“Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Perdagangan (Kemendag) kami harapkan segera mencari solusi untuk menstabilkan harga kedelai. Pemerintah juga harus memastikan ketersediaan stok kedelai sebagai bahan dasar tahu dan tempe,” kata LaNyalla dalam keterangan di Jakarta, Senin.
Untuk diketahui, kebutuhan kedelai di Indonesia masih mengandalkan kedelai impor yang harganya mengikuti pasar global.
Saat ini harga kedelai impor sedang tinggi disebabkan menurunnya produksi kedelai di negara produsen kedelai dunia sejak pandemi COVID-19, sementara permintaan impor justru naik tajam, khususnya dari China.
Harga kedelai global pun mengalami kenaikan 35 persen hingga menjadi Rp9.500 per kilogramnya. Belum lagi, ongkos angkut kedelai dengan kapal laut pun naik karena waktu tempuh impor dari negara asal ke tujuan menjadi lebih lama akibat pembatasan yang dilakukan karena pandemi COVID-19.
“Kondisi ini harus disiasati sehingga tidak berdampak pada menurunnya stok kedelai di Indonesia. Sejak pandemi, kedelai impor turun 11,5 persen sehingga hanya 2,3 ton kedelai impor yang masuk Indonesia. Akhirnya harga kedelai naik,” kata dia.
Mahalnya harga kedelai bahkan membuat para perajin tahu dan tempe mogok produksi selama beberapa hari pada pekan lalu. LaNyalla berharap mogok produksi tidak lagi terjadi karena membuat tempe dan tahu hilang di pasaran.
Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk menjaga stabilitas harga kedelai agar produksi tahu tempe tetap berjalan dan harganya tetap terjangkau oleh masyarakat luas.
LaNyalla juga meminta kepada perajin tahu dan tempe agar tidak lagi mogok produksi. Selain itu, ia mengimbau kepada perajin untuk tidak menaikkan tinggi harga tempe tahu, meskipun ada kenaikan harga bahan baku.
“Mungkin bisa disiasati dengan memperkecil potongan tahu dan tempe. Lalu kalaupun memang harganya harus naik, jangan terlalu signifikan. Karena masyarakat yang akan dirugikan,” kata LaNyalla.
Ia juga mendorong Kementerian Pertanian agar menggenjot produksi kedelai lokal. Dengan begitu, Indonesia tidak tergantung kepada kedelai impor.
DPD mendorong agar upaya Kementan segera terealisasi dalam melakukan riset benih unggul dan teknologi budidaya komoditas kedelai untuk meningkatkan produktivitas kedelai lokal.(Ant)