“kerja sama dengan para UMKM dan petani harus terjalin agar dapat mengendalikan inflasi.”
Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar mengungkapkan inflasi Kota Kediri masih di angka 1,9 yang artinya permintaan (demand) masih ada. Kendati ekonomi lambat, angka tersebut masih menunjukkan pertumbuhan yang baik.
“Pengendalian inflasi dan tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (TP2DD) ini adalah sebuah komitmen dari daerah yang harus kita jalankan bersama-sama. Dan ini akan jauh lebih baik jika pengendalian inflasi dan TP2DD dilakukan bersama-sama daerah se-wilayah kerja Bank Indonesia Kediri. Sehingga dampaknya akan sangat bagus,” katanya di Kediri, Rabu.
Ia mengatakan TP2DD adalah sebuah keniscayaan, karena ke depan semuanya serba digital. Misalnya, pedagang dan UMKM di Kota Kediri yang saat ini cenderung sepi permintaan, namun mereka mencoba beralih menggunakan marketplace dalam berjualan. Hasilnya bisa dilihat dengan omzet yang meningkat, karena di marketplace permintaannya juga sangat tinggi.
“Kami juga terus mendorong dalam digitalisasi UMKM dan memang dalam hal ini juga harus ada campur tangan Bank Indonesia. Selain itu, kerja sama dengan para UMKM dan petani harus terjalin agar dapat mengendalikan inflasi. Daripada barang-barang dari petani itu diangkut orang lain, ini bisa bikin kacau dan pastinya barang akan ditimbun. Kalau sudah barang ditimbun, inflasinya bisa tidak terkendali,” kata dia.
Dalam mengendalikan inflasi, pihaknya mengatakan kerja sama dengan daerah lain memang sangat penting. Contohnya adanya kerjasama antara Kota Kediri dengan Kabupaten Blitar untuk memenuhi pasokan telur. Selain itu, kerjasama dengan daerah lain juga dilakukan terkait dengan bisnis gula.
Dengan memperkuat kerja sama antardaerah, dampak inflasi yang bagus juga bisa dirasakan tidak hanya di daerah yang melakukan pengendalian tapi juga pada daerah sekitarnya. Selain itu, juga dapat mengundang para investor untuk berinvestasi, karena investor juga melihat tingkat inflasi di daerah tersebut.
Pemkot Kediri juga giat vaksinasi, dengan harapan bisa memutus mata rantai penyebaran COVID-19. Dengan itu, diharapkan angka kesembuhan semakin baik, sehingga roda ekonomi juga berputar lebih baik.
Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kediri Sofwan Kurnia sependapat dengan gagasan Wali Kota Kediri mengenai inflasi terkendali akan menarik investor untuk berinvestasi. Hal ini didukung daya beli masyarakatnya.
Ia menambahkan, daerah yang menghitung Indeks Harga Konsumen (IHK) di eks Karesidenan Kediri dan Madiun itu hanya Kota Kediri dan Kota Madiun. Dirinya mendukung gagasan Wali Kota Kediri dan Wali Kota Madiun, terlebih lagi di pandemi COVID-19, agar nanti inflasi Kota Kediri dan Madiun terkendali dan daerah sekitar juga akan kena imbas baiknya.
“Imbas baiknya yaitu investor akan melihat daya beli masyarakat di seputaran daerah itu gambarannya seperti inflasi yang ada di Kota Kediri dan Kota Madiun. Sehingga investor akan datang untuk berinvestasi,” kata dia.
Kepala BI Kediri hadir dalam acara High Level Meeting Bank Indonesia “Evaluasi Dan Program Kerja TPID Kota Kediri Tahun 2021”. Acara digelar secara daring, karena masih pandemi COVID-19. (ant)
“kerja sama dengan para UMKM dan petani harus terjalin agar dapat mengendalikan inflasi.”
Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar mengungkapkan inflasi Kota Kediri masih di angka 1,9 yang artinya permintaan (demand) masih ada. Kendati ekonomi lambat, angka tersebut masih menunjukkan pertumbuhan yang baik.
“Pengendalian inflasi dan tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (TP2DD) ini adalah sebuah komitmen dari daerah yang harus kita jalankan bersama-sama. Dan ini akan jauh lebih baik jika pengendalian inflasi dan TP2DD dilakukan bersama-sama daerah se-wilayah kerja Bank Indonesia Kediri. Sehingga dampaknya akan sangat bagus,” katanya di Kediri, Rabu.
Ia mengatakan TP2DD adalah sebuah keniscayaan, karena ke depan semuanya serba digital. Misalnya, pedagang dan UMKM di Kota Kediri yang saat ini cenderung sepi permintaan, namun mereka mencoba beralih menggunakan marketplace dalam berjualan. Hasilnya bisa dilihat dengan omzet yang meningkat, karena di marketplace permintaannya juga sangat tinggi.
