“Diharapkan perilaku bersih dan sehat ini tetap melekat pada diri santri, walaupun pandemi berakhir, sehingga santri juga terhindar dari penyakit-penyakit yang umumnya sering menyerang para santri, seperti diare, skabies dan lain-lain.”
Ketua Tim Pengmas FKM UI Dr. drg. Mardiati Nadjib di Depok, Sabtu menyampaikan bahwa salah satu tujuan kegiatan itu adalah untuk membuat percontohan bagi pondok pesantren lainnya dalam upaya menjaga kesehatan semua warga pondok pesantren.
Dikatakannya upaya-upaya yang dilakukan oleh Ponpes Gontor Putri 1 ini sebaiknya diangkat dan disebarkan dan menjadi percontohan buat pondok pesantren yang lainnya.
“Diharapkan perilaku bersih dan sehat ini tetap melekat pada diri santri, walaupun pandemi berakhir, sehingga santri juga terhindar dari penyakit-penyakit yang umumnya sering menyerang para santri, seperti diare, skabies dan lain-lain,” katanya.
Anggota Pengmas FKM UI Dr Atik Nurwayuni mengatakan saat ini kehidupan di pondok pesantren menjadi sangat rentan terhadap penularan kasus COVID-19 mengingat jumlah santri yang sangat banyak di satu lokasi. Bila satu orang menderita COVID-19, maka penularannya akan sangat cepat. Sebenarnya, tidak hanya COVID-19 yang menjadi ancaman bagi kesehatan para santri.
“Permasalahan yang sering ditemui hampir di semua pondok pesantren adalah rentannya santri dari berbagai penyakit menular, seperti kudis (skabies), diare, muntaber, tifoid, cacar, gatal di kepala akibat kutu, hepatitis A, TBC, dan lain-lain. Padahal, hampir semua penyakit yang disebutkan di atas sebetulnya dapat dilakukan pencegahannya melalui perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS),” ujar Dr Atik Nurwayuni.
Mardiati menjelaskan pengabdian masyarakat itu dilakukan melalui serangkaian kegiatan, di antaranya diskusi dengan para ustazah, edukasi santri, pemberian bantuan sarana kebersihan, seperti sabun cuci piring, sabun cuci tangan, penyanitasi tangan dan masker. Selain itu, poster-poster edukasi juga dibuat dan dipasang di tempat strategis sebagai pengingat bagi para santri untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
Kegiatan itu, katanya, sangat disambut baik oleh pondok pesantren, baik pimpinan, ustazah dan para santri. Saat ini perilaku hidup bersih dan sehat sudah diterapkan para santri. Santri sudah terbiasa mencuci tangan dan menjaga kesehatannya, seperti diungkapkan oleh Ustazah Laili.
“Sekarang para santri sudah rajin mencuci tangan. Selain itu, setiap 200 meter kami membuat tempat cuci tangan dilengkapi poster cara mencuci tangan yang benar. Semua santri wajib memakai masker, dan harus selalu menaati protokol kesehatan,” kata Laili.
Lebih lanjut Laili menjelaskan bahwa aturan lockdown (kuncitara) sudah diberlakukan sejak awal pandemi, yaitu adanya larangan berkunjung ke pondok pesantren, baik oleh tamu maupun keluarga santri.
“Semua barang yang masuk ke dalam pondok pesantren selalu disemprot disinfektan terlebih dahulu. Jam malam diberlakukan agar istirahat santri cukup. Tidak ketinggalan, perbaikan asupan gizi juga dilakukan. Dengan semua upaya ini diharapkan pondok pesantren bebas dari COVID-19,” katanya.
Meskipun demikian, di era pandemi ini masih ada tantangan yang memang sulit untuk dicarikan jalan keluarnya, yaitu menjaga jarak. “Kalau kegiatan belajar masih bisa jaga jarak, namun sulit dilaksanakan saat istirahat di kamar karena keterbatasan ruangan dan banyaknya jumlah santri. “Alhamdulillah, ventilasi bagus di semua kamar jadi semua jendela harus dibuka setiap hari sehingga udara berganti,” katanya.(ant)
“Diharapkan perilaku bersih dan sehat ini tetap melekat pada diri santri, walaupun pandemi berakhir, sehingga santri juga terhindar dari penyakit-penyakit yang umumnya sering menyerang para santri, seperti diare, skabies dan lain-lain.”
