Bangga Indonesia, Jakarta – Air mata itu meleleh di pipi pelatih Southampton Ralph Hasenhuettl. Ia tak sanggup menahan bahagia ketika wasit meniup peluitnya tanda kemenangan buat The Saints, Southampton, 1-0 atas juara bertahan Liga Premier Liverpool, Senin waktu setempat atau Selasa (05/01/2021) WIB.
Kemenangan yang sangat mengejutkan memang. Bukan hanya Hasenhuettl yang tak menduga atas sukses itu. Penggemar The Saint juga berpikir bahwa Southampton baru saja mengamankan gelar Liga Premier. Liga Inggris!
Perasaan emosional pelatih asal Austria itu pantas saja terjadi, lantaran ini kejadian langka bagi The Saints. Ia pantas dirayakan Hasenhuettl yang mengambil alih klub pantai selatan pada 2018 itu.
“Ada air mata di mata saya – karena angin!”, Kata Hasenhuettl bercanda kepada BBC Sport seperti dikutip Reuters.
“Ketika Anda melihat tim kami berjuang dengan semua yang mereka miliki, itu membuat saya sangat bangga. Anda harus memiliki permainan yang sempurna untuk melawan Liverpool dan saya pikir kami memang memiliki itu.”
Tim asuhan Hasenhuettl dipaksa bertahan dalam waktu lama di babak kedua, dan dia mengakui timnya harus bekerja keras saat tambahan waktu hingga akhirnya mampu mengakhiri pertandingan dengan kemenangan.
“Rasanya kami berada di bawah tekanan besar dan pertahanan di sekitar kotak penalti adalah kuncinya hari ini, kemudian tetap mencoba dan bermain tenang. Kami melakukannya dengan cara yang baik,” katanya.
Sebaliknya dari pihak Liverpool, pelatih Juergen Klopp merasa sangat frustrasi setelah trio penyerang Roberto Firmino, Mohamed Salah dan Sadio Mane gagal mencetak gol meski mendominasi penguasaan bola di babak kedua.
“Apa yang mengecewakan? Berapa lama waktu yang kita punya?” katanya kepada BBC. “Di awal, jelas, bukan hanya soal gol tapi awal secara umum. Selamat untuk Southampton, mereka pantas mendapatkannya.”
Pelatih asal Jerman berusia 53 tahun itu mengatakan bahwa timnya tahu apa yang diharapkan dari Southampton, namun timnya terjebak di awal pertandingan tidak bisa mengembalikan ke permainan terbaik.
“Di awal, bagaimana kami bermain, di mana kami kehilangan bola – ini bukan ilmu roket. Kami seharusnya melakukan lebih baik. Kami bermain di tangan mereka dari awal,” katanya.
“Mereka adalah para pemain yang luar biasa, tetapi mereka tidak siap sejak awal.” (amu)