Bangga Indonesia, New York – Harga minyak naik tipis pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), setelah rebound sekitar satu persen sehari sebelumnya, didorong membaiknya prospek pemulihan ekonomi global dan setelah data menunjukkan penurunan persediaan minyak mentah di Amerika Serikat.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juni naik 42 sen menjadi ditutup pada 63,16 dolar per barel di London ICE Futures Exchange. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei naik 44 sen menjadi menetap di 59,77 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Stok minyak mentah AS turun 3,5 juta barel pekan lalu, tetapi persediaan bensin melonjak 4,0 juta barel, kata Badan Informasi Energi AS (EIA) dibandingkan dengan ekspektasi dalam jajak pendapat Reuters untuk penurunan bensin 221.000 barel.
“Jika Anda tidak perlu membuat bensin, maka Anda tidak perlu menggunakan lebih banyak minyak mentah,” kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho Securities.
Harga minyak mendapat dukungan dari indikasi Federal Reserve AS bahwa pembuat kebijakan secara universal optimis dalam prospek ekonomi mereka secara keseluruhan.
Dana Moneter Internasional (IMF) pada Selasa (6/4/2021) mengatakan pengeluaran publik yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk memerangi COVID-19 akan mendorong pertumbuhan global menjadi 6,0 persen tahun ini, tingkat yang belum tercapai sejak tahun 1970-an, yang juga membantu prospek permintaan bahan bakar, yang juga membantu harga-harga.
Namun, meningkatnya kasus COVID-19 di Amerika, yang menyumbang lebih dari setengah dari semua kematian terkait virus corona minggu lalu, membuat harga tidak bergerak jauh lebih tinggi.
Pasar minyak mentah global juga dapat menghadapi peningkatan pasokan karena Iran dan kekuatan utama dunia mengambil langkah-langkah untuk menghidupkan kembali perjanjian yang membekukan pengembangan senjata nuklir Iran.
Iran dan kekuatan dunia sepakat untuk membentuk kelompok kerja guna membahas kemungkinan menghidupkan kembali kesepakatan 2015 yang dapat menyebabkan Washington mencabut sanksi pada sektor energi Iran dan meningkatkan pasokan minyak.
“Iran adalah satu-satunya risiko pasokan naik terbesar untuk pasar minyak,” kata Stephen Brennock dari pialang minyak PVM.
Harga minyak turun awal pekan ini setelah Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, setuju untuk secara bertahap memangkas pengurangan produksi minyak mulai Mei.(ant)