Selasa, 26 November 2024

Perajin Krey Sawit di Lebak Mampu Atasi Kemiskinan dan Pengangguran

“Permintaan krey sawit cenderung meningkat karena beberapa bulan terakhir curah hujan meningkat.”
Bangga Indonesia, Lebak – Perajin krey sawit di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten kini mampu mengatasi kemiskinan dan pengangguran di tengah pandemi COVID-19 itu.

“Kita merintis usaha kerajinan krey sawit itu sejak 10 tahun lalu dan kini berkembang sehubungan tingginya permintaan pasar,” kata Ketua Paguyuban Perajin Krey Kabupaten Lebak Toto (55) di Lebak, Selasa.

Produksi kerajinan krey sawit tersebut dipasok ke sejumlah daerah di Provinsi Banten, Jawa Barat dan DKI Jakarta.

Selama ini, permintaan krey sawit cenderung meningkat karena beberapa bulan terakhir curah hujan meningkat.

Biasanya, kata dia, krey sawit itu digunakan masyarakat untuk perlindungan ruangan agar tidak terkena air hujan juga kepanasan dari terik matahari.

Berkembangnya perajin krey sawit itu tentu dapat menggulirkan pendapatan ekonomi masyarakat, sehingga kehidupan mereka menjadi lebih baik dan sejahtera.

Misalnya, kata dia, angka kemiskinan dan pengangguran warga Kampung Cihiyang, Catihan, Cipancur dan Sebagi Kecamatan Rangkasbitung cukup tinggi, karena kebanyakan mereka buruh perkebunan kelapa sawit di PTPN VIII Cisalak.

Namun, kini kehidupan mereka jauh menjadi lebih baik dan tingkat kesejahteraan meningkat dibandingkan sebelumnya.

Saat ini, kata dia, kondisi bangunan rumah mereka kebanyakan semi permanen dan anak-anaknya bisa melanjutkan Perguruan Tinggi.

Selain itu juga penampung produksi krey cukup banyak sehingga mampu menggulirkan keuangan hingga ratusan juta rupiah per pekan.

“Kami sendiri memasok krey sawit sebanyak 10.000 lembar dan dijual ke agen Rp25.000/lembar, sehingga pendapatan mencapai Rp250 juta per pekan” katanya menjelaskan.

Ia mengatakan, perajin krey sawit yang tergabung paguyuban itu sekitar 290 perajin dan tersebar di Desa Rangkasbitung Timur dan Pasir Tanjung Kabupaten Lebak.

Perguliran keuangan perajin krey sawit mencapai miliaran rupiah per bulan dengan produksi rata-rata 10 lembar per anggota.

Pendapatan perajin krey sawit itu jika 300 lembar dengan harga Rp20 ribu/lembar maka diakumulasikan pendapatan total Rp6 juta/anggota.

“Saya kira pendapatan sebesar itu tentu cukup sejahtera dibandingkan menjadi buruh tani,” katanya menjelaskan.

Anda (50) seorang perajin krey warga Cihiyang Kabupaten Lebak mengaku selama ini tingkat pendapatan ekonomi keluarga cukup membaik dibandingkan sebelumnya sebagai pengemudi ojek motor.

Produksi krey sawit itu memanfaatkan limbah pelepah kelapa sawit yang dibuang pihak perkebunan dan dijual ke penampung.

Saat ini, para perajin merasa kewalahan untuk melayani permintaan, terlebih curah hujan cenderung meningkat.

“Kami sangat dengan memproduksi kerajinan krey sawit, sehingga menyumbangkan perekonomian keluarga sekitar Rp6-8 juta/bulan,” katanya menjelaskan.

Sementara itu, Kepala Seksi Aneka Industri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lebak Sutisna mengatakan, sebelumnya usaha kerajinan krey sawit yang berkembang itu bagian rintisan pengembangan ekonomi lokal dengan melakukan pembinaan dan pelatihan ketrampilan.

Mereka dibina dan dilakukan pelatihan krey sawit karena potensi bahan baku terdapat bagi masyarakat yang tinggal di sekitar perkebunan kelapa sawit PTPN VIII.

Masyarakat yang tinggal di sekitar perkebunan kelapa sawit tersebar di Kecamatan Rangkasbitung, Cimarga, Kalanganyar, Leuwidamar dan Cileles.

Dimana kehidupan masyarakat di daerah itu cukup tinggi angka kemiskinan dan pengangguran, namun sekarang dengan berkembangnya kerajinan krey sawit tingkat kesejahteraan meningkat.