“Kami juga terus mendorong dalam digitalisasi UMKM dan memang dalam hal ini juga harus ada campur tangan Bank Indonesia. Selain itu, kerja sama dengan para UMKM dan petani harus terjalin agar dapat mengendalikan inflasi. Daripada barang-barang dari petani itu diangkut orang lain, ini bisa bikin kacau dan pastinya barang akan ditimbun. Kalau sudah barang ditimbun, inflasinya bisa tidak terkendali,” kata dia.
Dalam mengendalikan inflasi, pihaknya mengatakan kerja sama dengan daerah lain memang sangat penting. Contohnya adanya kerjasama antara Kota Kediri dengan Kabupaten Blitar untuk memenuhi pasokan telur. Selain itu, kerjasama dengan daerah lain juga dilakukan terkait dengan bisnis gula.
Dengan memperkuat kerja sama antardaerah, dampak inflasi yang bagus juga bisa dirasakan tidak hanya di daerah yang melakukan pengendalian tapi juga pada daerah sekitarnya. Selain itu, juga dapat mengundang para investor untuk berinvestasi, karena investor juga melihat tingkat inflasi di daerah tersebut.
Pemkot Kediri juga giat vaksinasi, dengan harapan bisa memutus mata rantai penyebaran COVID-19. Dengan itu, diharapkan angka kesembuhan semakin baik, sehingga roda ekonomi juga berputar lebih baik.
Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kediri Sofwan Kurnia sependapat dengan gagasan Wali Kota Kediri mengenai inflasi terkendali akan menarik investor untuk berinvestasi. Hal ini didukung daya beli masyarakatnya.
Ia menambahkan, daerah yang menghitung Indeks Harga Konsumen (IHK) di eks Karesidenan Kediri dan Madiun itu hanya Kota Kediri dan Kota Madiun. Dirinya mendukung gagasan Wali Kota Kediri dan Wali Kota Madiun, terlebih lagi di pandemi COVID-19, agar nanti inflasi Kota Kediri dan Madiun terkendali dan daerah sekitar juga akan kena imbas baiknya.
“Imbas baiknya yaitu investor akan melihat daya beli masyarakat di seputaran daerah itu gambarannya seperti inflasi yang ada di Kota Kediri dan Kota Madiun. Sehingga investor akan datang untuk berinvestasi,” kata dia.
Kepala BI Kediri hadir dalam acara High Level Meeting Bank Indonesia “Evaluasi Dan Program Kerja TPID Kota Kediri Tahun 2021”. Acara digelar secara daring, karena masih pandemi COVID-19. (ant)
“kerja sama dengan para UMKM dan petani harus terjalin agar dapat mengendalikan inflasi.”
Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar mengungkapkan inflasi Kota Kediri masih di angka 1,9 yang artinya permintaan (demand) masih ada. Kendati ekonomi lambat, angka tersebut masih menunjukkan pertumbuhan yang baik.
“Pengendalian inflasi dan tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (TP2DD) ini adalah sebuah komitmen dari daerah yang harus kita jalankan bersama-sama. Dan ini akan jauh lebih baik jika pengendalian inflasi dan TP2DD dilakukan bersama-sama daerah se-wilayah kerja Bank Indonesia Kediri. Sehingga dampaknya akan sangat bagus,” katanya di Kediri, Rabu.
Ia mengatakan TP2DD adalah sebuah keniscayaan, karena ke depan semuanya serba digital. Misalnya, pedagang dan UMKM di Kota Kediri yang saat ini cenderung sepi permintaan, namun mereka mencoba beralih menggunakan marketplace dalam berjualan. Hasilnya bisa dilihat dengan omzet yang meningkat, karena di marketplace permintaannya juga sangat tinggi.
“Kami juga terus mendorong dalam digitalisasi UMKM dan memang dalam hal ini juga harus ada campur tangan Bank Indonesia. Selain itu, kerja sama dengan para UMKM dan petani harus terjalin agar dapat mengendalikan inflasi. Daripada barang-barang dari petani itu diangkut orang lain, ini bisa bikin kacau dan pastinya barang akan ditimbun. Kalau sudah barang ditimbun, inflasinya bisa tidak terkendali,” kata dia.
Dalam mengendalikan inflasi, pihaknya mengatakan kerja sama dengan daerah lain memang sangat penting. Contohnya adanya kerjasama antara Kota Kediri dengan Kabupaten Blitar untuk memenuhi pasokan telur. Selain itu, kerjasama dengan daerah lain juga dilakukan terkait dengan bisnis gula.
Dengan memperkuat kerja sama antardaerah, dampak inflasi yang bagus juga bisa dirasakan tidak hanya di daerah yang melakukan pengendalian tapi juga pada daerah sekitarnya. Selain itu, juga dapat mengundang para investor untuk berinvestasi, karena investor juga melihat tingkat inflasi di daerah tersebut.
Pemkot Kediri juga giat vaksinasi, dengan harapan bisa memutus mata rantai penyebaran COVID-19. Dengan itu, diharapkan angka kesembuhan semakin baik, sehingga roda ekonomi juga berputar lebih baik.
Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kediri Sofwan Kurnia sependapat dengan gagasan Wali Kota Kediri mengenai inflasi terkendali akan menarik investor untuk berinvestasi. Hal ini didukung daya beli masyarakatnya.
Ia menambahkan, daerah yang menghitung Indeks Harga Konsumen (IHK) di eks Karesidenan Kediri dan Madiun itu hanya Kota Kediri dan Kota Madiun. Dirinya mendukung gagasan Wali Kota Kediri dan Wali Kota Madiun, terlebih lagi di pandemi COVID-19, agar nanti inflasi Kota Kediri dan Madiun terkendali dan daerah sekitar juga akan kena imbas baiknya.
“Imbas baiknya yaitu investor akan melihat daya beli masyarakat di seputaran daerah itu gambarannya seperti inflasi yang ada di Kota Kediri dan Kota Madiun. Sehingga investor akan datang untuk berinvestasi,” kata dia.
Kepala BI Kediri hadir dalam acara High Level Meeting Bank Indonesia “Evaluasi Dan Program Kerja TPID Kota Kediri Tahun 2021”. Acara digelar secara daring, karena masih pandemi COVID-19. (ant)
“kerja sama dengan para UMKM dan petani harus terjalin agar dapat mengendalikan inflasi.”
Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar mengungkapkan inflasi Kota Kediri masih di angka 1,9 yang artinya permintaan (demand) masih ada. Kendati ekonomi lambat, angka tersebut masih menunjukkan pertumbuhan yang baik.
“Pengendalian inflasi dan tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (TP2DD) ini adalah sebuah komitmen dari daerah yang harus kita jalankan bersama-sama. Dan ini akan jauh lebih baik jika pengendalian inflasi dan TP2DD dilakukan bersama-sama daerah se-wilayah kerja Bank Indonesia Kediri. Sehingga dampaknya akan sangat bagus,” katanya di Kediri, Rabu.
Ia mengatakan TP2DD adalah sebuah keniscayaan, karena ke depan semuanya serba digital. Misalnya, pedagang dan UMKM di Kota Kediri yang saat ini cenderung sepi permintaan, namun mereka mencoba beralih menggunakan marketplace dalam berjualan. Hasilnya bisa dilihat dengan omzet yang meningkat, karena di marketplace permintaannya juga sangat tinggi.
“Kami juga terus mendorong dalam digitalisasi UMKM dan memang dalam hal ini juga harus ada campur tangan Bank Indonesia. Selain itu, kerja sama dengan para UMKM dan petani harus terjalin agar dapat mengendalikan inflasi. Daripada barang-barang dari petani itu diangkut orang lain, ini bisa bikin kacau dan pastinya barang akan ditimbun. Kalau sudah barang ditimbun, inflasinya bisa tidak terkendali,” kata dia.
Dalam mengendalikan inflasi, pihaknya mengatakan kerja sama dengan daerah lain memang sangat penting. Contohnya adanya kerjasama antara Kota Kediri dengan Kabupaten Blitar untuk memenuhi pasokan telur. Selain itu, kerjasama dengan daerah lain juga dilakukan terkait dengan bisnis gula.
Dengan memperkuat kerja sama antardaerah, dampak inflasi yang bagus juga bisa dirasakan tidak hanya di daerah yang melakukan pengendalian tapi juga pada daerah sekitarnya. Selain itu, juga dapat mengundang para investor untuk berinvestasi, karena investor juga melihat tingkat inflasi di daerah tersebut.
Pemkot Kediri juga giat vaksinasi, dengan harapan bisa memutus mata rantai penyebaran COVID-19. Dengan itu, diharapkan angka kesembuhan semakin baik, sehingga roda ekonomi juga berputar lebih baik.
Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kediri Sofwan Kurnia sependapat dengan gagasan Wali Kota Kediri mengenai inflasi terkendali akan menarik investor untuk berinvestasi. Hal ini didukung daya beli masyarakatnya.
Ia menambahkan, daerah yang menghitung Indeks Harga Konsumen (IHK) di eks Karesidenan Kediri dan Madiun itu hanya Kota Kediri dan Kota Madiun. Dirinya mendukung gagasan Wali Kota Kediri dan Wali Kota Madiun, terlebih lagi di pandemi COVID-19, agar nanti inflasi Kota Kediri dan Madiun terkendali dan daerah sekitar juga akan kena imbas baiknya.
“Imbas baiknya yaitu investor akan melihat daya beli masyarakat di seputaran daerah itu gambarannya seperti inflasi yang ada di Kota Kediri dan Kota Madiun. Sehingga investor akan datang untuk berinvestasi,” kata dia.
Kepala BI Kediri hadir dalam acara High Level Meeting Bank Indonesia “Evaluasi Dan Program Kerja TPID Kota Kediri Tahun 2021”. Acara digelar secara daring, karena masih pandemi COVID-19. (ant)