprestasi II ULM tahun 2019.

Penghargaan lainnya, PATPI Award Winner (Terbaik 1) tahun 2019 oleh Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia di Bandung serta penghargaan The Excellent Presentation Award pada International Conference of Korea Association of Herbology JINR tahun 2018.

Target Cetak 100 Guru Besar

Di akhir tahun 2020i, ULM kembali menambah empat guru besar, termasuk Prof. Agung Nugroho. Kini ULM yang menjadi satu-satunya perguruan tinggi di Kalimantan yang masuk klaster 2 dan berada pada peringkat 47 dari 2.136 perguruan tinggi negeri dan swasta yang ada di Indonesia memiliki 59 profesor aktif.

Pencapaian tersebut telah melampaui target Rektor ULM Prof. Dr. H. Sutarto Hadi yang mengharapkan minimal ada 10 orang dalam 1 tahun dikukuhkan sebagai guru besar.

Sementara itu, targetnya selama dua periode masa kepemimpinan, Sutarto menginginkan mencetak 100 guru besar hingga 2022.

Sutarto yakin dan optimis target itu bisa dicapai karena masih banyak stok dosen berprestasi yang terus meningkatkan publikasinya hingga menuju pengajuan penilaian untuk mendapatkan guru besar.

Saat ini masih ada 10 orang dosen yang proses di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk pengusulan guru besar dan tujuh orang proses pada tahap universitas.

“Di awal tahun depan, ULM mendapatkan tambahan guru besar lagi dalam jumlah cukup signifikan dari sejumlah nama yang sudah proses di kementerian,” kata Sutarto.

Apalagi, trennya sekarang semakin bagus. Guru besar sudah di bawah usia 40 tahun. Menurut Sutarto, hal itu wujud kemajuan luar biasa bagi ULM. Bahkan, pada masa pandemi COVID-19 sekalipun, diakui Sutarto kinerja civitas academica ULM tidak menurun. Semua masih berjalan normal seperti biasa, justru menjadi motivasi tersendiri bagi para dosen berprestasi.

“Riset terus dikembangkan. Publikasi ilmiah terus meningkat, termasuk penambahan guru besar yang signifikan sepanjang tahun ini,” pungkas

Next Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Recent News