“Kami berharap para perajin dapat meningkatkan mutu dan kualitas sehingga bisa diekspor ke luar negeri,” katanya.(ant)

“Permintaan krey sawit cenderung meningkat karena beberapa bulan terakhir curah hujan meningkat.”
Bangga Indonesia, Lebak – Perajin krey sawit di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten kini mampu mengatasi kemiskinan dan pengangguran di tengah pandemi COVID-19 itu.

“Kita merintis usaha kerajinan krey sawit itu sejak 10 tahun lalu dan kini berkembang sehubungan tingginya permintaan pasar,” kata Ketua Paguyuban Perajin Krey Kabupaten Lebak Toto (55) di Lebak, Selasa.

Produksi kerajinan krey sawit tersebut dipasok ke sejumlah daerah di Provinsi Banten, Jawa Barat dan DKI Jakarta.

Selama ini, permintaan krey sawit cenderung meningkat karena beberapa bulan terakhir curah hujan meningkat.

Biasanya, kata dia, krey sawit itu digunakan masyarakat untuk perlindungan ruangan agar tidak terkena air hujan juga kepanasan dari terik matahari.

Berkembangnya perajin krey sawit itu tentu dapat menggulirkan pendapatan ekonomi masyarakat, sehingga kehidupan mereka menjadi lebih baik dan sejahtera.

Misalnya, kata dia, angka kemiskinan dan pengangguran warga Kampung Cihiyang, Catihan, Cipancur dan Sebagi Kecamatan Rangkasbitung cukup tinggi, karena kebanyakan mereka buruh perkebunan kelapa sawit di PTPN VIII Cisalak.

Namun, kini kehidupan mereka jauh menjadi lebih baik dan tingkat kesejahteraan meningkat dibandingkan sebelumnya.

Saat ini, kata dia, kondisi bangunan rumah mereka kebanyakan semi permanen dan anak-anaknya bisa melanjutkan Perguruan Tinggi.

Selain itu juga penampung produksi krey cukup banyak sehingga mampu menggulirkan keuangan hingga ratusan juta rupiah per pekan.

“Kami sendiri memasok krey sawit sebanyak 10.000 lembar dan dijual ke agen Rp25.000/lembar, sehingga pendapatan mencapai Rp250 juta per pekan” katanya menjelaskan.

Ia mengatakan, perajin krey sawit yang tergabung paguyuban itu sekitar 290 perajin dan tersebar di Desa Rangkasbitung Timur dan Pasir Tanjung Kabupaten Lebak.

Perguliran keuangan perajin krey sawit mencapai miliaran rupiah per bulan dengan produksi rata-rata 10 lembar per anggota.

Pendapatan perajin krey sawit itu jika 300 lembar dengan harga Rp20 ribu/lembar maka diakumulasikan pendapatan total Rp6 juta/anggota.

“Saya kira pendapatan sebesar itu tentu cukup sejahtera dibandingkan menjadi buruh tani,” katanya menjelaskan.

Anda (50) seorang perajin krey warga Cihiyang Kabupaten Lebak mengaku selama ini tingkat pendapatan ekonomi keluarga cukup membaik dibandingkan sebelumnya sebagai pengemudi ojek motor.

Produksi krey sawit itu memanfaatkan limbah pelepah kelapa sawit yang dibuang pihak perkebunan dan dijual ke penampung.

Saat ini, para perajin merasa kewalahan untuk melayani permintaan, terlebih curah hujan cenderung meningkat.

“Kami sangat dengan memproduksi kerajinan krey sawit, sehingga menyumbangkan perekonomian keluarga sekitar Rp6-8 juta/bulan,” katanya menjelaskan.

Sementara itu, Kepala Seksi Aneka Industri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lebak Sutisna mengatakan, sebelumnya usaha kerajinan krey sawit yang berkembang itu bagian rintisan pengembangan ekonomi lokal dengan melakukan pembinaan dan pelatihan ketrampilan.

Mereka dibina dan dilakukan pelatihan krey sawit karena potensi bahan baku terdapat bagi masyarakat yang tinggal di sekitar perkebunan kelapa sawit PTPN VIII.

Masyarakat yang tinggal di sekitar perkebunan kelapa sawit tersebar di Kecamatan Rangkasbitung, Cimarga, Kalanganyar, Leuwidamar dan Cileles.

Dimana kehidupan masyarakat di daerah itu cukup tinggi angka kemiskinan dan pengangguran, namun sekarang dengan berkembangnya kerajinan krey sawit tingkat kesejahteraan meningkat.

“Kami berharap para perajin dapat meningkatkan mutu dan kualitas sehingga bisa diekspor ke luar negeri,” katanya.(ant)

Next Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Recent News