Ketua Tim Pengmas FKM UI Dr. drg. Mardiati Nadjib di Depok, Sabtu menyampaikan bahwa salah satu tujuan kegiatan itu adalah untuk membuat percontohan bagi pondok pesantren lainnya dalam upaya menjaga kesehatan semua warga pondok pesantren.
Dikatakannya upaya-upaya yang dilakukan oleh Ponpes Gontor Putri 1 ini sebaiknya diangkat dan disebarkan dan menjadi percontohan buat pondok pesantren yang lainnya.
“Diharapkan perilaku bersih dan sehat ini tetap melekat pada diri santri, walaupun pandemi berakhir, sehingga santri juga terhindar dari penyakit-penyakit yang umumnya sering menyerang para santri, seperti diare, skabies dan lain-lain,” katanya.
Anggota Pengmas FKM UI Dr Atik Nurwayuni mengatakan saat ini kehidupan di pondok pesantren menjadi sangat rentan terhadap penularan kasus COVID-19 mengingat jumlah santri yang sangat banyak di satu lokasi. Bila satu orang menderita COVID-19, maka penularannya akan sangat cepat. Sebenarnya, tidak hanya COVID-19 yang menjadi ancaman bagi kesehatan para santri.
“Permasalahan yang sering ditemui hampir di semua pondok pesantren adalah rentannya santri dari berbagai penyakit menular, seperti kudis (skabies), diare, muntaber, tifoid, cacar, gatal di kepala akibat kutu, hepatitis A, TBC, dan lain-lain. Padahal, hampir semua penyakit yang disebutkan di atas sebetulnya dapat dilakukan pencegahannya melalui perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS),” ujar Dr Atik Nurwayuni.
Mardiati menjelaskan pengabdian masyarakat itu dilakukan melalui serangkaian kegiatan, di antaranya diskusi dengan para ustazah, edukasi santri, pemberian bantuan sarana kebersihan, seperti sabun cuci piring, sabun cuci tangan, penyanitasi tangan dan masker. Selain itu, poster-poster edukasi juga dibuat dan dipasang di tempat strategis sebagai pengingat bagi para santri untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
Kegiatan itu, katanya, sangat disambut baik oleh pondok pesantren, baik pimpinan, ustazah dan para santri. Saat ini perilaku hidup bersih dan sehat sudah diterapkan para santri. Santri sudah terbiasa mencuci tangan dan menjaga kesehatannya, seperti diungkapkan oleh Ustazah Laili.
“Sekarang para santri sudah rajin mencuci tangan. Selain itu, setiap 200 meter kami membuat tempat cuci tangan dilengkapi poster cara mencuci tangan yang benar. Semua santri wajib memakai masker, dan harus selalu menaati protokol kesehatan,” kata Laili.
Lebih lanjut Laili menjelaskan bahwa aturan lockdown (kuncitara) sudah diberlakukan sejak awal pandemi, yaitu adanya larangan berkunjung ke pondok pesantren, baik oleh tamu maupun keluarga santri.
“Semua barang yang masuk ke dalam pondok pesantren selalu disemprot disinfektan terlebih dahulu. Jam malam diberlakukan agar istirahat santri cukup. Tidak ketinggalan, perbaikan asupan gizi juga dilakukan. Dengan semua upaya ini diharapkan pondok pesantren bebas dari COVID-19,” katanya.
Meskipun demikian, di era pandemi ini masih ada tantangan yang memang sulit untuk dicarikan jalan keluarnya, yaitu menjaga jarak. “Kalau kegiatan belajar masih bisa jaga jarak, namun sulit dilaksanakan saat istirahat di kamar karena keterbatasan ruangan dan banyaknya jumlah santri. “Alhamdulillah, ventilasi bagus di semua kamar jadi semua jendela harus dibuka setiap hari sehingga udara berganti,” katanya.(ant)
“Diharapkan perilaku bersih dan sehat ini tetap melekat pada diri santri, walaupun pandemi berakhir, sehingga santri juga terhindar dari penyakit-penyakit yang umumnya sering menyerang para santri, seperti diare, skabies dan lain-lain.”
