Bangga Indonesia, Jakarta – Bobibos diklaim memiliki RON 98. bahan bakar alternatif ini juga diklaim ramah lingkungan karena terbuat dari limbah jerami yang ada di sawah. Bahan ini cukup mudah ditemukan apalagi kondisi negara indonesia sangat familiar denga jerami.
Lantas siapa sosok dibalik penemu Bobibos?
Bobibos atau Bahan Bakar Original Buatan indonesia Bos, ditemukan oleh Muhammad Ikhlas Thamrin yang bukan dari latar belakang anak teknik. Ia mengambil kuliah di Universitas Sebelas Maret, Fakultas Hukum angkatan 2001.
Muhammad Ikhlas Thamrin semasa kuliahnya mengaku sangat senang sekali ikut demo untuk mengkritisi sumber energi di indonesia. Bahkan ia juga masih ingat pernah demo di Jakarta untuk menolak kenaikan BBM.
“Saya ingat betul pernah berdemo di Jakarta untuk menolak kenaikan harga BBM. Namun, setelah lulus saya mulai berpikir apa yang dapat saya lakukan untuk memberi solusi perihal energi,” ujar M. Ikhlas Thamrin, mengutip laman UNS, Kamis (14/11).
Sampai akhirnya di tahun 2005, ia mulai mencari solusi terkait masalah energi. Ia juga berpendapat di Indonesia energi berpotensi langka dan mahal karena belum memanfaatkan energi terbarukan dan terlebih yang ramah lingkungan.
Maka di tahun 2007, Muhammad Ikhlas Thamrin bersama dengan timnya memulai untuk riset selama kurang lebih satu dekade. Kemudian pada tahun 2015, M. Ikhlas Thamrin dan tim berhasil mendirikan PT Baterai Freeneg Generasi. Selama proses tersebut, M. Ikhlas Thamrin sempat meneliti sumber biomassa lain, seperti mikroalga.
Namun, pada akhirnya M. Ikhlas Thamrin memilih Jerami sebagai bahan baku dengan alasan efisiensi biaya dan hasil energi.
Bahan baku jerami yang digunakan untuk membuat Bobibos ini perlu diolah terlebih dahulu. Kemudian sesudah jerami dikumpulkan dari petani, jerami perlu dijemur terlebih dahulu hingga kadar airnya berada di bawah 10 persen.
Jerami yang sudah dijemur kemudian dimasukkan ke mesin ekstraktor untuk proses pemecahan struktur organik. Hal ini dilakukan dengan menambahkan enzim biokimia dan serum khusus untuk memecah selulosa menjadi gula sederhana. Ini merupakan tahap krusial untuk mengubah jerami menjadi bahan baku bioenergi.
Kemudian gula hasil pemecahan difermentasi selama 48 hingga 72 jam dengan bantuan bakteri khusus agar menghasilkan etanol selulosa generasi kedua atau cellulosic ethanol.
Etanol ini kemudian dimurnikan menggunakan teknologi reverse osmosis untuk mencapai kadar kemurnian di atas 99 persen. Lalu, bahan bakar dicampur dengan aditif nabati agar setara dengan RON 98. Dari proses tersebut, lahirlah dua varian Bobibos, yaitu bahan bakar untuk mesin bensin dan solar.
Hingga saat ini Bobibos belum bisa dipasarkan secara luas. Akan tetapi, pihak Bobibos mengklaim bahwa harga Bobibos cenderung lebih murah dibanding bahan bakar lain yang umum beredar di pasaran.














