Ketua Tim Pengmas FKM UI Dr. drg. Mardiati Nadjib di Depok, Sabtu menyampaikan bahwa salah satu tujuan kegiatan itu adalah untuk membuat percontohan bagi pondok pesantren lainnya dalam upaya menjaga kesehatan semua warga pondok pesantren.
Dikatakannya upaya-upaya yang dilakukan oleh Ponpes Gontor Putri 1 ini sebaiknya diangkat dan disebarkan dan menjadi percontohan buat pondok pesantren yang lainnya.
“Diharapkan perilaku bersih dan sehat ini tetap melekat pada diri santri, walaupun pandemi berakhir, sehingga santri juga terhindar dari penyakit-penyakit yang umumnya sering menyerang para santri, seperti diare, skabies dan lain-lain,” katanya.
Anggota Pengmas FKM UI Dr Atik Nurwayuni mengatakan saat ini kehidupan di pondok pesantren menjadi sangat rentan terhadap penularan kasus COVID-19 mengingat jumlah santri yang sangat banyak di satu lokasi. Bila satu orang menderita COVID-19, maka penularannya akan sangat cepat. Sebenarnya, tidak hanya COVID-19 yang menjadi ancaman bagi kesehatan para santri.
“Permasalahan yang sering ditemui hampir di semua pondok pesantren adalah rentannya santri dari berbagai penyakit menular, seperti kudis (skabies), diare, muntaber, tifoid, cacar, gatal di kepala akibat kutu, hepatitis A, TBC, dan lain-lain. Padahal, hampir semua penyakit yang disebutkan di atas sebetulnya dapat dilakukan pencegahannya melalui perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS),” ujar Dr Atik Nurwayuni.
Mardiati menjelaskan pengabdian masyarakat itu dilakukan melalui serangkaian kegiatan, di antaranya diskusi dengan para ustazah, edukasi santri, pemberian bantuan sarana kebersihan, seperti sabun cuci piring, sabun cuci tangan, penyanitasi tangan dan masker. Selain itu, poster-poster edukasi juga dibuat dan dipasang di tempat strategis sebagai pengingat bagi para santri untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
Kegiatan itu, katanya, sangat disambut baik oleh pondok pesantren, baik pimpinan, ustazah dan para santri. Saat ini perilaku hidup bersih dan sehat sudah diterapkan para santri. Santri sudah terbiasa mencuci tangan dan menjaga kesehatannya, seperti diungkapkan oleh Ustazah Laili.
“Sekarang para santri sudah rajin mencuci tangan. Selain itu, setiap 200 meter kami membuat tempat cuci tangan dilengkapi poster cara mencuci tangan yang benar. Semua santri wajib memakai masker, dan harus selalu menaati protokol kesehatan,” kata Laili.
Lebih lanjut Laili menjelaskan bahwa aturan lockdown (kuncitara) sudah diberlakukan sejak awal pandemi, yaitu adanya larangan berkunjung ke pondok pesantren, baik oleh tamu maupun keluarga santri.
“Semua barang yang masuk ke dalam pondok pesantren selalu disemprot disinfektan terlebih dahulu. Jam malam diberlakukan agar istirahat santri cukup. Tidak ketinggalan, perbaikan asupan gizi juga dilakukan. Dengan semua upaya ini diharapkan pondok pesantren bebas dari COVID-19,” katanya.
Meskipun demikian, di era pandemi ini masih ada tantangan yang memang sulit untuk dicarikan jalan keluarnya, yaitu menjaga jarak. “Kalau kegiatan belajar masih bisa jaga jarak, namun sulit dilaksanakan saat istirahat di kamar karena keterbatasan ruangan dan banyaknya jumlah santri. “Alhamdulillah, ventilasi bagus di semua kamar jadi semua jendela harus dibuka setiap hari sehingga udara berganti,” katanya.(ant)
“Diharapkan perilaku bersih dan sehat ini tetap melekat pada diri santri, walaupun pandemi berakhir, sehingga santri juga terhindar dari penyakit-penyakit yang umumnya sering menyerang para santri, seperti diare, skabies dan lain-lain.”
Ketua Tim Pengmas FKM UI Dr. drg. Mardiati Nadjib di Depok, Sabtu menyampaikan bahwa salah satu tujuan kegiatan itu adalah untuk membuat percontohan bagi pondok pesantren lainnya dalam upaya menjaga kesehatan semua warga pondok pesantren.
Dikatakannya upaya-upaya yang dilakukan oleh Ponpes Gontor Putri 1 ini sebaiknya diangkat dan disebarkan dan menjadi percontohan buat pondok pesantren yang lainnya.
“Diharapkan perilaku bersih dan sehat ini tetap melekat pada diri santri, walaupun pandemi berakhir, sehingga santri juga terhindar dari penyakit-penyakit yang umumnya sering menyerang para santri, seperti diare, skabies dan lain-lain,” katanya.
Anggota Pengmas FKM UI Dr Atik Nurwayuni mengatakan saat ini kehidupan di pondok pesantren menjadi sangat rentan terhadap penularan kasus COVID-19 mengingat jumlah santri yang sangat banyak di satu lokasi. Bila satu orang menderita COVID-19, maka penularannya akan sangat cepat. Sebenarnya, tidak hanya COVID-19 yang menjadi ancaman bagi kesehatan para santri.
“Permasalahan yang sering ditemui hampir di semua pondok pesantren adalah rentannya santri dari berbagai penyakit menular, seperti kudis (skabies), diare, muntaber, tifoid, cacar, gatal di kepala akibat kutu, hepatitis A, TBC, dan lain-lain. Padahal, hampir semua penyakit yang disebutkan di atas sebetulnya dapat dilakukan pencegahannya melalui perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS),” ujar Dr Atik Nurwayuni.
Mardiati menjelaskan pengabdian masyarakat itu dilakukan melalui serangkaian kegiatan, di antaranya diskusi dengan para ustazah, edukasi santri, pemberian bantuan sarana kebersihan, seperti sabun cuci piring, sabun cuci tangan, penyanitasi tangan dan masker. Selain itu, poster-poster edukasi juga dibuat dan dipasang di tempat strategis sebagai pengingat bagi para santri untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
Kegiatan itu, katanya, sangat disambut baik oleh pondok pesantren, baik pimpinan, ustazah dan para santri. Saat ini perilaku hidup bersih dan sehat sudah diterapkan para santri. Santri sudah terbiasa mencuci tangan dan menjaga kesehatannya, seperti diungkapkan oleh Ustazah Laili.
“Sekarang para santri sudah rajin mencuci tangan. Selain itu, setiap 200 meter kami membuat tempat cuci tangan dilengkapi poster cara mencuci tangan yang benar. Semua santri wajib memakai masker, dan harus selalu menaati protokol kesehatan,” kata Laili.
Lebih lanjut Laili menjelaskan bahwa aturan lockdown (kuncitara) sudah diberlakukan sejak awal pandemi, yaitu adanya larangan berkunjung ke pondok pesantren, baik oleh tamu maupun keluarga santri.
“Semua barang yang masuk ke dalam pondok pesantren selalu disemprot disinfektan terlebih dahulu. Jam malam diberlakukan agar istirahat santri cukup. Tidak ketinggalan, perbaikan asupan gizi juga dilakukan. Dengan semua upaya ini diharapkan pondok pesantren bebas dari COVID-19,” katanya.
Meskipun demikian, di era pandemi ini masih ada tantangan yang memang sulit untuk dicarikan jalan keluarnya, yaitu menjaga jarak. “Kalau kegiatan belajar masih bisa jaga jarak, namun sulit dilaksanakan saat istirahat di kamar karena keterbatasan ruangan dan banyaknya jumlah santri. “Alhamdulillah, ventilasi bagus di semua kamar jadi semua jendela harus dibuka setiap hari sehingga udara berganti,” katanya.(ant)